Pukul 02.00 dini hari.
Wuuuoooo wuuuoooo!
Pagi itu, Tak berapa lama setelah kedatangan Ambulance, para warga berbondong-bondong berkumpul di sekitar lokasi, memberikan jalan bagi petugas medis yang membawa dua pasien yang sedang membutuhkan pertolongan darurat ke klinik terdekat.
Sementara itu, warga sekitar bergeming, memandang campur
aduk antara penasaran dan prihatin. Beberapa di antara mereka ada yang mengenal A.k.a. Bunda, sementara yang lain langsung menghubungi anggota Polsek setempat."Pak! Sepertinya Ibu ini sudah tiada,"
"Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun, kalau begitu kita harus segera membawa anak ini, cepat! Pendarahannya sudah sangat parah,"
Di klinik, Hali mulai tersadar dari pingsannya. Perlahan-lahan, dengan mata yang masih mencoba untuk fokus, Hali melihat sekitar klinik dan merasakan aroma khas di udara.
"Eerrgghh... Huuuh... Eehh??" raung Hali, mencoba memahami di mana ia berada dan apa yang sedang terjadi.
"A-apa ini? Ra-sanya sakit se-kali," lirih Hali sambil mengerutkan alis, perlahan melirik sedikit ke arah punggung tangan sebelah kiri.
"Itu namanya infus, nak," ujar seorang Dokter memakai masker dan jas putih. Dia baru masuk ke dalam ruangan.
Halilintar menatap Dokter
itu dengan penuh tanda tanya,
"Dokter, bagaimana keadaan Bunda saya?" tanya Hali dengan polosnya,
membuat sang Dokter terhening sejenak. Meskipun, ia merasa tidak tega, sebagai seorang Dokter dia
harus mengatakan yang sejujurnya.Dokter pun menarik napas dalam-dalam, menyiapkan dirinya untuk memberi kabar yang berat. Dengan hati yang berat, ia menjawab, "Maafkan saya, nak Halilintar. Bunda kamu... beliau sudah wafat." Suara Dokter terdengar serak seperti terisak.
Hali terdiam, matanya terbelalak dengan shock. Kabar tersebut terasa seperti pukulan berat yang tak terduga baginya, air mata mulai mengalir tanpa ia bisa tahan lagi. Rasanya seluruh dunia runtuh di hadapannya, Hali harus menerima kenyataan pahit tentang kepergian Bunda tercinta.
"Ada kabar buruk untukmu Hali,"
ujar Dokter dengan suara berat."Ini sudah kabar terburuk dalam hidupku dok, tidak ada hal lain yang lebih buruk dibandingkan sekarang,"
"Maafkan saya, tapi ada yang harus kukatakan padamu," lanjut Dokter.
"Biarkan saya mengatakan situasi sekarang. Sebenarnya, ada sebuah keluarga yang telah memberikan pertolongan kepadamu dan Bundamu. Seluruh asuransi klinik di tanggung oleh keluarga tersebut. Tanpa pertolongan mereka, kamu nyaris kehilangan nyawa. Saya juga mendapatkan informasi namamu dari orang yang menolong mu, sepertinya mereka kenalan dari Bundamu."
"Hmm, Bunda sepertinya malam itu mau mengunjungi keluarga tersebut untuk meminjam uang, karena kami sedang kekurangan dan ayah kami tidak berkerja... Di karenakan sakit,"
"Benar, namanya juga kebutuhan, tidak bisa di hindari," ujar Dokter, Dokter itu terdiam sejenak seolah merenungkan sesuatu, lalu tiba-tiba
ia menyadari sesuatu, "Ternyata benar," ujarnya tersenyum sendu."Nak Halilintar, setelah kami melakukan pemeriksaan lebih lanjut, kamu didiagnosis menderita kanker Leukimia sejak lahir. Ini disebabkan oleh faktor keturunan dari orang tuamu," ungkap sang Dokter.
-
"Kak Hali? Kak Hali! Gawat!! P-please Kak Halilintar bangun!" pekik Taufan panik, air mata berlinang di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Keluarga Cemara
Teen Fiction"Jalan yang sepi gelap dan sunyi, ditemani oleh suara burung hantu." "Aku menelusuri setiap jalan itu melihat cahaya yang memantul dari dalam setiap rumah, ku pandangi jendela yang terdapat bayangan keluarga yang sedang makan bersama. Entah kapan ak...