Together

409 28 4
                                    

Dalam desa yang sunyi dan gelap, Terdapat sebuah rumah kecil yang terkesan sangat sepi. Di dalamnya tinggal tiga bersaudara, Halilintar Arjuna Pratama. Halilintar adalah anak tertua, dengan rambut hitam mengurai dan mata bermanik ruby.
Dia memiliki mulut yang pedas dan tatapan mata tajam. Namun, dia juga memiliki sikap penyayang, pengertian dan selalu berusaha untuk menjaga  keluarganya. Halilintar didiagnosis menderita leukemia sejak lahir.

Taufan Rendra Aril, seorang pemuda berumur 18 tahun, kelas XI SMA. Anak tengah dari tiga bersaudara. Taufan adalah sosok yang periang dan penghibur di antara saudara-saudaranya. Dengan canda tawa dan keceriaan yang selalu ia bawa, ia mampu menyinari ruang keluarga yang sunyi. Senyuman nya yang selalu terukir di wajahnya seakan menjadi sumber kebahagiaan bagi Halilintar dan Gempa. Taufan menjadi pendamping yang setia bagi Halilintar.

Gempa Risky Setiawan, seorang pemuda belia dengan senyum hangat. Gempa adalah adik bungsu dari ketiga bersaudara, dengan rambut hitam yang tergerai dan tatapan lembut dalam matanya. Gempa merupakan sosok yang ramah dan perhatian terhadap orang lain, selalu siap menjadi teladan bagi kakak-kakaknya. Namun, Di balik senyum hangatnya, tersembunyi luka-luka yang dalam dan kesedihan yang terpendam di dalam dirinya. Senyuman hangat itu menjadi kedok untuk menutupi luka-luka yang tidak kunjung sembuh di hatinya.

-

"Ayoo, jangan bermalas-malasan,
nanti malam kita makan bersama sambil menonton film favorit kita!" ujarnya, mencoba menarik si sulung untuk bergerak. Sedangkan si bungsu hanya bisa duduk dan menyaksikan.

"Mpaa, tolong akuu, Abang mu yang satu ini malas sekali untuk bergerak dari sofa," rengek pemuda itu.

"Memangnya kita mau ngapain sihh," resah pemuda itu agak kesal.

"Kita ke Minimart untuk beli snack dan camilan untuk menonton nanti!" jawab pemuda itu dengan semangat.

Halilintar pemuda yang sulung, akhirnya tergoda dengan ajakan Taufan untuk pergi ke Minimart. Meskipun awalnya enggan untuk bergerak dari sofa, tetapi semangat Taufan berhasil menarik perhatiannya.

"Duh, kamu ya, nakal banget sih,"
ujar Halilintar sambil tersenyum
pada adiknya. "Baiklah, kita pergi membeli snack sebentar saja. Tapi jangan lupa bawa tas belanja ya," tambahnya lalu bangkit dari sofa.

Gempa yang sebelumnya termenung, angkat suara, "Aku juga ikut ya, bang," ujarnya sambil berdiri menyusul kedua kakaknya menuju ke pintu.

Mereka berjalan bersama menuju Minimart di dekat rumah mereka, sambil tertawa karena mendengar guyonan Taufan. Tiba di Minimart, mereka mulai berbelanja seperti, memilih aneka coklat, popcorn, soda, dan beberapa camilan yang lainnya.

Saat mereka tiba kembali di rumah, Halilintar kembali tiduran dengan santainya di sofa. Sedangkan Taufan dan Gempa segera menyiapkan semua snack yang mereka beli dengan rapi
di meja ruang keluarga. Mereka
berkerja sama untuk memastikan semua persiapan acara menonton
film bersama telah siap dengan baik.

Namun, Taufan yang diam-diam
ingin mencuri beberapa camilan, segera terhenti ketika mendengar suara tegas dari Gempa.

"Bang, mandi dulu aja sana, bau masem," ucap Gempa dengan nada santai namun tegas. Taufan terkejut namun segera patuh pada perintah sang adik kesayangan, satu-satunya.

-

"Siap-siap, guys! Film favorit kita
akan segera di mulai," seru Taufan dengan antusiasme yang membuncah.

"Nonton yang itu ya, Bang. Yang Ibu Yang Kuat Dengan Cinta Kasihnya?"

"Bukan, kita akan menonton, Solo Pirate Melawan Gurita Peniru,"

"Ngomong apa sih kalian, kita akan menonton The PowerPoff GirlsX"

"Apa??" seru mereka serentak.

Gempa dengan ekspresi serius, menegaskan pilihan nya, "Ikuti saran dari Gempa aja, Bang. Nonton 'Ibu Yang Kuat Dengan Cinta Kasihnya' Cerita nya sangat mengharukan. Kita pasti akan terinspirasi oleh kisahnya."

Namun, Halilintar langsung menyela, "Tidak mpa, seharusnya malam ini kita menonton 'Solo Pirate Melawan Gurita Peniru'! Film itu penuh dengan aksi dan petualangan yang seru. Aku yakin kita akan terhibur dan tidak bisa melepaskan mata dari layar TV."

Taufan yang hanya bisa diam, ikut nimbrung, "Ngomong apa sih kalian, Aku udah nunggu-nunggu loh film 'The PowerPoff GirlsX' Aku suka cerita tentang kekuatan super mereka dan bagaimana mereka menyelesaikan masalah dengan kebaikan hati. Dan favoritku dalam film ini, ketiga-tiga karakter ceweknya bikin diabetes."

Mereka terdiam sejenak. Senyum terukir di wajah mereka menandakan bahwa perdebatan ini hanya candaan dalam momen kebersamaan mereka.

Setelah sempat saling berpandangan, mereka pun tertawa bersama. "Kita bisa saja menonton semuanya, kan?" usul Halilintar sambil menunjuk ke tumpukan DVD yang telah di pilih.

Keputusan itu menuai kesetujuan dari Taufan dan Gempa. Mereka berencana untuk menonton film satu-persatu. Setiap stori berbeda memiliki keunikannya tersendiri.

Malam itu, bersama. Mereka menikmati nonton bareng-bareng
di atas deretan sofa yang hangat.

Namun, beberapa jam kemudian, "Klik.. Tat.. Saatch..." Menandakan bahwa lampu di rumah mereka mati. TV juga auto mati. Dan seluruh isi rumah menjadi gelap gulita.

Gempa kaget, Taufan memekik keras, dan Halilintar masih mematung.

"AAAA! Mati lampu!! Bentar ya semua. Pahlawan akan segera kembali!" teriak Taufan dengan cepat bangun dari sofa, ingin mengambil handphone di kamarnya untuk menyalakan senter. Namun, karena gelap gulita, Taufan tak sengaja kepentok dinding yang membuatnya terhuyung.

"Kak Hali, kakak masih ada? Gempa takut..." gumamnya dalam kegelapan, mencari keberadaan kakaknya.

Halilintar, yang masih mematung di tempatnya, akhirnya tersadar setelah Gempa memanggil namanya. Dia berusaha meraih tangan Gempa. "Tenang Gempa, kakak masih ada
di sini. Uhmm...mpa, kakak tinggal bentarr aja, mau nyari lilin," ujarnya.

"Gak mauu, mpa takut... mauu ikut kakak.." cicitnya sambil memegang erat lengan baju Halilintar. Tidak
ingin adiknya sendirian, Halilintar pun mengalah. Mereka saling berpegangan tangan. Halilintar memutuskan untuk menunggu Taufan sebentar lagi demi tetap bersama Gempa. Sementara itu Taufan masih belum kunjung kembali.

"Pahlawan telah datang!!" seru Taufan. Ia datang berlari dari arah kamarnya, tangan kanannya memegang hape yang di jadikan senter, sementara tangan kirinya memegang sebuah kotak yang berisi lilin dan korek api.

"Huh! Kenapa jadi begini," protes Gempa saat malam Minggu yang seharusnya menghabiskan waktu untuk menonton film bersama,
malah mati lampu mendadak.

"Sudahlah Gempa. Tidak apa-apa, nikmati saja. Terkadang hal-hal tak terduga seperti ini sering terjadi," ujar Halilintar setelah menyalakan lilin.

"Mpa takut?~ Mau gimana lagi, ululululu sini Abang peluk kamu," ujarnya sambil merayu Gempa. Tanpa ragu, Taufan segera mendekat dan memeluk Gempa dengan lembut.

"T-terima kasih, Bang. Aku merasa
lebih baik sekarang," balasnya dengan napas lega. Halilintar menatap kedua adiknya dengan senyum penuh arti,
ia bergerak mendekat dan memeluk kedua adiknya secara bersamaan.

- Bersambung...

Di Balik Keluarga CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang