Side Story

107 3 0
                                    

Fyi: cerita ini hanya sebagai side story atau cerita sampingan. Tetapi masih nyambung sama alur ceritanya.

Soo Happy reading!

.

Beberapa puluh tahun yang lalu...

Mentari pagi menyinari bumi dengan cahaya yang hangat. Di sebuah koridor sekolah, Mazila, gadis berkerudung magenta dengan iris mata biru laut yang memikat, tengah berjalan dengan langkah tenang menuju ke kantor TU. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membawa aroma bunga-bunga yang sedang mekar di taman sekolah.

Di tengah perjalanannya, tiba-tiba suara keras mengagetkan Mazila, membuat langkahnya berhenti sejenak. Seorang lelaki berbadan besar, dengan aura-aura intimidatif, membuang sebotol kaleng minuman secara sembarangan ke lantai. Melihat tindakan tidak terpuji. Mazila dengan langkah cepat menghampiri lelaki itu.

"Permisi, Abang, bisakah kau membuang sampah itu pada tempatnya?" tegur Mazila.

Lelaki tersebut membalikkan badannya, dengan tatapannya tajam mendekat ke arah Mazila, membuat detak jantungnya berdegup kencang. Mazila dengan tangan yang gemetar, hanya bisa terdiam, sambil memegang papan dada yang di atasnya terjepit selembaran dokumen kertas.

"Hei! Jangan ganggu dia!" Teriak Mara dengan lantang, suaranya bergema di seluruh koridor. Mara, meskipun bertubuh kecil dan mungil, memancarkan aura keberanian yang membuat lelaki itu terdiam sejenak.

"Siapa kau!? Berani-beraninya,
kau ikut campur urusan orang
lain," bentak lelaki tersebut,
dengan nada mengancam.

"Heh, siapa aku? Aku ketua keamanan dan kebersihan lingkungan sekolah. Karena kau telah melanggarnya. Jadi, sebagai hukuman, beri hormat pada bendera selama 3 jam," jelasnya tegas.

"A-ampun!" Lelaki itu mengurungkan niatnya dan berlalu pergi dengan wajah merah padam. Mazila, yang sebelumnya terdiam, merasa kagum dengan keberanian Mara. Ia menatap Mara dengan penuh kekaguman. Dalam hati, Mazila berbisik, "Wow, ternyata perempuan kecil seperti
Mara dapat menjadi sangat berani
dan kuat. Aku harus belajar dari dia!"

"Kamu baik-baik saja? Apa kamu terluka? Apa yang dia lakukan padamu?" Berbagai pertanyaan
di lontarkan dari mulut Mara yang menatap Mazila dengan kekhawatiran.

"Tenang saja, dia tidak melakukan apa-apa padaku dan aku baik-baik saja. Terima kasih, Mara," jawab Mazila dengan nada lembut.

Mara mengangguk, "Sama-sama. Eh? Kamu mengenaliku?" tanya Mara,
mata bulat itu menatap heran.

"Tentu saja. Aku baru bergabung ke dalam divisi anggota keamanan dan kebersihan sekolah," jawab Mazila.

"Benarkah? Terbaik! Kalau begitu mohon kerja samanya, semoga betah yaa!" Jawab Mara dengan semangat.

"Yaa!" sahut Mazila mengangguk menunjukkan rasa haru karena sambutan hangat dari Mara.

.

1 Tahun kemudian...

"Katanya, ada sekelompok murid laki-laki yang selalu bolos sekolah
saat jam pelajaran ke 3/4. Kita harus menangkap mereka segera, Mazila!" instruksi Mara membuat nama yang
di panggil mengangguk, "Baiklah".

"Hap! Eughh! Haa..." Seorang pemuda, dengan napas tersengal-sengal, tengah memanjat dinding sekolah, berusaha untuk masuk ke area sekolah secara diam-diam.

"Ekhem! Pasukan senyap, dari mana saja kalian, hmm?" tanya Mara
dengan nada bercanda, berdiri di samping Mazila yang memandang pemuda itu dengan tatapan tajam.

"Hah, apa? Pasukan senyap? Tunggu! Bagaimana kalian bisa ada di sini?!" Pemuda tersebut terkejut, bingung dengan julukan yang diberikan.

"Heh, ketahuan juga kalian, berkumpul sekarang. Akan aku catat nama kalian satu per satu," ujar Mazila dengan tegas, suaranya terdengar lugas dan penuh kewibawaan.

Di Balik Keluarga CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang