Hari Pemakaman Bunda

84 10 14
                                    

"Bibi akan mengambil hak asuh adikmu, Halilintar sayang~"

"Maksud bibi adalah... Bibi ingin mengambil mereka berdua dariku?" tanya Hali dengan suara bergetar.

Sosok itu tersenyum licik, "Betul sekali, Halilintar. Bibi akan merampas hak asuh mereka darimu. Mereka akan menjadi milik bibi sekarang."

Halilintar merasakan amarah memuncak di dadanya, "Apa?!?
Jangan bercanda, aku tidak akan melepaskan mereka. Bibi tidak
boleh mengambil mereka dariku!!"

Sosok yang disebut sebagai Bibi oleh Halilintar hanya tertawa sinis. Dengan nada dingin ia membalas, "Kau tidak memiliki pilihan, Halilintar. Dan kau tidak bisa menghalangi rencana bibi,"

Halilintar menatapnya dengan tajam, "Kau tidak akan pernah bisa merenggut keluarga dariku. Aku akan melindungi mereka dengan caraku sendiri!" teriaknya dengan lantang.

Wanita itu berdecak, "Aku bawa yang ini saja, Hali. Kau adalah kakak yang membosankan!" cibir Bibi itu sambil meraih lengan Taufan dengan kasar.

"Aww! Sakit! Lepasin! Kak Hali," rintih Taufan sambil berontak dan berusaha melepaskan diri dari cengkraman Bibi.

"Ugh! Aku bilang lepasin! Penculikan! Upan gak mau!! Dan Kak Hali tidak membosankan seperti yang kau kira meskipun agak sedikit garang tapi Dia adalah kakak yang paling hebat!" protes Taufan sambil menepis tangan Bibi. Lalu ia berlari ke belakang Hali.

"Ishh.. Kalian berdua sama saja! Sudah baik-baik aku menawarkan bantuan, tapi mengapa kamu dengan beraninya malah tidak menerimanya? Itu tidak wajar!" gerutu Bibi kesal sambil menghentakkan kakinya ke lantai.

"Sebentar," ujar Bibi, terpotong,
seperti baru menyadari sesuatu,
"Masih ada yang bayi disini. Hmm.. Baiklah, Bibi biarkan anak bandel
itu tetap bersamamu, tapi Bibi
sangat menginginkan bayi itu."

Gigi Hali bergemelatuk menahan emosi, "Sudahi omong kosongmu, Bibi. Mau bagaimana pun caranya aku akan tetap merawat adik-adikku. Mereka harta karunku yang berharga."

Hali menahan napas sejenak, "TOLONG!! ADA MALINGHGG!!"

Bibi tersentak oleh teriakan Hali,"B-beraninya K-kau meneriaki ku maling!?! Tidak bisa di terima!" serunya dengan raut wajah murka.

Tanpa ragu, Bibi meraih bayi dan tanpa ampun memisahkan bayi dari Hali dengan kasar. "Kau tidak akan bisa menahan ku Hali karena kau masih anak-anak! Bayi ini milikku sekarang!" Suka ngancam, Namun, minusnya ia tidak menyadari, Taufan berhasil melarikan diri dan berlari cepat ke luar rumah untuk mencari perlindungan dari warga sekitar.

Di luar rumah, "Hwaa! Tolong!!
Ada maling di rumah kami!! Dia
mau menculik adik kesayangan kami!" Suara seruan itu memicu reaksi cepat dari tetangga-tetangga sekitar, yang segera berkumpul untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi di rumah Hali.

"Ada apa, nak?!" pekik warga panik saat mendengar teriakan Taufan.

"Tolong selamatkan kakak dan adik saya dari cengkraman nenek sihir!!"

"Apaa!?!"

.

"Kau! Keluar sekarang, tidak baik menakuti anak-anak," tegur seorang pria mencengkram lengan sang Bibi.

"T-tung, a-apa y-ang kalian lakukan!? Lepaskan aku!" teriak Bibi ketakutan.

"Bibi, benar kata bibi, maaf karena aku masih anak-anak. Lantas kalau anak-anak kenapa? Bukan berarti hanya orang-orang dewasa yang bisa merawat anak-anak mereka. Bahkan seorang kakak pun bisa berusaha keras, aku pun bisa. Karena itu..."

Halilintar memandang Bibi dengan tatapan penuh keberanian, merangkul Taufan dan mengendong Gempa di dekat dadanya, "Jangan ambil harta karun ku." Hali memohon dengan nada rendah namun tegas.

Di Balik Keluarga CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang