08

1.4K 85 0
                                    

Tengah malam Edward yang tengah tertidur terusik saat ada suara ketukan dari arah pintu kamarnya. Edward menggeram kesal dengan malas ia bangun dari tidurnya. Ia melihat ke samping dan terlihat Alexa yang tertidur pulas dengan wajah damainya, dengan pelan Edward membenarkan selimut Alexa dan ia beranjak dari kasur ke arah pintunya untuk melihat siapa yang berani menggangunya tengah malam begini.

Begitu pintu terbuka terlihat siluet wanita yang ia cintai, Vania. Tengah berdiri dihadapannya. Edward segera menutup pintu kamarnya dan mendekat ke arah Vania. Saat Vania akan memeluknya Edward menepis tangan Vania dan membuatnya menatap Edward heran sekaligus marah.

"Kenapa kamu kesini? Bagaimana kalau ada yang tahu? Ayah bisa marah besar," ucap Edward kesal.

"Jadi kau mengusirku? Setelah hampir 2 minggu kita tidak bertemu dan ini adalah sikap yang kau berikan? Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi Edward? hiks," ucap Vania dengan bergetar air mata sudah mulai berjatuhan dari sudut matanya. Edward yang mendengar Vania mulai terisak segera membawanya ke ruang kerjanya takut nanti ada yang lewat dan melihat mereka.

Di ruang kerja Edward mencoba menenangkan Vania yang masih menangis dipelukannya. "Maafkan aku karena tidak menemuimu selama hampir 2 minggu ini. Aku benar-benar sibuk sayang, bahkan kemarin aku tidak tidur karena mengerjakan pekerjaanku yang menumpuk," jelas Edward.

"Tapi kenapa kau hiks tadi mengusirku? apa kau tidak merindukanku? hiks. Setiap malam aku selalu memikirkammu tapi kau malah bersikap seperti itu saat melihatku hiks".

"Sudah jangan menangis, maafkan aku hm. Sekarang aku disini kan? jangan bersedih lagi," Edward mengusap pelan pipi Vania yang basah.

"Sudah lebih tenang sekarang?". Vania mengangguk sebagai balasan. Edward menarik tangan Vania dan mengajaknya duduk di sofa yang ada di ruang kerjanya dengan Vania yang ada di pangkuannya menghadap ke arahnya.

"Edward, kapan kau akan menikahiku? bukankah kau sudah berjanji setelah pernikahanmu dengan pangeran Alexa kau akan meminta izin kepada ayahmu dan menikah denganku?" tanya Vania sambil memainkan kancing atas baju Edward.

Edward mengelus rambut panjang Vania dengan lembut, "Sabarlah sebentar lagi sayang, tidak mudah untuk meminta izin ayah, kamu tahu sendiri kan bagaimana sikap ayah mengenai hubungan kita ini?" ucap Edward dengan memainkan rambut Vania dan menyelipkannya di antara telinganya.

"Tapi.... ayahmu sudah berjanji kan? kalau begitu tagih janji itu. Bukannya aku memaksa hanya saja.... kau tau sendiri kan ibuku sakit-sakitan aku takut dia tidak bisa melihat putri satu-satunya menikah sampai hembusan nafas terakhirnya," Vania menunduk dalam mengeratkan pelukannya.

Edward menghela nafas pelan, "Baiklah besok aku akan mencoba bicara pada ayah, jangan sedih".

Vania mengangkat kepalanya dan menatap Edward dengan berninar, "Benarkah? terima kasih Edward. Aku sangat mencintaimu," Vania mengecup bibir Edward pelan.

"Aku juga mencintaimu sayang," bisiknya. Dengan rakus Edward memperdalam ciuman mereka dengan tangan Edward berada di tengkuk Vania menahan kepalanya agar ciuman mereka semakin dalam. Tangan satunya lagi meraba punggung Vania dengan sensual.
_____________________________

"Yang mulia, putra mahkota izin ingin bertemu dengan anda," ucap pengawal.

"Biarkan dia masuk,"

Pintu dibuka dan Edward memasuki ruang kerja ayahnya, terlihat ayahnya yang tersenyum kepadanya, sangat tidak biasa.

"Salam ayah, apa aku mengganggu ayah?" tanya Edward setelah berdiri di depan ayahnya.

"Tentu tidak putraku, kemarilah duduk dulu, kau ingin minum apa ayah akan meminta pelayan untuk menyiapkannya," tawar Marquez.

My Idiot PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang