Edward menggosok tangan Alexa yang dingin dengan sesekali meniupnya supaya hangat. Alexa sudah dibawa ke kamarnya dan tabib istana juga tengah memeriksanya sekarang. Sebelum membawa Alexa ke kamar tadi Edward sempat menanyakan ke Dave kenapa ia tidak membawa Alexa masuk ke dalam? dan Dave hanya menjelaskan kalau ia sudah mencoba membujuk Alexa tapi Alexa masih mau menunggu Edward. Mendengar jawaban dari Dave membuat Edward merasa bersalah karena sudah membuat Alexa menunggu seharian dan ia malah berduaan dengan Vania melupakan Alexa yang menunggunya sampai kedinginan.
"Bagaimana apa dia baik-baik saja?" tanya Edward.
"Suhu tubuh pangeran Alexa naik sangat drastis kemungkinan pangeran mengalami demam yang mulia."
"Baiklah, sekarang pergilah dan siapkan obat yang terbaik untuknya." Tabib mengangguk kemudian membungkuk singat dan pergi dari sana.
Edward masih senantiasa menemani Alexa, baru beberapa bulan lalu ia terbaring seperti ini karena ulahnya, dan hari ini Alexa juga terbaring seperti ini juga karenanya. Tapi meskipun seperti itu Alexa selalu memaafkannya, entah karena sifat aslinya yang polos dan baik hati atau memang karena penyakitnya yang membuatnya seperti anak kecil ini sehingga sangat mudah memaafkan orang lain.
Berbeda dengan Edward yang tengah merenungi kesalahannya ke Alexa. Vania di kamar yang sempat menjadi saksi kegiatannya dengan Edward tengah dipenuhi amarah setelah tahu kalau Edward meninggalkannya begitu saja karena menemui Alexa dan sekarang tengah menemaninya dikamar hanya berdua saja. Vania merasa diabaikan dan semua ini karena Alexa yang selalu mengganggu kebersamaan dirinya dan Edward. Karena tidak mau menunggu ia memanggil pelayan dan memintanya untuk menyampaikan pesan ke Edward.
Pintu diketuk dari luar, dan dibuka perlahan terlihatlah pelayan kemudian ia menyampaikan pesan dari Vania, "Yang mulia nona Vania menunggu anda di kamarnya. Anda diminta untuk segera kesana."
"Katakan padanya aku tidak bisa kesana saat ini Alexa tengah sakit dan aku tidak mungkin meninggalkannya sendirian. Katakan padanya untuk tidur sendiri dulu malam ini, dan juga katakan maafku padanya."
Setelahnya pelayan tadi pergi dari sana dan menyampaikan pesan tadi ke Vania. Vania semakin dibuat emosi karena Edward menolaknya dan lebih mementingkan Alexa. Vania yang emosi akhirnya memilih tidur karena ia juga kelelahan setelah tadi menghabiskan waktunya bersama Edward.
___________________________"Eumm... hiks bundaaa" Alexa meracau dalam tidurnya. Ia bergerak tidak nyaman membuat Edward yang tertidur di sampingnya memiringkan tubuhnya dan memeluk Alexa supaya tenang.
"Tenanglah Alexa. Jangan menangis apa ada yang sakit hm? tidurlah lagi." Tak berselang lama suara isakan itu tergantikan oleh dengkuran halus. Edward menoleh ke bawah dan menyingkirkan rambut halus Alexa yang menutupi sedikit wajah cantiknya.
"Makhluk cantik seperti ini bagaimana bisa aku membencinya? meskipun aku sudah berusaha untuk membencimu tapi sifat polosmu yang terkadang membuatku jengah juga terkadang membuatku tidak tega. Jangan berubah dan tetaplah menjadi Alexa yang polos seperti ini. Aku memang tidak mencintaimu karena sudah ada seseorang yang mengisi hatiku, tapi aku akan selalu menjagamu," ucap Edward sambil menatap wajah teduh Alexa yang tertidur nyaman. Ia mengecup pelan sudut mata Alexa yang masih tersisa air mata itu kemudian ikut memejamkan matanya.
Keesokan paginya tabib istana kembali memeriksa Alexa, dan suhu tubuh Alexa sudah kembali normal tapi ia masih tetap harus beristirahat karena tubuhnya masih sangat lemah. Edward mengangguk faham mendengar penjelasan tabib. Violetta juga ada disana setelah tadi diberitahu oleh pelayannya kalau Alexa sakit. Edward tahu kalau ibunya begitu menyayangi Alexa. Bagaimanapun bagaimana bisa anak sebaik dan semanis Alexa ada yang membencinya, kecuali dirinya yang masih denial dengan perasaanya sendiri.
"Putra ibu yang manis kita sarapan dulu ya? biar ibu suapi hm," Alexa menangguk dan mendudukkan dirinya dibantu oleh Edward.
"Ibu aku pergi dulu, ada hal yang harus dilakukan," pamitnya yang diangguki oleh sang ibu.
Edward berjalan ke arah tempatnya meninggalkan kekasihnya sendirian kemarin.
"Sayang." Panggil Edward setelah memasuki kamar.
Tapi tidak terlihat ada sosok yang dicarinya, ia memanggil salah satu pengawal di depan kamar dan bertanya kemana perginya kekasihnya, dan prajurit tersebut mengatakan kalau Vania sudah pergi beberapa saat lalu dan terlihat marah. Edward menghela nafas panjang kemudian duduk disalah satu sofa di kamar tersebut.
_____________________________Chapter kali ini cuman dikit karena bingung mau nulis apa lagi:(
Semoga sukaaaa🫶🏼
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Prince
RandomDi sebuah kerajaan yang megah terdapat pangeran yang memiliki paras wajah yang tegas serta menawan, siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona oleh parasnya, tapi semua pangeran dari kerajaan lain tidak ada yang mau menikah dengannya, karena sang...