"Cepat buka pintunya, ini sudah pagi!" teriak Dave pada penjaga disana.
"Kami tidak bisa membuka pintu itu sampai yang mulia raja sendiri yang memberi perintah," jawab penjaga itu dengan tegas.
Dave mengeraskan rahangnya, ia menggeram marah. Dave berjalan ke arah penjaga itu dan berdiri tepat di depannya. "Yang mulia raja memberi perintah untuk melepaskannya saat fajar terbit. Matahari sudah ke permukaan saat ini, lalu apa yang membuatmu tidak mau membuka pintunya."
Penjaga itu membalas dengan tegas bahwa mereka tetap tidak bisa membuka pintu itu sampai yang mulia raja sendiri yang memerintahkan mereka.
"Ini bersangkutan dengan nyawa seseorang! Jika terjadi sesuatu kepada yang mulia ratu apa kau bisa bertanggung jawab! Apa kau-" Dave yang sudah emosi membentak penjaga disana sampai seorang pelayan berjalan ke arah mereka dan menghentikan ucapan Dave.
"Yang mulia raja memberikan perintah untuk melepaskan yang mulia ratu. Saya datang kesini untuk menyampaikannya pada kalian, ini perintah langsung dari yang mulia raja." ucap pelayan itu.
Penjaga disana mengangguk mengerti, dan berjalan ke arah gudang kemudian membuka pintu tersebut.
Kriettt....
Pintu dibuka dan sinar matahari memasuki ruangan yang gelap serta berdebu itu. Dave langsung berlari masuk, ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan tuannya. Di pojok ruangan terdapat sosok yang dicarinya tengah meringkuk seperti janin di dinginnya lantai di ruangan tersebut.
"Yang mulia! Yang mulia anda baik-baik saja?," ucap Dave sambil menghampiri Alexa.
"Astaga badannya panas sekali, pasti pangeran terkena demam. Panggil tabib sekarang!" perintah Dave pada penjaga disana yang segera berlari pergi mencari tabib.
Dave menggendong Alexa bridal style ke kamarnya, diletakkannya Alexa dengan perlahan, kemudian menyelimuti tuannya supaya tidak kedinginan. Dave memandangi Alexa dengan raut wajah sedih, Alexa sangat diberlakukan tidak adil disini, padahal saat di kerajaannya sendiri dia bagaikan makhluk yang sangat berharga, dia selalu dimanja, kasih sayang selalu dia dapatkan, senyuman selalu tampil indah di wajahnya yang polos, tapi disini dia jadi sering menangis hampir setiap malam, bahkan luka di punggungnya terkadang masih membuat tuannya kesakitan, yang membuat tidurnya tidak nyaman.
"Cepat diperiksa tabib, tubuhnya sangat panas, badannya juga menggigil." Tabib tersebut mengangguk faham dan segera memeriksa Alexa.
"Yang mulia permaisuri terkena demam yang tinggi, tubuhnya sangat rentan terhadap udara dingin, waktu itu saya sudah memberitahu jangan sampai yang mulia terkena udara dingin terlalu lama karena itu bisa membahayakan tubuhnya. Untuk sekarang biarkan yang mulia beristirahat di tempat yang hangat dulu, setelah beliau sadar nanti berikan dia makanan yang hangat supaya tubuhnya tetap hangat." jelas tabib. Setelahnya ia pergi dari sana.
Di taman istana dua insan yang dengan santainya menikmati teh di pagi hari dengan saling berbincang terlihat tidak merasa bersalah sama sekali telah membuat sosok yang sangat rapuh itu merasakan sakit sekali lagi. Mereka bahkan terlihat tidak peduli sama sekali. Mereka melupakan sosok yang rapuh itu yang saat ini tengah merasakan sakitnya seorang diri.
"Maafkan hamba karena mengganggu waktu anda yang mulia, tapi saat ini yang mulia permaisuri sedang sakit, apa anda tidak ingin melihatnya sebentar?" ucap salah satu pelayan kepada Edward yang tengah berduaan bersama Vania menikmati secangkir teh di pagi hari.
"Dia bukan anak kecil lagi, bisa menjaga dirinya sendiri. Kau tidak lihat aku sedang sibuk sekarang? lagi pula ada banyak pelayan disini, dia tidak akan kekurangan apapun. Pergilah dari sini kau menggangu waktuku," ucap Edward dingin, bahkan ia tidak melihat ke arah pelayan itu sama sekali, ia masih fokus dengan Vania yang menyenderkan kepalanya di bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Prince
RandomDi sebuah kerajaan yang megah terdapat pangeran yang memiliki paras wajah yang tegas serta menawan, siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona oleh parasnya, tapi semua pangeran dari kerajaan lain tidak ada yang mau menikah dengannya, karena sang...