Sebulan sudah waktu yang berlalu semenjak kejadian itu. Dan sebulan juga Raja Marquez terbaring lemah di atas kasurnya. Ia dinyatakan sakit karena kelelahan dan terlalu banyak pikiran. Faktor usia juga menjadi pemicunya, setidaknya itu yang dikatakan dokter.
"Ibu istirahatlah dulu, biar Edward dan para pelayan yang menjaga ayah. Sudah 3 hari ini ibu tidak istirahat yang cukup. Edward tidak mau ibu ikut sakit juga," Edward memegang kedua tangan ibunya yang masih setia duduk di samping suaminya yang terbaring lemah.
Alexa yang juga ada disana ikut menimpali, "Ibu makan dulu ya, Alexa suapin mau? atau mau Alexa temenin makannya? soalnya kalo Alexa gamau makan biasanya bunda bawa Alexa ke taman terus suapin Alexa," jelas Alexa membuat Violetta tersenyum tipis. Menantunya itu memang selalu berhasil membuatya gemas.
Violetta menatap Edward sejenak lalu menatap suaminya mengecup keningnya lama dan beranjak dari sana dengan menggandeng tangan Alexa. "Ayo ibu mau makan ditemani Alexa," Alexa mengangguk senang dan mengikuti langkah Violetta.
"Bagaimana dokter apa ayah sudah lebih baik?" tanya Edward yang mendapat gelengan lesu dari pria tua di depannya. Kondisi Marquez semakin turun seiring bertambahnya waktu. Membuat dokter kerajaan dan juga dokter terbaik yang ada di penjuru istana tidak tahu lagi harus melakukan apa. Pasalnya Marquez seperti mayat hidup ia tidak merespon apapun tapi netranya masih terbuka dengan lebar hanya saja tatapan itu membuat siapapun yang melihatnya merinding, entah apa yang dilihat Marques di langit kamarnya. Pernah sekali pada tengah malam pelayan yang akan melihat keadaan Marquez dikagetkan dengan Marquez yang tiba-tiba berdiri di atas kasur dengan pandangan kosong ke depan. Ketika di panggilkan Violetta atau Edward maka ia akan kembali terbaring seperti semula. Seolah hal tadi tidak pernah terjadi.
_______________________Violetta terduduk lemas di ambang pintu kamarnya dan berteriak histeris membuat para pelayan dan pengawal di dekatnya menghampirinya. Namun begitu melihat apa yang ada di depan mereka membuat mereka langsung histeris juga. Violetta yang akan memasuki kamarnya setelah dari dapur untuk mengambil air minum dikagetkan dengan pemandangan suaminya yang sudah bersimpah darah dengan pedang di tangannya. Violetta tidak percaya ini suaminya yang sakit bahkan untuk duduk saja susah bagaimana bisa melakukan hal tersebut.
Edward dan Alexa yang mendengar ada ribut di luar mengecek keadaan. Kamar mereka memang lumayan jauh dari kamar orang tuanya. Dengan tergesa Edward berjalan ke arah kamar ayahnya setelah mendapat kabar dari salah satu pelayan yang berlari ketakutan.
"Ibu! ibu...apa yang terjadi?" Edward berjongkok dan memeluk ibunya yang masih terduduk lemas dengan derasnya air mata yang mengalir.
"Edward ada ap-" Alexa tidak bisa melanjutkan kalimatnya melihat pemandangan di depannya. Seketika ia pingsan yang untung langsung diterima oleh Dave sehingga Alexa tidak sampai jatuh ke lantai.
Edward meminta para pelayan untuk membawa ibunya dan Alexa yang pingsan ke tempat yang aman dulu supaya tenang, sedangkan ia dan para petinggi kerajaan akan menyelidiki hal ini.
"Kami tidak menemukan apapun pangeran, sepertinya ini adalah tindakan bunuh diri," Edward menatap tajam pria di depannya.
"Tidak mungkin ayahku melakukan hal itu! Ayahku bukan orang bodoh yang akan melakukan tindakan bodoh seperti itu jadi jangan bicara sembarangan!" bentaknya dengan urat yang tercetak jelas di kulitnya.
"Cari terus, temukan bukti apapun itu, hal sekecil apapun aku tidak peduli!" Edward berjalan pergi dari sana untuk melihat ibunya setelah mengatakan hal itu.
Suasana semakin runyam tidak ada hal apapun yang ditemukan oleh tim penyelidik diseluruh ruangan sudah di geledah namun nihil. Violetta terus menangis dan Alexa masih syok ia ketakutan. Edward mengelus lengan atas ibunya mencoba menenangkan. Sedangkan Alexa ditenangkan Dave.
Malam harinya penjagaan istana diperketat sesuai perintah dari Edward terutama di sekitar kamar Ratu dan juga Alexa, takut kalau pelakunya akan kembali. Edward memasuki kamarnya ia lelah setelah seharian mencari bukti yang lenyap. Ia menghela nafas lelah dan melirik ke arah kasur saat mendengar isakan kecil dari sana. Edward berjalan mendekat dan saat tepat di depan kasurnya Edward melihat Alexa yang meringkuk dengan tangan kecilnya yang mengepal erat memegangi selimut yang menutupi tubuhnya seolah tidak boleh dilepas. Bahkan terlihat Alexa masih dalam tidurnya. Edward menarik selimut itu dan Alexa semakin menangis kencang dengan tubuh yang bergetar hebat. Edward panik kemudian ia mengangkat tubuh ringan Alexa dan memangkunya dengan menghadap ke arahnya. Edward mengelus punggung bergetar Alexa memberi kenyamanan. Alexa masih menangis dengan sedikit meracau keringat dingin membasahi hampir seluruh tubuhnya.
Edward mencoba melepaskan pegangan erat Alexa pada bajunya dan mengelus tangan itu lembut. "Alexa tenanglah ini aku Edward. Jangan takut hm," ucapnya tepat di telinga Alexa.
Alexa sesenggukan dan hidung serta matanya sudah memerah. "Bunda hiks..... Lexa mau pulang hiks Lexa kangen bundaaa hiks," racaunya.
Tak lama terdengar dengkuran halus dari bibir manis Alexa. Edward menunduk sedikit dan terlihat Alexa yang kembali tertidur. Edward membenarkan rambut Alexa yang sudah basah oleh keringat terlihatlah wajah menawan Alexa dengan mata sembab dan hidung merahnya menambah kesan imut. Edward tersenyum tipis melihat itu. Dirinya yang juga kelelahan akhirnya tertidur juga masih dengan posisi semula, sebelum tidur Edward menarik selimut untuk menutupi punggung Alexa.
Matahari sudah menampakkan sinarnya burung-burung berkicauan di luar, para pelayan serta penjaga istana melakukan tugasnya.
Alexa terbangun kemudian dengan cepat ia mendongak dan mata mereka bertemu, ternyata Edward juga tengah menatapnya sedari tadi.
"E-edward.... A-ayah aku melihat ayah..... Darah-". Edward menangkup pipi Alexa dengan kedua tangannya dan menggeleng pelan.
Edward tahu Alexa pasti sangat syok pikiran dan mentalnya yang seperti anak kecil masih tidak bisa menerima hal yang dilihatnya. Edward bisa memaklumi Alexa yang ketakutan.
"Tidak ada yang terjadi jangan dipikirkan lagi, lebih baik sekarang mandi dan kita pergi sarapan lihat badan dan bajumu basah karena keringat," Alexa menatap Edward lama kemudian mengangguk kecil.
Edward memanggil pelayan yang berjaga di depan kamarnya dan meminta untuk mengurus Alexa karena ada yang harus ia lakukan.
Edward berjalan cepat ke arah ruang kerjanya setelah tadi diberitahu kalau tim penyilidik ingin bicara, sebenarnya sudah sedari tadi ia diberitahu hanya saja saat itu Alexa masih tertidur jadi Edward tidak mau mengganggunya alhasil ia menunggu sampai Alexa bangun dulu.
Edward langsung duduk di sofa ruang kerjanya bersama yang lain, dan langsung menatap mereka semua meminta penjelasan.
"Kami menemukan cairan asing dari kamar Yang mulia raja pangeran," jelas salah satu tim penyelidik. Ia mengeluarkan sampel cairan itu di dalam botol kaca berukuran kecil.
"Cairan apa ini?"
"Kami menemukannya di dekat jasad Yang mulia Marquez, kami kira itu adalah darah beliau karena warnanya yang mirip tapi setelah di liat lagi warnanya agak berbeda, saat ini tabib dan ilmuwan kerajaan masih mencoba mencari tahu, kemungkinan besar itu adalah racun yang diberikan kepada Yang mulia raja," jelasnya panjang.
Edward menggeram, kilatan matanya yang tajam serta auranya yang mencekam membuat mereka yang ada disana merasa ditekan. "Setelah hasilnya keluar segera beritahu aku, aku akan menangkap pelakunya dengan tanganku sendiri, tidak ada maaf untuknya," ucapnya rendah. Setelah mengatakan itu Edward berdiri dan pergi dari sana.
______________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Prince
RandomDi sebuah kerajaan yang megah terdapat pangeran yang memiliki paras wajah yang tegas serta menawan, siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona oleh parasnya, tapi semua pangeran dari kerajaan lain tidak ada yang mau menikah dengannya, karena sang...