30

1.3K 74 6
                                    

"Hormatku kepada baginda raja, pelayan pribadi dari permaisuri meminta izin untuk bertemu dengan anda yang mulia," ucap pengawal itu dengan hormat.

Edward menaikkan satu alisnya bingung, "Suruh dia masuk," titahnya. Pengawal itu mengangguk mengerti dan membuka-kan pintu.

Setelah Dave memasuki ruangan kerja Edward pengawal itu meninggalkan mereka berdua disana, tidak lupa menutup pintu terlebih dahulu.

"Katakan ada hal apa kau ingin bertemu denganku secara pribadi? Apa ada hal yang mendesak?" tanya Edward datar.

"Salam yang mulia, kedatangan hamba kesini adalah untuk melaporkan kejahatan berupa pembunuhan berencana kepada yang mulia ratu Alexa," jelas Dave tanpa ragu.

Edward menatap Dave dengan serius, "Apa maksudmu? siapa yang berani melakukan hal itu di bawah pengawasanku? jelaskan semuanya."

Dave mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya sesuatu yang tertutupi oleh sapu tangan berwarna hitam.

"Ini adalah bukti dari kasus itu yang mulia, buah apel ini saya temukan 4 bulan yang lalu, tepat sehari setelah ibu dari sang selir datang ke istana ini," Dave mengucapkan itu tanpa keraguan sedikitpun bahkan tidak terlihat sorotan mata yang ketakutan.

Edward mengepalkan tangannya, tapi ia masih mencoba untuk mendengarkan penjelasan Dave sampai selesai. "Apa hubungan ibu dari sang selir dengan kasus yang kau maksudkan?" tanyanya dingin.

"Di hari saat nyonya Vivian datang kemari beliau di hadang oleh prajurit yang berjaga di gerbang masuk karena dianggap orang yang asing. Kemudian ratu datang dan menghentikan prajurit yang akan mengusirnya. Nyonya Vivian memberikan sebuah apel kepada sang ratu sebagai hadiah yang diterima ratu. Kemudian saat siang harinya hamba menemui ratu dan menemukannya menangis karena apelnya di curi oleh seekor tupai. Besok paginya prajurit dan beberapa pelayan dibuat heboh dengan kematian 4 ekor tupai di bawah pohon dekat istana, kematian tupai-tupai itu sangat tidak wajar. Dan disana ditemukan apel ini, apel yang sama yang diberikan oleh nyonya Vivian kepada ratu Alexa. Ini adalah bukti bekas gigitan dari tupai-tupai itu. Saya sudah memeriksanya langsung dengan tabib, dan memang ditemukan racun di sana. Jadi bisa dipastikan ini adalah-" penjelasan panjang Dave terpotong diakhir kalimatnya.

"Cukup! Berhenti bicara, kau tahu apa yang kau katakan ini? Ini adalah pencemaran nama baik kau bisa dihukum berat karena hal ini," ucap Edward marah, dengan sorot matanya yang tajam ia menatap Dave yang berdiri disana dengan tenang.

"Saya tidak takut dihukum, anda bisa menghukum saya kalau memang benar saya bersalah. Tapi disini saya sudah melakukan hal yang benar, saya mencoba melindungi ratu Alexa, majikan yang memang saya diperintahkan untuk melindunginya walaupun taruhannya adalah nyawa saya sendiri." Edward semakin murka dibuatnya, urat tercetak jelas pada leher dan tangannya yang mengepal erat.

"Kau begitu berani untuk seorang pelayan. Baiklah kalau kau tidak takut akan kematian maka aku akan menghukum mati dirimu saat ini juga untuk pencemaran nama baik, dan tuduhan tanpa bukti yang kuat, dan omong kosong lainnya." Edward berucap penuh amarah. Ia mengambil pedangnya dan berjalan dengan langkah tegasnya ke arah Dave yang berdiri dengan tenang disana.

"Ini hanya akan membuat nama anda menjadi buruk yang mulia, karena anda membunuh pelayan yang ingin melindungi tuannya," ucap Dave sebelum pedang tajam itu menebas lehernya. Edward menghentikan pedangnya yang sudah ia ayunkan tepat di leher milik Dave, terdapat goresan disana, aliran darah segar mengalir sampai mengenai kerah kemeja putih Dave.

Edward menatap Dave tajam dengan manik gelapnya. "Kalau begitu besok pagi, persidangan akan dilakukan untuk kasus ini, hukumanmu akan ditentukan besok. Carilah bukti yang kuat jika kau tidak ingin kepalamu terpenggal dan di gantung di balai kota," ucapnya tepat di depan Dave yang menatap ke depan tanpa ekspresi.

My Idiot PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang