Hari ini, Edward dan Alexa harus kembali ke kerajaan setelah menerima kabar bahwa ada kekacauan di istana. Kerajaan musuh telah mulai mengirim ancaman kepada Engrasia, dan Edward menyadari bahwa terlalu lama berada di luar istana dengan pengawalan terbatas adalah risiko yang besar. Maka, ia memutuskan untuk kembali secepat mungkin.
Saat mereka bersiap untuk pergi, Cecil, seorang anak kecil dari panti, mendekati Alexa dengan wajah sedih. "Yang Mulia, cepatlah kembali lagi ke sini. Kunjungi kami lagi, ya? Cecil akan menunggu," ucapnya dengan suara lirih.
Alexa merasa hatinya berat melihat kesedihan di mata anak-anak. Ia pun ikut merasa sedih karena harus meninggalkan mereka begitu cepat, apalagi di tengah ancaman yang mengharuskan mereka segera kembali ke istana. Namun, keadaan tidak memungkinkan mereka untuk berlama-lama di luar. Bahaya bisa datang kapan saja, dan Edward jelas tidak ingin mengambil risiko.
Alexa berjongkok dan mengusap kepala Cecil dengan lembut, memberikan senyuman yang menenangkan. "Lexa berjanji akan datang lagi untuk bermain dengan Cecil. Tapi Cecil harus berjanji juga, ya, akan jadi anak yang baik dan membantu ibu panti. Setuju?"
Cecil mengangguk dengan semangat. "Setuju, Yang Mulia!"
Pengurus panti yang berdiri di dekat mereka turut tersenyum dan berkata, "Yang Mulia, terima kasih banyak atas kunjungan Anda. Anak-anak akan sangat menanti kedatangan Anda kembali."
Alexa mengangguk lembut. "Lexa juga pasti akan merindukan tawa dan senyuman mereka. Ini adalah waktu yang sangat berharga."
Ia kemudian mengalihkan pandangannya kepada bayi yang sempat ia gendong. "Juan, jangan sering menangis, ya. Jadilah anak yang baik dan tumbuh sehat," bisiknya lembut.
Di kejauhan, Edward sudah bersiap di depan kereta kuda, memandang Alexa yang tampak masih enggan berpisah dengan anak-anak. "Ratu, ayo, kita harus segera pergi," panggilnya dengan nada tegas namun penuh pengertian.
Alexa menghela napas pelan dan melambaikan tangan pada anak-anak. "Sampai jumpa lagi, anak-anak. Jaga diri kalian baik-baik, ya," katanya sebelum akhirnya berjalan menuju Edward. Meski hatinya berat, ia tahu, mereka harus segera kembali ke istana, menghadapi ancaman yang sedang mengintai kerajaan mereka.
_______________________Di tengah perjalanan pulang, kereta Edward dan Alexa melewati jalanan yang terjal, dikelilingi oleh tebing-tebing curam dan bebatuan besar. Selama perjalanan, Alexa hanya terdiam, tampak tenggelam dalam kesedihan, sementara Edward, yang memahami perasaannya, memilih untuk tidak memecah kesunyian, memberinya waktu untuk merenung.
Keheningan itu tiba-tiba pecah ketika kusir di depan berteriak panik, "Yang Mulia! Ada orang bertopeng menyerang!"
Alexa tersentak mendengar teriakan itu, rasa takut menyergap dirinya, dan ia segera beringsut, memeluk Edward erat. Edward dengan lembut mengelus kepalanya, mencoba menenangkan Alexa yang mulai gemetar.
Melihat kekacauan di luar dari celah jendela, Edward menyadari bahwa musuh yang menyerang mereka jauh lebih banyak daripada prajurit yang mereka bawa. Situasinya sangat berbahaya, dan Edward tahu bahwa ia harus segera mengambil tindakan.
Ia memegangi kedua pundak Alexa, menatap matanya dengan penuh keseriusan. "Alexa, dengarkan aku. Keadaan di luar sangat buruk. Aku harus keluar untuk membantu prajurit kita. Aku akan membuka jalan untukmu, dan kau harus lari sejauh mungkin ke dalam hutan. Jangan menungguku, mengerti?"
Alexa menggeleng lemah, hatinya tidak sanggup membayangkan meninggalkan Edward sendirian. "Tidak! Lexa tidak mau meninggalkanmu di sini sendiri. Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu?" suaranya bergetar, penuh ketakutan.
Edward menangkup wajah Alexa, memaksa matanya menatapnya. "Alexa, percayalah padaku. Aku akan baik-baik saja. Aku janji, setelah ini selesai, aku akan datang menemuimu," ucap Edward, meyakinkannya dengan nada tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Prince
RandomDi sebuah kerajaan yang megah terdapat pangeran yang memiliki paras wajah yang tegas serta menawan, siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona oleh parasnya, tapi semua pangeran dari kerajaan lain tidak ada yang mau menikah dengannya, karena sang...