Seminggu sudah waktu yang terlewati sejak upacara penghormatan terakhir ratu Violetta, sekarang hanya tinggal kenangan saja yang tersimpan di hati setiap orang. Meskipun waktu sudah berlalu tapi tidak dengan kesedihan, serta rasa kehilangannya. Edward masih bersedih dengan kematian ibunya.
Edward duduk di ruang kerjanya dengan banyak sekali pikiran yang berkecamuk dalam kepalanya. Ia masih merasakan kesedihan atas kematian sang ibu, tapi saat ini mejanya penuh dengan laporan yang harus segera ia periksa. Edward tetap harus melakukan semua itu sekarang.
Saat ia tengah memeriksa laporan serta berkas lainnya, terdengar ketukan dari depan pintu. Edward menghela nafas lelah sebelum mengizinkan masuk.
Vania berjalan ke dalam ruang kerja Edward. Kemudian duduk di pangkuan suaminya itu.
"Ada apa? Apa yang membawamu kemari?" tanya Edward.
"Aku merindukanmu, sudah seminggu ini kau tidak menemuiku. Baby juga merindukan ayahnya," Vania menjawab dengan manja. Edward tersenyum dan mengecup bibir Vania singkat.
"Maafkan aku, saat ini aku sedang sibuk, banyak sekali berkas yang harus kuperiksa. Apa baby baik-baik saja?" Edward berucap sembari tangannya mengelus perut Vania.
"Baby baik-baik saja, tapi ada hal penting yang ingin kusampaikan padamu." Edward mengerutkan alisnya.
"Hal penting apa? Katakan."
"Hari saat kau pergi untuk memeriksa kematian ibumu aku dan Alexa pergi ke kota sebelah untuk membeli perhiasan, tapi saat aku tengah berbincang dengan pemilik toko Alexa menghilang entah kemana. Aku sudah mencarinya di sekitar toko tapi tidak menemukannya. Jadi aku kembali ke istana sendiri, dan saat malam hari aku melihat dari jendela kamarku kalau Alexa diantar oleh seorang pria." Jelas Vania berbohong. Vania tidak pernah memperdulikan Alexa yang menghilang, ia malah meninggalkannya di sana. Ia senang kalau Alexa tidak kembali ke istana.
"Dan.... hari ini dia izin kepadamu lagi untuk ke kota sebelah untuk bertemu temannya, benar?" Edward mengangguk. "Siapa tahu dia bertemu lagi dengan pemuda itu?" Vania berucap sembari melirik Edward yang sudah terlihat sangat marah. Tatapannya menjadi tajam dan tangannya mengepal sangat erat. Vania tersenyum licik. "Aku sebenarnya tidak ingin mengatakan ini tapi.... apa mungkin Alexa memiliki hubungan dengan pemuda itu?" ucap Vania pelan. Edward masih terdiam dengan raut wajahnya yang semakin menggelap.
"Kembali ke kamarmu, aku ingin sendiri saat ini," ucap Edward dengan suara rendah. Vania patuh dan melangkah pergi dari sana dengan tersenyum puas.
Alexa berjalan di lorong istana dari pintu masuk. Ia baru kembali dari tempat penginapan Noel. Ia berjalan dengan senyuman cerah yang tercetak di wajahnya.
"Hari ini Maria memberiku kue lagi, Lexa akan memberikannya pada Dave dan Edward nanti, mereka pasti akan suka," ucap Alexa dengan gembira.
"Permaisuri Alexa, selamat siang," sapa Vania yang berpapasan dengan Alexa.
Alexa menghentikan langkahnya, "Selamat siang juga selir Vania," sahutnya.
"Kau terlihat bahagia, apa ada hal baik yang terjadi?" ucap Vania basa-basi dengan senyuman palsunya.
"Benar, hari ini Alexa bertemu dengan teman Lexa, dan lihat, Alexa juga dibawakan kue." Alexa menunjukkan kue yang berada di tangannya.
"Wahh pasti enak, oh aku ada hadiah untukmu," Alexa mengerutkan alisnya bingung.
Vania mengeluarkan botol kecil dari dalam sakunya, dan mendekatkan dirinya kepada Alexa. Alexa terdiam di tempat menatap Vania takut.
"Ini adalah parfum yang bisa membuat pemakainya wangi sepanjang hari, cukup oleskan di sekitar leher, seperti ini." Alexa memundurkan dirinya saat Vania akan mengoleskan benda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Prince
RandomDi sebuah kerajaan yang megah terdapat pangeran yang memiliki paras wajah yang tegas serta menawan, siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona oleh parasnya, tapi semua pangeran dari kerajaan lain tidak ada yang mau menikah dengannya, karena sang...