Episode. 1

59 21 18
                                    

Hai! Sebenarnya aku udah lama banget punya naskah di word, tetapi belum pernah publish.
Nah, karena aku juga sedang belajar penulisan sesuai kaedah PUEBI dan KKBI
Jadi ... harap maklum jika bahasa yang kugunakan kurang enak dibaca
Bantu follow, vote dan komen, ya. Terima kasih ...🥰🥰


Malam ini merupakan bulan purnama. Kehidupan masyarakat yang jauh dari kota modern sedang menjalani ritual malam di pesisir pantai. Tentu saja, hal itu wajib dilakukan karena penduduknya percaya dewa laut akan terus memberikan keselamatan dan kesejahteraan hidup mereka, apalagi kebanyakan mata pencaharian mereka adalah sebagai nelayan.

Sebuah ritual yang dipimpin oleh tetua adat istiadat setempat, nelayan, dan penduduk desa segera berkumpul dengan membawa beberapa obor untuk pencahayaan di malam yang memang sangat gelap gulita, kemudian mereka berbondong-bondong mendorong puluhan perahu kecil milik mereka agar mengapung di tengah laut dengan bebas. Jelas, perahu kecil itu hanya berisi buah-buahan dan sayur-mayur hasil bertukar dagang di pasar desa sebelah.

"Beri kami keselamatan, beri kami kesejahteraan, beri kami kekayaan, beri kami kelangsungan hidup!"

Dengan serempak mereka mengucapkan doa sampai berulang-ulang kali hingga puluhan perahu kecil itu berhasil terombang-ambing di tengah laut.

"Perahu sudah hilang ...!" seru gembira dari salah satu warga kepada tetua adat.

Terlihat wajah-wajah mereka yang berseri karena ritual malam ini sudah dinyatakan berhasil.

Selanjutnya, mereka mulai berpesta ria karena selama setahun ini hasil penangkapan ikan mereka selalu berlimpah ruah dan mereka juga menari-nari dengan musik yang mereka tabuh dari berbagai jenis kulit lembu, diiringi dengan suara angin yang menghempas, serta suara ombak yang sedikit bergemuruh menyisirkan pasir-pasir putih dan halus.

Suara ombak, riuh angin, dan musik dari kulit lembu itu menyatu membentuk irama musik yang ceria.

"Hore ...!" Mereka berseru untuk meramaikan acara malam hingga larut dalam kegembiraan masing-masing.

Beberapa menit kemudian, muncul sebuah badai besar menghantam acara mereka secara tiba-tiba. Angin yang semula tenang kini berubah menjadi angin yang sangat kencang, seperti; angin yang menyapu seluruh tepi-tepi laut, angin yang membawa pasir-pasir halus itu banyak bertebaran ke mana-mana hingga membuat mata mereka sedikit kelilipan, angin yang meniupkan api obor mereka sampai padam, angin yang merobohkan beberapa pohon besar di pesisir pantai, sehingga kondisi desa sangat gelap gulita dan kacau.

"Ada badai ...! Lindungi diri kalian ...!" teriak dari salah satu di antara mereka.

Semua orang dari yang dewasa hingga anak-anak tampak gempar, bingar, dan hiruk-pikuk, bahkan tertatih menahan diri agar dirinya tidak ikut terhempas lalu melayang ke udara bersama puing-puing yang sedang beterbangan tak tentu arahnya.

Dalam keadaan yang sangat gelap, tiba-tiba mata mereka melihat sebuah cahaya yang sangat besar di tengah lautan. Cahaya itu sangat silau membuat mata mereka tidak bisa terbuka sepenuhnya. Cahaya besar yang menyilaukan mata itu sepertinya turun dari atas langit.

Ketika cahaya terang itu mendekati permukaan laut, maka semakin kecil ukurannya. Iya, itu lebih menyerupai komet atau bintang berekor.

BYURR ....

Begitu bintang ekor itu terjatuh ke dalam air laut, permukaan air laut telah membuat gelombang transversal yang sangat dahsyat. Suara terjatuhnya menggelegar membahana hingga memekakkan telinga mereka, bahkan membuat ombak laut bergulir sangat tinggi dan cepat.

Bintang ekor yang tenggelam perlahan berubah menjadi sosok manusia misterius, di mana pada tubuhnya mengeluarkan cahaya yang terang-menerangi alam sejagat raya ini, bersamaan dengan keluarnya cahaya terang pada tubuhnya, maka berhentilah sang waktu.

Ombak yang tadinya sedang bergulir tinggi tiba-tiba berhenti begitu saja, puing-puing dan bambu obor yang tadinya beterbangan kini juga berhenti.

Para nelayan dan seluruh penduduk desa yang masih dalam keadaan panik itu juga ikut terhenti, bahkan pohon yang tumbang dan hampir saja roboh juga terhenti.

Semuanya benar-benar dalam keadaan Pause. Akan tetapi, ada satu manusia bumi yang tidak merasakan berhentinya sang waktu.

Bocah laki-laki itu terjatuh ketakutan melihat semuanya benar-benar tidak bergerak sama sekali, bahkan tepat di depan matanya terdapat bilah bambu yang akan siap menancap bagian wajahnya yang mungil.

Segera dia mundur untuk menjauhi bilah bambu tersebut, kemudian bocah itu melihat cahaya yang belum redup di perairan laut.

Penasaran dia berusaha berdiri dan berjalan menghampiri bibir pantai untuk memastikan cahaya apa yang jatuh ke dasar laut. Namun, langkahnya sedikit goyah ketika dia melihat ada manusia misterius naik ke permukaan dan menepi di bibir pantai.

Seluruh tubuh manusia itu basah kuyup dengan cahaya putih yang masih terang berada di belakang punggungnya, kemudian dia berusaha berdiri, dan mendekati bocah yang berdiri kaku dengan wajah pucat ketakutan.

Dia menggoyangkan kepalanya dengan keras, sehingga rambutnya yang basah mencipratkan air ke wajah bocah. Kedua manik matanya yang coklat mengelilingi di setiap arah, bahkan tubuhnya bak lampu Led dengan kekuatan 1000 watt telah membuat efek semuanya berhenti seketika termasuk detik waktu yang seharusnya sedang berjalan.

Dia menunduk untuk melihat bagian kakinya yang terpijak pasir putih, kemudian bertanya pada dirinya sendiri. "Di mana aku?"

Dia juga melihat sepasang kaki bocah gemetar di hadapannya dan tersadar bahwa anak kecil itu tidak merasakan pemberhentian sang waktu yang telah dibuat oleh cahaya pada tubuhnya, kemudian dengan perlahan dia menggerakkan manik bola matanya untuk menatap tajam wajah kecil yang masih menatapnya dengan ngeri.

"kenapa kau tidak berhenti?" tanyanya sambil mendekati bocah itu lebih dekat lagi. Akan tetapi, bocah itu hanya mundur makin takut.

"Tempat apa ini?" tanyanya lagi, bocah di hadapannya tidak menjawab, dia langsung lari tunggang langgang meninggalkan dirinya yang masih dalam keadaan yang bingung.

"Apa? Apakah dia makhluk yang sama sepertiku? Dia tidak berhenti." Begitu tanyanya bermonolog.

Ternyata bocah itu merupakan manusia bumi pertama yang menjadi salah satu takdir dari 7 manik cahaya di dalam tubuhnya. Dialah yang akan menemaninya untuk tinggal di planet bumi, bahkan jika bocah itu tutup usia maka dia bisa menemukan penggantinya.

Menyadari bahwa dirinya berada di planet asing, kini cahaya terang pada tubuhnya mulai redup.

Waktu yang semula dalam keadaan pause kembali berjalan, seperti ombak yang semula bergulir tinggi kini kembali rendah, angin yang semula kencang kini kembali lembut, puing-puing dan bambu obor yang tadinya mau beterbangan kini langsung terjatuh ke tanah, bahkan pohon yang tadinya ingin roboh kini kembali roboh ke tanah, dan para nelayan serta penduduk desa yang tadinya sedang panik kini kembali bergerak.

Setelah menyadari bahwa badai telah berhenti, mereka berhenti panik dan melihat keadaan sekitarnya sangat berantakan hingga mereka bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Selanjutnya, salah satu dari mereka menatap heran ke arahnya dan berbisik satu sama lain untuk mempertanyakan tentang dirinya yang sudah menggunakan jas berjubah, padahal mereka baru pertama kalinya melihat pakaian berjenis kain mewah karena mereka masih menggunakan pakaian yang terbuat dari kulit kayu dan kulit hewan.

"Siapa dia?" Begitu pertanyaan mereka, meskipun pertanyaan itu hanya berupa suara desis, tetapi dia memiliki pendengaran yang sangat tajam. Sebuah pertanyaan yang enggan untuk dia pedulikan.

Manusia misterius itu bernama Alfha. Tidak ada yang tahu berapa usianya jika melihat proporsi dari tubuh dan wajahnya mungkin dirinya sudah berusia 22 tahun pada generasi Z. Postur tubuhnya tinggi, wajah yang sempurna memiliki rahang yang sedikit sensual, penampilan rambut yang cukup modis dengan potongan Curtain Haircut, tentu dia merupakan lelaki yang terbilang cukup tampan untuk jaman sekarang ini.

Alfha-Rizka (Loved By Star Man)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang