Episode. 19

16 9 5
                                    

Alfha baru saja merebahkan tubuhnya pada sebuah sofa. Namun, ia kembali dikejutkan oleh suara ketukan pintu yang mengusiknya lagi maka ia bangkit, berdiri, dan berjalan guna membuka pintunya.

"Apa lagi?" tanya Alfha ketika ia membuka pintunya lebar-lebar, bahkan ia salah mengira jika itu adalah Deri dan ternyata manusia lain yang mengetuk daun pintunya adalah Rizka.

Melihat sosok Rizka berada tepat di depan matanya, Alfha kembali bertanya. "Ada perlu apa kamu mengetuk pintu?"

Kedua manik matanya bergulir untuk menatap tubuh Rizka yang memakai kaos oblong dan celana training miliknya. Iya, wanita di depannya sangat menggemaskan saat menggunakan pakaian over size karena pakaian yang ia gunakan adalah pakaian yang paling pas di tubuh Alfha, tetapi itu tidak berlaku bagi tubuh Rizka.

Rizka menghela napas panjang karena jantungnya kian memburu ketika tahu jika dirinya harus berhadapan dengannya. Iya, siapa yang tidak gugup menghadapi lelaki tampan dan rupawan seperti Alfha? Sama halnya dengan Rizka yang secara diam-diam mengakui ketampanannya.

"Kakakmu memiliki janji yang belum dia tepati kepadaku," jawab Rizka berusaha bersikap normal meskipun keringat dingin sudah menyerang pada kedua telapak tangannya, sementara Deri berdiri ciut di belakang Rizka.

"Tidak, Riz, sebaiknya kita pergi istirahat!" timpal Deri menarik tangan Rizka untuk mencegah situasi yang tidak diinginkan.

"Deri, ambilkan aku wedang jahe, pastikan itu tidak memakai gula!" sanggah Alfha agar Deri meninggalkannya kerena dia hanya ingin menghadapi wanita ini seorang diri tanpa ada peganggu.

"Ta-tapi aku sudah membuatnya dengan gula," protes Deri.

"Cepat buat lagi tanpa gula!" titahnya memaksa.

Deri terpaksa mematuhinya lalu pergi ke dapur dengan pasrah.

Melihat tindakan Alfha yang sepertinya lebih menyerupai majikan berhasil membuat Rizka sangat geram.

"Apa kakakmu pembantu di rumah ini?" tanya Rizka dengan wajah kesal.

Alfha tidak menjawabnya, dia hanya menaikkan satu alisnya. Angkuh. Namun, bagaimana bisa wajahnya membuat Rizka mematung sejenak

"A-aku," Rizka menelan saliva, gugup, "tidak peduli kamu punya masalah apa sama dia, yang jelas kembalikan semua uangnya!" suruh Rizka tegas.

"Terus?" Lelaki itu masih cuek seraya menyandarkan pundaknya pada kusen pintu.

Lagi-lagi Rizka mematung sejenak. Bagaimana bisa pesonanya terlihat sangat bersinar?

Tidak, Rizka menampik semua aura yang terpancar dari sosok lelaki di depannya.

"Di-dia tidak bisa menempati janji karena kamu menyita uangnya," sahut Rizka.

"Lalu?" Lelaki itu mengorek lubang telinganya yang tidak gatal. Cuek.

"Haish, kamu sangat menyebalkan," gerutunya, "lalu berikan aku gaji di awal!" lanjut lagi Rizka meminta sambil menadahkan telapak tangannya, bahkan Rizka sudah membuang tatapannya ke arah samping guna menutupi rasa gugupnya.

"Beraninya kamu membuat perjanjian rendahan dengannya tanpa meminta persetujuanku!"

Rizka kembali menoleh."Apa kamu bilang? Rendahan? Hah, kamu membuatku sangat marah," ujar Rizka berusaha menahan emosinya, "lagi pula untuk apa aku harus meminta persetujuan darimu?"

Sontak Alfha berdiri tegak, kemudian maju selangkah untuk mendekati Rizka. Yang didekati sampai mendongak ke atas untuk menatap wajahnya karena postur tubuhnya lebih pendek dari Alfha.

Alfha-Rizka (Loved By Star Man)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang