Episode. 37

0 1 0
                                    

Deri termangu sebelum ia menyalakan mesin mobilnya di basement karena ingatannya muncul ketika berbincang ringan bersama Alfha beberapa tahun yang lalu. Iya, saat itu Deri baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 17 tahun dan meminta hadiah spesial dari Alfha.

"Apa yang kamu inginkan dariku?" tanya Alfha sambil merangkul pundak Deri yang parasnya masih terlihat jauh lebih muda daripada dirinya.

Deri berpikir lalu mulai mengutarakan keinginannya tanpa ragu. "Aku ingin bertemu dengan orang tuaku,"

Akan tetapi, keinginannya membuat Alfha berhasil bungkam sebentar karena ini pertama kalinya ia menemui orang yang memiliki permintaan seperti itu. Biasanya, seseorang sebelum Deri akan meminta hadiah berupa sejumlah uang dan barang mewah kepadanya.

"Jika ... aku sudah bertemu seseorang yang bisa merasakan cahaya tubuhku sesudah kamu maka artinya kamu bisa bertemu dengan orang tuamu," jawab Alfha demikian.

"Maksudnya?" tanya Deri tidak mengerti.

"Aku sudah hidup lebih dari ratusan tahun, saat pertama kali jatuh ke bumi aku sudah memiliki satu pendamping untuk menemaniku di sini. Iya, orang pertama yang menjadi takdir dalam hidupku adalah seorang bocah yang tinggal di pesisir pantai, di mana waktu itu dia telah menyaksikan bagaimana aku bisa muncul dari permukaan laut dengan cahaya terang menyala pada tubuhku dan menyaksikan pengendalian waktu yang kubuat, saat menjelang ia tutup usia aku pun sudah menemukan seseorang yang akan menjadi penggantinya," urai Alfha.

"Jadi ..., jika kau menemui orang yang sama sepertiku itu artinya aku akan mati," ujar Deri, sementara Alfha mengangguk, "kapan itu terjadi?" tanyanya kemudian.

"Aku tidak bisa menentukan batas usiamu di bumi karena aku tidak punya kendali seperti itu, yang jelas saat aku bertemu manusia yang bisa menyaksikan cahaya tubuhku dan tidak berhenti ketika waktu berhenti maka bersiaplah untukmu mati dan mungkin kamu bisa bertemu kedua orang tuamu di sana," papar lagi Alfha sambil menjulurkan telunjuknya ke atas langit.

"Haduh, kau membuatku takut," ucap Deri bergidik, "aku tidak mungkin mati besok, kan?" tanyanya demikian, sementara Alfha hanya mengangkat kedua bahunya. Santai.

Rupanya obrolan ringan itu masih terngiang jelas di kepalanya hingga berhasil membuat Deri membayangkan jika dirinya akan mati setelah Alfha menemukan sang pengganti, yakni Rizka. Namun, sekeras apa pun ia berpikir ia tidak akan pernah tahu dengan cara apa ia akan mati dan menghilang.

Mungkin sekarang nyawanya tinggal beberapa jam lagi atau mungkin besok dan lusa. Entahlah? Deri sedikit takut dan kalut dengan kematian, apalagi dirinya juga masih lajang pada usianya yang sudah tidak muda lagi.

Akan tetapi, semua isi pikirannya langsung buyar ketika benda pipihnya berdering maka Deri pun menggulir tanda tap untuk menerima panggilan dari Alfha.

Alfha:
"Hei, di mana kamu? Bukankah ini terlalu pagi untukmu buka toko? Kenapa kamu tidak ada di ruanganmu?"

Meskipun hanya melalui udara, tetapi suara itu memekik hingga membuat Deri menjauhi layar ponselnya dari telinganya. "Haish."

Deri:
"Aku baru saja di basement, kenapa kau mencariku? Bahkan kau lebih peduli wanita itu daripada aku."

Alfha:
"Oh,kalau begitu sekalian pergi ke pasar dan beli buah-buahan yang segar! Cepat!"

Ponsel pun tertutup membuat Deri menatap layarnya lekat-lekat.

"Hah, apa aku ini pembantunya? Dia selalu memberikan perintah kepadaku," gerutu Deri menyalakan mesin mobilnya,"cih, takdir macam apa yang membuatku mirip budak, bahkan aku tidak bisa menikah dan ini seperti kutukan yang tidak pernah berakhir," ucap Deri memutar setirnya, "baiklah, aku akan mengemudi dengan hati-hati semoga bebas dari kematian."

Deri mengembus napasnya berat, ia sangat gelisah dengan dirinya sendiri. Iya, gelisah karena takut dengan kematian meskipun mati akan membuat dirinya bisa bertemu dengan kedua orang tua yang tidak pernah ia ketahui sedari kecil. Namun, tetap saja ia belum siap dengan rasa sakitnya.

Tiba-tiba ada sesuatu yang melintas tepat di depan mobilnya hingga membuat Deri harus menginjak pedal rem-nya mendadak.

Syiiith
Gedebugh

Keningnya membentur setir di hadapannya hingga merasa berdenyut, tetapi itu bisa ditahan karena shock-nya telah mematahkan rasa sakitnya.

"Apa?" Deri mematung sejenak karena berpikir ada sebuah nyawa yang hilang akibat keteledorannya saat mengemudi, "apa yang aku tabrak?" gumamnya sambil melepas sabuk pengamannya.

Saat kejadiannya sudah banyak mata yang menyaksikan kecelakaan tersebut yang membuat kecemasannya kian bertubi-tubi.

Dengan tubuh yang gemetar Deri pun turun dari mobilnya untuk melihat kondisi dan situasinya.

Benar saja, seorang wanita paru baya sudah tergeletak di depan mobilnya, bahkan wanita itu sedang meringis kesakitan karena lututnya sedikit berdarah dan juga beberapa pakaian kemeja sedikit berserakan karena keluar dari keranjangnya.

"Tidak." Deri kaget sambil berjongkok untuk membangunkannya, "apa kau baik-baik saja?" tanyanya.

Wanita paru baya itu hanya mengangguk pelan dan terlihat sangat jelas jika ia sedang berusaha baik-baik saja. Namun, pada saat wanita paru baya itu mendongak untuk menatap Deri, sontak ada hembusan angin sejuk yang melintas di wajah Deri bersamaan dengan kelopak bunga sakura yang tengah bertaburan Deri sampai mematung karena  terkesima saat tahu parasnya jika wanita paru baya di depannya mirip  Jesicca–seseorang yang pernah menjadi cinta pertamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alfha-Rizka (Loved By Star Man)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang