Episode. 9

23 15 4
                                    

Setelah Deri mengantar Alfha ke rumah tembikar, ia segera meluncur ke toko tembikar.

Dari kejauhan Deri sudah melihat dua orang yang akan melamar kerja di tokonya, maka segera saja Deri melangkah cepat agar bisa sampai di depan toko.

“Apa kalian menunggu lama?” tanya Deri sambil membuka pintu pada tokonya.

“Tidak, Pak,” jawab mereka dengan serempak.

“Baiklah, kalau begitu kalian langsung bekerja!”

“Apa kami tidak melakukan wawancara?” tanya lelaki yang masih berdiri di samping Rizka.

“Tidak diperlukan, tugas kalian hanya membersihkan toko termasuk membersihkan tembikar di dalamnya,” sahut Deri yang langsung masuk ke dalam.

Rizka dan lelaki itu saling tatap setelah mendengar perkataannya, bahkan Deri kembali menoleh ke mereka.

“Cepat bekerja! Gaji kalian sebulan 5 juta belum termasuk lembur,” paparnya demikian.

Mengetahui angka tersebut berhasil membuat mereka semangat untuk langsung bekerja.

Celemek bertulis CraftyAl's suda mereka kenakan dan mereka mulai melakukan pekerjaannya, sedangkan Deri tengah sibuk menghitung buku-buku akuntansi di balik mesin kasirnya.

Diam-diam Rizka memerhatikan Deri, ia benar-benar memiliki niat untuk mengajukan permintaan khusus kepadanya. Hal itu terpaksa ia lakukan karena urgent, bahkan Rizka berharap permohonannya bisa terwujud.

Kemudian lelaki yang berpakaian sama datang mendekati Rizka dengan membawa serbet pada tangannya.

“Wah, barang di sini terlihat antik," katanya takjub menatap sekeliling rak-rak tembikar.

“Hem.” Rizka merespons ala kadarnya lalu kembali menatap Deri yang masih fokus memindai angka kalkulator ke atas memo.

“Oh, iya, kita belum berkenalan,” kata lelaki itu menjulurkan tangan, “Enggar.”

“Rizka,“ sahutnya menerima tangan Enggar dengan cuek. Namun, Enggar tidak mau melepas jabatan tangannya membuat Rizka harus mengulangi namanya, “Farizka.”

“Oke, sekarang kita rekan kerja, jadi ... mohon kerja samanya!” pinta Enggar sambil melepas jabatan tangannya dengan senyum lalu kembali dalam pekerjaannya.

Satu persatu Rizka mengelap tembikar yang berjejer rapi yang sesekali dia melirik kesibukan Deri untuk membaca strategi hingga jam makan siang pun tiba.

Iya,jam 12 itulah yang dirasa Rizka paling pas untuk mengajukan permohonan kepada Deri.

Sebelum Rizka menghampiri Deri Enggar terlebih dahulu datang kepadanya.

"Riz, bagaimana kalau kita makan siang bersama!" ajaknya.

Rizka hanya menggeleng dan menolaknya. "Maaf, siang ini aku ada keperluan mendesak, lain kali saja, ya."

"Oh, oke, kamu harus janji kepadaku."

Rizka mengangguk setuju. Enggar sudah berlalu, kali ini Rizka akan memantapkan hatinya untuk mendatangi Deri untuk meminta sesuatu darinya.

Deri yang sudah menyadari gelagat Rizka langsung menghentikan tangannya untuk merapikan tumpukkan kertas lalu bertanya. “Kenapa? Apa yang kau lihat dariku?”

Sontak Rizka sedikit kaget. “Maaf,” jawab Rizka ragu untuk menghampirinya, bahkan keberaniannya sudah menciut sebelum ia mengatakan maksudnya.

“Apa kau ingin mengatakan sesuatu?” tanya Deri ketika Rizka hendak berbalik badan.

Alfha-Rizka (Loved By Star Man)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang