Episode. 26

17 6 14
                                    

Pagi hari ini merupakan hari yang sangat cerah, awan yang menggumpal putih bersih saling berarak, sedangkan langitnya yang biru eksotis turut meramaikan pusat kota yang manusianya sibuk berangkat kerja maupun berangkat sekolah. Sama halnya dengan rutinitas Alfha dan Deri yang  harus membuka tokonya dan mereka start jam 7 pagi dari gedung apartemen.

Sementara Rizka yang bertugas sebagai bersih-bersih tengah termangu di dalam kamarnya. Tidak, lebih tepatnya kamar Alfha. Semula ia risau karena kejadian semalam memungkinkan dirinya dengan seseorang yang merasa dirinya bukan manusia bumi akan sangat canggung dan kikuk, apa lagi alfha hanya meletakkan amplop coklat di atas nakas dan tertulis kata 'gajian' tanpa memberikannya secara langsung.

"Hufth." Rizka mendesah berat. Sepertinya ... ia harus melupakan kejadian semalam dan menemui Deri sekarang juga maka ia pun tergesa keluar dari kamar untuk mengejar langkah Deri yang sudah jalan menuju basement.

“Pak!" panggil Rizka berteriak.

Yang dipanggil menoleh ke arahnya. Tubuh kecilnya berlari menghampirinya, bahkan rambutnya yang bergelombang kian bergoyang ke kanan dan ke kiri. Namun, sebelum ia sampai di hadapan Deri sudah muncul Alfha di belakangnya karena ia juga sedang berjalan mengarah ke Deri, tetapi ia sempat berhenti ketika manik matanya melihat Rizka sedang berbicara kepada Deri dan entah apa yang mereka bicarakan?

"Hari ini aku mau minta cuti, apa itu boleh?” tanya Rizka minta izin.

Rupanya Deri harus terdiam untuk berpikir sejenak karena ia tidak memiliki wewenang dalam hal ini. Untungnya, Alfha muncul di waktu yang sangat tepat dan ia menangkap perkataan Rizka barusan.

“Kenapa kamu minta cuti?” timpal Alfha bertanya kepada Rizka.

Sontak Rizka menoleh, bahkan rambutnya yang selalu digerai harus menghempas mengenai indra penciumannya. Iya, tercium aroma bunga gardenia yang membuat detak jantungnya kembali berderu, apa lagi semalam ada kejadian yang tidak bisa hilang dari ingatannya. "Bodoh, kenapa aku menyentuhnya bibirnya?" gumam Alfha. Menyesal.

“Hari ini aku memerlukan cuti.“

Tidak, bibir mungilnya bergerak, ia bisa gila melihatnya. Buang muka dan tarik napas dalam-dalam lalu mengembusnya perlahan.

“Apa kamu ingin pergi berkencan lagi? Kali ini siapa orangnya?" tanyanya kembali menatap Rizka sinis, "apakah orang itu rekan kerjamu yang semalam? Oh, mungkin saja kalian berdua minta cuti untuk bersenang-senang?” cecar Alfha. Iya, kali ini ia melakukannya dengan sengaja agar semua otaknya tidak terusik dengan bibir mungil yang hangat itu.

Mendengarnya, Rizka terlihat sangat jengkel. Namun, ia harus bisa mengendalikan sedikit emosinya. “Aku mau ke rumah sakit,” jawabnya kemudian, "kenapa kamu menuduhku yang tidak-tidak?" sambungnya bertanya sedikit tersinggung, bahkan makan malam bersama Enggar saja harus segera berakhir gara-gara kehadirannya yang terlalu tiba-tiba.

“Apa?" tanya Deri kaget, "apakah kau sakit?” timpal Deri bertanya.

“Ya, ada sesuatu yang masuk ke dalam perutku dan sampai detik ini tidak bisa keluar bersama panggilan alamku,” sahut Rizka. Polos.

“Apa benda itu sebuah batu kristal?” timpal Alfha bertanya karena ia sudah bisa menebaknya.

Sontak Deri makin terkejut lalu bertanya kepada Alfha. “Bagaimana bisa kau tahu jika itu batu kristal?”

Alfha tidak menjawab pertanyaan Deri, dia hanya manggut-manggut pertanda paham. “Hoh, rupanya itu yang membuat aku merasakan hal-hal yang aneh jika berhadapan denganmu.” Begitu penuturannya dengan sorot mata tajam yang memicik.

Deri tercengang mendengarnya, berkat penuturannya. Jadi, itu artinya Rizka dan Alfha berada di dalam takdir batu kristal atau manik cahaya yang sama. Hanya saja ia tidak tahu dari mana Rizka memiliki  batu kristalnya? Dalam sepengetahuannya, Alfha hanya memberikan manik cahayanya untuk Keiko, kemudian hilang tergelincir ke tanah lalu lenyap seketika. Lantas, apakah Rizka mahligai yang sama?

Alfha-Rizka (Loved By Star Man)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang