Episode. 13

25 11 6
                                    

Sepertinya pagi ini jalan raya sungguh padat membuat Rizka terjebak pada kemacetan yang panjang, bahkan mobil bus yang ia naiki tidak bergerak sama sekali.

Rizka gelisah ketika jam digital di layar retaknya sudah berada di angka 08.25 menit.

"Ada apa di depan sana?" gumam Rizka bertanya. Kebetulan ia duduk di kursi bagian tengah badan mobil bus, kepalanya sedikit mendongak dan bergerak ke kanan lalu ke kiri untuk mencari celah jalan raya yang sudah sesak oleh pengendara lain.

Hatinya kian gelisah karena takut terlambat untuk bekerja hari ini. Jika demikian, pasti gajinya akan dipotong. Kini duduknya tidak tenang, bisa dilihat dari kedua kakinya yang terus saja bergerak hingga suara pantofelnya mengetuk alas mobil sampai mengusik penumpang di sampingnya.

"Hei, sepatumu sungguh berisik!" bentak seseorang yang duduk di sebelahnya.

"Maaf," ucap Rizka menyudahi kakinya untuk terus bergerak. Penasaran, Rizka mengeluarkan sebagian kepalanya dari jendela mobil bus untuk melihat situasi apa yang membuat jalan raya semacet ini, tetapi ia tidak menemukan sumbernya.

"Huh, tidak bisa begini. Aku aka telat jika diam dan menunggu jalanan lancar," batin Rizka berkata seraya berdiri dan bergegas untuk turun dari mobil busnya.

Tubuhnya benar-benar berlari agar bisa sampai ke gedung departemen store Mega Mall tepat waktu, bahkan kakinya harus terkilir akibat hak sepatu pantofelnya patah sebelah.

"Tidak, kenapa ini rusak?" tanya Rizka berhenti untuk melepas semua sepatu dan menjinjingnya, kemudian kembali berlari dengan bertelanjang kaki. Rasa nyeri pada telapak kakinya tidak lagi dia hiraukan. Namun, bukan Rizka namanya jika ia harus menyerah sekarang.

"Aw, ini sangat sakit," keluh Rizka berhenti sejenak untuk memijit mata kakinya.

Secara bersamaan mobil Alphard yang dikendarai Deri dan Alfha melintas tepat di sampingnya hingga membuat netra mereka menyoroti keberadaannya dengan sempurna. Seketika jantung Alfha kembali berdebar tanpa alasan yang jelas.

Untungnya, jalan raya mulai lengang sehingga mobil mereka bisa melaju meskipun belum terlalu jauh.

"Kau tahu gadis itu?" tanya Deri kepadanya yang masih fokus melihat Rizka pada kaca spion kanannya, "aku harap nanti malam kau tidak mengacau," pesan Deri yang langsung membawa mobilnya masuk ke area parkir.

Rizka melanjutkan larinya, bahkan ia tidak mengindahkan pandangan orang di sekitarnya, baginya yang terpenting adalah cepat sampai di tempat kerja.

Ketika ia melihat pintu lift yang hampir saja tertutup Rizka menambah kecepatan pada langkahnya agar tidak tertinggal.

"Eh, tunggu! Tunggu! Tunggu!" pinta Rizka berhasil menyentuh tepi pintu lift agar kembali terbuka lebar.

Akan tetapi, alangkah terkejutnya Rizka ketika dia tahu jika harus satu lift dengan Deri dan Alfha.

Sontak Rizka menundukkan kepalanya dan berkata. "Maaf, aku terlambat." Hanya sekilas Rizka melihat sosok tinggi berpakaian kemeja lengan panjang dengan setelan model slim fit.

Deri ingin menyahutinya, tetapi Alfha sudah menyerangnya terlebih dahulu.

"Kamu! Kamu tidak disiplin! Pekerja macam apa yang tiba di saat atasannya sudah tiba?" tanya Alfha memarahi Rizka, "seharusnya kamu tiba sebelum kami datang!" pungkasnya lagi.

"Sudahlah, Alfha, kau juga lihat di luar tadi sangat macet," ucap Deri membuat wajah Rizka terangkat karena merasa dibela.

"Seharusnya dia bisa memperhitungkan antara jarak tempuh dan waktunya!" jelas Alfha kepada Deri hingga membuat mata Rizka bergulir untuk melihat penuh sisi wajahnya yang dingin sekaligus rupawan.

Alfha-Rizka (Loved By Star Man)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang