Episode 15

17 8 3
                                    

Rupanya desas-desus beberapa kalangan tamu membuat telinga Pak Hardi mendengarnya maka segera saja dia menoleh dan memberikan sambutan kepada mereka terutama kepada Alfha-lelaki yang ia incar untuk dijadikan menantu.

"Halo!" sapa Pak Hardi kepadanya, terlihat wajah tuanya berseri penuh kebahagiaan.

Alfha hanya mengangguk sambil memaksakan diri untuk terus tersenyum ramah.

"Halo, Deri!" lanjutnya lagi menyapa manusia di belakang Alfha, "wow, siapa wanita ini?" tanyanya kemudian saat matanya tertuju pada sosok Rizka di samping Deri, bahkan ia melihat wanita itu terus merangkul lengan Deri.

Tentu saja, ini sesuai perintah Deri, ia tidak berani untuk berkata dan hanya terus tersenyum manis hingga kedua pipinya mengembang bak adonan roti yang sedang melalui tahap proofing.

"Iya, dia adalah wanitaku," sahut Deri terkekeh sedikit.

"Oh, kau memiliki selera yang bagus,Deri," timpal Pak Hardi lalu pergi menghampiri Alfha yang sudah berdiri di meja panjang, di mana meja tersebut telah tersedia cake, pastry dan minuman bersoda.

"Alfha, terima kasih malam ini kau sudah mau datang," ucap pria tua itu tersenyum lebar kepadanya.

Alfha bergeming, hanya lirikan matanya saja yang mengisyaratkan untuk menjawab 'iya' lalu meraih segelas air sodanya dan menenggaknya perlahan.

Pak Hardi menyadari jika dirinya telah diabaikan, tetapi kebetulan sekali matanya menemukan tubuh putrinya berada di tengah tamu maka ia pun memanggilnya.

"Sintiya!"

Yang dipanggil langsung menoleh lalu berpamitan kepada tamunya untuk menghampiri Pak Hardi yang masih berdiri di hadapan Alfha.

"Alfha, perkenalkan! Dia adalah putriku, Sintiya namanya," ucapnya demikian.

Tanpa ada rasa ragu lagi, wanita yang menggunakan dress pendek berwarna pink itu langsung menyodorkan tangannya kepada Alfha.

Alfha diam untuk sesaat dan berpikir sejenak, apakah wanita ini akan membuat jantungnya berdetak kencang? Iya, dia harus menerima uluran tangan Sintiya untuk membuktikannya.

"Alfha," sebutnya memperkenalkan dirinya dengan ekspresi datar.

Wanita yang sering disapa Tiya merasa ada getaran dalam hatinya dan ia yakin bahwa getaran ini merupakan sensasi jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun, tidak berlaku bagi Alfha karena ia tidak merasakan apa-apa pada jantungnya.

"Tidak, kenapa wanita ini tidak membuat jantungku berdebar kencang? Apa persepsi-ku salah?" gumam Alfha sambil menarik kembali tangannya.

Sintiya pun melepasnya sambil terkekeh kecil, sedangkan Alfha terus mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Rizka bersamanya Deri

"Baiklah, silahkan nikmati pesta kalian berdua! Ayah mau menyapa tamu yang lainnya," ujar Pak Hardi membuyarkan pikiran Alfha tentang Rizka yang belum berhasil dia temukan pada pandangannya.

Iya, lelaki tua itu sengaja meninggalkan putrinya bersama Alfha agar putrinya bisa menjalin hubungan yang spesial kepadanya.

Tiya melihat bucket bunga pada genggamannya maka ia pun berinisiatif untuk bertanya.

"Apa itu hadiah untukku?"

"Hish, menjengkelkan, kenapa Deri membeli benda remeh seperti ini?" gumam Alfha sambil melihatnya.

"Iya, ini untukmu," jawab Alfha seraya menyerahkan Bucket-nya kasar.

Tiya menerimanya dengan senang hati lalu memujinya.

Alfha-Rizka (Loved By Star Man)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang