Episode. 36

3 1 0
                                    

Sebelum fajar, ketika matahari belum juga terlihat. Alfha masih terjaga di samping Rizka yang belum juga siuman. Iya, semalaman suntuk ia tidak mampu memejamkan matanya hingga akhirnya ia memutuskan untuk berdiri dari duduknya dan berjalan menuju tepi jendela.

Sebuah telapak tangan yang kekar membelah tirai karena ingin memastikan keadaan langit hitam yang ternyata sebentar lagi akan terang.

Untuk sesaat ia merindukan tempat asalnya. di sana, di antara jajaran bintang di langit sana Alfha merupakan makhluk yang tidak memiliki sebuah rasa pada hatinya, semuanya terasa datar dan selalu berjalan lurus tanpa adanya jalan yang terjal dan berduri. Iya, di sanalah ia merasa damai tanpa konflik apa pun. Namun, lain halnya di bumi. Di sini ia sudah mengalami perubahan layaknya manusia sejati, seperti memiliki rasa kecemasan dan kegelisahan yang berlebih, bahkan ia juga memiliki rasa keinginan untuk hidup bersama dengan seseorang yang mungkin hanya Rizka-lah orang yang paling ia inginkan.

Hati dan jiwanya juga tak sedatar itu lagi. Awalnya ia tidak mengerti kenapa hatinya bergetar dengan seorang wanita hingga akhirnya ia tersadar bahwa getaran ini adalah sebuah perasaan yang sering disebut oleh makhluk bumi dengan sebutan jatuh cinta dan Rizka mungkin merupakan cinta kedua setelah sekian lama mengubur cinta pertamanya.

Alfha berbalik dan menyandarkan tubuhnya di dinding lalu menundukkan kepalanya sambil memejamkan matanya sejenak. Iya, sebagian dirinya ia sangat merindukan dunianya dan sebagiannya lagi ia harus berusaha keras menolak fakta jika dirinya sudah terlibat perasaan oleh manusia bumi, bahkan ia tidak mengerti kenapa Rizka bisa menjadi bagian takdir dari batu manik cahaya miliknya, padahal selama ribuan tahun ia hanya memilik seseorang ber-gender pria sebagai takdir untuk menemaninya hidup di bumi.

Cukup lama ia merenung sampai-sampai ia tidak sadar jika tubuhnya menimbulkan reaksi fantasi, seketika lampu kamar padam lalu muncullah gambaran galaksi di atas langit-langit kamar dengan ratusan bintang-bintang bertaburan di sana, bahkan perlahan penampakan itu berubah menjadi sebuah ruang hampa udara di mana kumpulan objek terang itu berputar dan melayang-layang sangat indah, gugusan bintang-bintang itu saling berotasi pada titik tertentu termasuk 7 planet yang sedang berputar-putar pada porosnya.

Kini mata Rizka perlahan-lahan terbuka. Namun, ia terkejut mendapatkan dirinya sudah berada di tempat ini.

Rizka mengedarkan seluruh pandangannya, tetapi seluruh matanya hanya melihat hamparan luas yang gelap dan hitam. Namun, terang karena banyaknya bintang yang berkelap-kelip mengelilingi bima sakti dan ada satu cahaya yang paling terang tepat di sisi matanya. Tidak percaya Rizka harus mengoyak kedua matanya bahwa yang ia lihat hanyalah ilusi belaka.

“Apa ini?” tanya Rizka tidak percaya karena cahaya terang itu terlihat begitu nyata, “apa ini surga?”

Mendengar suara Rizka tentu membuat Alfha mengangkat wajahnya kembali, kemudian dalam sekejap saja cahaya terang itu berubah wujud menjadi tubuh kekar dengan otot bisep yang nyaris sempurna, bersamaan dengan itu pemandangan indah pada galaksi bima sakti hilang dalam satu kali kedipan mata saja dan membuat Rizka kembali terkesiap karena ruang hampa udara berubah menjadi ruang kamar lengkap bersama isinya.

“Kamu sudah sadar?” tanya Alfha bergegas mendekati Rizka di ranjangnya.

“Tidak, kenapa berubah?" tanya Rizka linglung, "jelas-jelas aku melihat sesuatu cahaya dan aku seperti di angkasa,” urainya tak percaya.

“Apa yang kamu lihat?” tanya Alfha seraya duduk di sampingnya.

Rizka diam untuk sesaat, ia sangat yakin bahwa yang ia lihat itu tidak salah, saat Rizka menatap wajah tampan itu ingatan Rizka tentang kejadian sebelumnya kembali muncul. “Siapa kamu?” tanya Rizka kemudian.

Sebelum menjawabnya Alfha hanya bisa menelan salivanya sendiri.

“Apa? Kenapa ada cahaya di balik badanmu? Lalu kenapa mereka semua berhenti dan tak bergerak?” Begitu tanyanya , “tidak, kenapa aku bisa berada di atas mercusuar bersamamu? Bagaimana bisa aku berakhir di kamar ini?”

Alfha bergeming sebentar, ternyata benar adanya jika Rizka bisa merasakan dan menyaksikan cahaya terang yang dibuat dari tubuhnya.

“Rizka, tenanglah! Jangan takut kepadaku!” pinta Alfha menggenggam erat kedua lengan Rizka, “agar aku bisa menjelaskannya,” lanjutnya kemudian.

“Tidak,” kata Rizka sambil menangkis tangan Alfha dari pundaknya lalu kembali berkata. “Aku sangat yakin dengan apa yang aku lihat cahaya itu berubah menjadi kamu.”

Penasaran Rizka pun mencoba untuk menyentuh pipi Alfha, tetapi hanya beberapa saat saja ia langsung melepasnya kembali karena bisa merasakan bahwa kulit dan lenturnya wajah itu sama persis, seperti manusia pada umumnya.

“Rizka, aku tahu mungkin kamu tidak akan percaya seperti apa aku ini,” kata Alfha memulainya, “aku ... aku bukan manusia,“ ucap Alfha membuat Rizka salah mengira.

"Hah?" Rizka sedikit kaget mendengarnya dan berpikir 'kalau bukan manusia lalu apa?'

“Tidak, bukan itu, maksudku ... aku bukan manusia seperti kalian. Iya, benar. Wujudku mirip manusia, tetapi aku bukan manusia bumi dan aku berasal dari tempat lain lalu terjebak di sini—"

"Haduh, apa yang kamu jelaskan? Kamu membuat kepalaku berdenyut," kata Rizka masih berpikir keras dengan kalimat jika ia bukan manusia, sontak Rizka memijit pelipisnya sendiri.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Alfha dan terlihat sangat jelas jika aura kecemasan terpaut dari wajahnya.

"Kepalaku pusing," jawabnya,"kenapa kamu bisa mengatakan kalau kamu bukan manusia, tapi kamu manusia? Apa kamu orang yang tidak waras karena memiliki tingkat halusinasi yang berlebih?"

"Hufth." Alfha mengembus napasnya ketika mendengar ucapan Rizka barusan, "kamu tidak percaya dengan apa yang sudah kamu lihat?" tanyanya membuat kedua bola mata Rizka kembali menatapinya.

Akan tetapi, ekspresi wajah Alfha berubah menjadi sinis.

"Mana ada orang yang menganggap dia bukan manusia kecuali dia tidak waras," pungkas Rizka sekali lagi.

"Baiklah, jika kamu tidak percaya," Alfha beranjak bangkit untuk berdiri, "maka akan aku buat kamu melihatnya kembali. Namun, pastikan jika kamu tidak akan takut dengan apa yang akan kamu lihat."

Alfha berbalik dan berjalan lalu menghilang dalam hitungan detik sudah muncul lagi di sisi kiri dan berhasil membuat Rizka terperanjat. Kaget.

Alfha kembali membuka langkahnya. Namun, ia menghilang dengan satu kali kedipan mata ia sudah muncul di depan Rizka dalam jarak satu meter.

Rizka langsung beringsut mundur. Napasnya mulai tidak beraturan karena seluruh tubuhnya bergetar hebat.

"Hah, Apa kamu takut?" tanya Alfha masih sinis dan membuat kedua mata Rizka tampak berkaca.

Alfha kembali berjalan dan menghilang lalu muncul lagi tepat di hadapannya. Iya, Rizka sampai menyekap mulut sendiri karena bisa merasakan deru napas yang hangat mengembus di wajahnya.

Selain rona wajah yang pucat Alfha bisa melihat jika wajah itu tengah takut luar biasa karena tindakannya, bahkan Rizka sudah meneteskan bulir bening dari kedua matanya.

"Yang kulakukan itu adalah teleportasi. Sama seperti aku membawamu pergi ke menara mercusuar dan menyelamatkanmu dari kedalaman air," ucap Alfha setelah melakukan aksi hilang muncul.

Rizka tidak bisa lagi berkomentar karena dia hanya berusaha mencoba agar tidak menangis, bahkan tubuh yang bergetar tidak bisa berhenti.

Melihat kondisi Rizka Alfha pun merasa bersalah karena telah membuat dirinya ketakutan maka ia langsung memeluknya erat-erat.

"Maafkan aku, Rizka," ucapnya demikian, "maaf, aku tidak bermaksud untuk menyakitimu," ucapnya sekali lagi.

Hingga pada akhirnya Rizka pun menangis juga karena merasakan ada kelembutan dari sisi Alfha.

"Sekarang kamu percaya, kan?" tanya Alfha, sementara Rizka hanya mengangguk keras dan mencoba untuk menghentikan air matanya yang tidak mau berhenti.

Tanpa mereka ketahui Deri menyaksikannya di celah pintu, tetapi seluruh wajahnya terlihat gundah.

"Bagaimana ini, ternyata Rizka bisa melihat cahaya terang milik Alfha?" gumamnya bertanya lalu pergi berlalu.

Alfha-Rizka (Loved By Star Man)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang