Episode. 2

30 18 10
                                    

Hari ini merupakan bulan Oktober, di mana pada bulan tersebut negara yang berada di lintang garis khatulistiwa itu sedang berada di musim hujan. Sebuah mobil Alphard berwarna hitam metalik baru saja keluar dari area parkir yang berada di salah satu gedung apartemen yang paling tinggi di kota ini.

Tampak dua orang lelaki berusia muda tengah duduk di jok depan, yakni Derino yang usianya sudah hampir memasuki angka 25 kini sedang duduk di kursi sopir guna menjalankan mesin mobil agar melaju dengan stabil pada hiruk-pikuk keramaian jalan raya, sedangkan Alfha masih sibuk dengan gawainya untuk melihat beberapa foto tembikar yang baru saja dikerjakan oleh para pengrajin pada salah satu rumah tembikar miliknya.

Masing-masing dari mereka mengenakan kemeja yang sedikit formal, baik Alfha dan Derino keduanya sekarang lebih mirip sepasang adik kakak karena dilihat dari paras mereka perbedaan jarak usianya mungkin hanya berbeda 3 tahun saja.

Sebenarnya mereka memiliki rentan usia yang sangat jauh berbeda. Usia Alfha sudah mencapai ribuan angka, sedangkan Derino baru saja memasuki usia 25 tahun.

Tidak akan ada yang mengira jika lelaki tampan dengan wajah dinginnya itu adalah manusia abadi dan dia tidak pernah bisa menjadi tua. Iya, siapa lagi kalau bukan Alfha-lelaki dari bintang. Manusia yang terjebak pada ekosistem alam yang saling berantai.

"Hufth, apakah kamu manusia vampir?" tanya lelaki yang lebih akrab disapa Deri mulai mengeluh.

Alfha bergeming, dia masih sibuk berselancar pada gawainya untuk melihat potret tembikar yang sudah terjual laris dari berbagai tokonya.

"Kau tidak berubah sama sekali," kata Deri lagi, "wajahmu itu seperti disiram formalin selalu terlihat awet muda." Lelaki yang rambutnya sedikit keriting itu berucap iri.

Kali ini Deri sangat lelah karena harus melakukan perubahan data antara Alfha dan dirinya. Sebelumnya, data mereka tercatat bahwa Alfha adalah Ayah untuk Deri, tetapi kali ini harus berubah statusnya. Iya, data itu harus tercatat bahwa sekarang Deri adalah kakaknya, bahkan mungkin nanti status Deri akan berubah lagi pada waktu beberapa tahun yang akan datang.

"Lihatlah tubuhku!" pinta Deri, "aku akan sakit, perlahan waktu akan memakan usiaku hingga aku menjadi tua dan renta lalu aku akan mati meninggalkanmu sendirian di bumi," papar Deri kemudian.

Alfha masih fokus menggulir tap pada tabletnya meskipun Alfha terkesan cuek, tetapi Deri yakin bahwa telinga itu masih peduli untuk mendengarkannya.

"Tak bisakah kau menjadikan aku sepertimu?" tanya Deri sedikit meminta, "huh, aku sangat enggan melakukannya." Deri masih mengeluh, "dan seharusnya kau tidak menyuruhku untuk melakukan perubahan data kita?" protes Deri kemudian.

Mendengar ocehan Deri, Alfha langsung menutup tabletnya, kasar.

"Deri, apakah pantas aku menjadi ayahmu?" tanya Alfha sedikit kesal, "dengan wajah yang kumiliki rasanya tidak mungkin harus mempunyai anak seusiamu," lanjutnya lagi agar Deri kembali berpikir logis.

"Oke," kata Deri setuju sambil mengangguk, "dahulu kau mengidentifikasikan aku sebagai anakmu lalu sebagai adikmu dan sekarang aku harus menjadi kakakmu," sahut Deri terpaksa mengerti.

"19 tahun kemudian kamu harus menjadi ayahku," timpal Alfha sekedar mengingatkannya. "oh, setelahnya ... kamu juga harus menjadi kakekku," sambungnya lagi seolah mengejek.

"Apa?" tanya Deri kaget, "Alfha! Kau sungguh keterlaluan, aku belum menikah," sergah Deri, "aku tidak bisa menikah karena selalu terlibat denganmu." Lagi-lagi Deri memprotesnya.

Sepertinya Deri belum bisa menerima nasib yang sudah ditakdirkan dari salah satu manik cahaya pada dalam tubuh Alfha.

"Kamu tidak punya pilihan selain menemani aku di bumi," timpal Alfha, "jika tidak kamu akan mati," lanjutnya lagi.

Alfha-Rizka (Loved By Star Man)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang