Episode. 18

15 7 7
                                    

Deri yang masih di dalam mobil langsung tersenyum lebar saat matanya menyoroti ke mana Alfha berjalan. Ternyata ia menghampiri Rizka.

Lelaki angkuh itu berjongkok sambil memayungi Rizka, bahkan tangan kekarnya mengambil clucht bag dari tangan mungil Rizka dan ia juga menangkap pundak Rizka untuk segera berdiri lalu beranjak pergi agar segera masuk ke dalam mobilnya.

"Ck-ck-ck, sungguh pemandangan yang sangat langka," gumam Deri merasa tersentuh.

Alfha sudah membawa Rizka hingga ke mobilnya.

"Masuklah!" pintanya kepada Rizka sambil membuka pintu penumpang di belakang mobil.

Rizka hanya sebatas diam, ia juga tidak punya pilihan selain bisa ikut pulang bersama Alfha juga Deri.

Setelah tubuh kuyup Rizka masuk ke dalam mobil, Alfha langsung meletakkan clutch bag di sampingnya, kemudian membuka jas untuk ia berikan kepada Rizka.

"Tukar Jas itu dengan Jas milikku!" suruh lagi Alfha, "aku tidak mau kamu membasahi seluruh joknya," sambungnya lagi berdalih.

Bibir mungil Rizka mengatup sempurna karena ia sendiri tidak mengerti dengan kejadian yang begitu tiba-tiba. Iya, tiba-tiba saja Alfha muncul di hadapannya saat tengah hujan, tetapi entah kenapa tubuhnya bergerak untuk mematuhinya?

Deri sampai ternganga lantaran heran melihat Alfha begitu pengertian kepada Rizka.

Setelah Alfha duduk di kursinya, Deri hanya meliriknya. Ia tersenyum tanpa henti lalu menginjak pedalnya untuk segera kembali melanjutkan perjalanannya menuju apartemen-tempat mereka tinggal.

Mobil Alphard hitam metalik itu berhasil membawa mereka masuk ke area parkir apartemen mereka, kini hujan sedikit reda.

Selama di dalam lift, suasana pada mereka sangat canggung. Alfha, Deri, dan juga Rizka hanya saling terdiam sambil menunggu indikator lift bergerak naik pada angka 40 hingga pintu lift berdenting lalu terbuka dan mereka pun sampai di rumah tinggalnya.

"Deri, berikan dia pakaian ganti!" pinta Alfha ketika mereka masuk ke dalam rumah apartemen mereka.

"Baik," kata Deri, "eh, dia harus tidur di ruangan mana?" sambung lagi Deri bertanya menghentikan langkah Alfha ketika ia hendak masuk ke ruangan khusus miliknya.

"Gunakanlah milikku," sahut Alfha tanpa menoleh sedikit pun dan langsung menghilang di balik pintu.

Rizka melihat semua ruangan di sekitarnya, rumah apartemen yang cukup luas dan sedikit berkelas. Dalam seumur hidupnya, ia tidak pernah memasuki rumah apartemen yang lantainya sangat bersih dan berkilau, bahkan saat ia masuk ke ruang utama sudah disuguhkan pajangan yang membuatnya sangat takjub. Iya rak besar, di mana setiap kotaknya terdapat jenis gerabah dan tembikar yang estetik.

"Rizka," panggil Deri mengalihkan tatapannya, "masuklah! Ini kamar Alfha, gunakanlah untuk kau bisa beristirahat," tuturnya demikian, bahkan sikapnya sangat canggung karena merasa tidak enak terhadap Rizka.

Rizka pun masuk ke dalam kamar itu, sementara Deri mengambil handuk, kaos dan celana training milik Alfha dari dalam lemarinya.

"Pakailah!" suruh Deri, "meskipun kau tidak merasa nyaman, setidaknya kau tidak basah lagi," lanjutnya lagi seraya menyerahkan pakaian sehari-hari milik Alfha, "oh, iya, apa kau perlu minum wedang jahe?" sambungnya bertanya sebelum dirinya keluar untuk meninggalkannya.

"Hem," sahut Rizka mengangguk pelan.

"Sepertinya begitu," timpal Deri meneruskannya, lalu keluar.

Berbeda dengan Alfha, di ruang khusus miliknya. Ruang yang merupakan tempat untuk membuat tembikar. Ia hanya berdiri diam di depan meja, di mana meja itu terdapat satu guci dengan lukisan gadis kimono bersama lelaki di bawah pohon sakura. Iya, guci itu merupakan peninggalan Keiko untuknya.

Alfha-Rizka (Loved By Star Man)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang