Episode.4

20 16 3
                                    

Selama perjalanan Deri selalu berpikir yang tidak-tidak mengenai ledakan mobil tadi karena ia merasa jika ledakan itu bukanlah hal yang alami. Iya, sontak Deri melirik wajah Alfha untuk bisa mencerna apa yang terjadi dengannya, bahkan saat itu dia lolos dari kobaran api tanpa luka sedikit pun. Rasanya tidak mungkin Alfha melakukannya.

Jika dipikir kembali manusia bintang di sampingnya sangat benci pesta ulang tahun. Apakah dia menjentikkan jarinya untuk membuat mobil itu meledak?

Deri langsung menggeleng kasar untuk menghapus prasangka buruk yang ada, kemudian kembali melirik untuk melihat wajah Alfha. Akan tetapi, prasangka buruk Deri berubah menjadi perasaan khawatir karena ia melihat kondisi Alfha yang sedari tadi hanya memejamkan matanya saja. Apa yang ia lakukan tadi sampai wajahnya terlihat lemah?

"Alfha, apa kau baik-baik saja?" tanya Deri penasaran.

Deri tidak mendengar jawaban darinya, maka dia berinisiatif untuk menyentuh kening Alfha yang memang terasa tidak biasa.

"Apa kau demam?" tanya Deri lagi.

"Deri, sebaiknya kita mencari tempat penginapan yang lebih dekat dari sini!" pinta Alfha dengan posisi yang masih sama, bahkan makin lama wajah dan bibirnya kian membiru,kemudian Alfha memeluk tubuhnya sendiri karena merasa ini sangat dingin.

"Oke, jika itu maumu," sahut Deri sambil bergegas meluncur ke tempat penginapan yang tidak terlalu jauh dari sini.

Mobil Alphard yang membawa mereka berhasil menempuh perjalanan menuju tempat yang dimaksud, bahkan Deri sudah memesan hotel dengan dua kamar.

Lihatlah! Di balik tubuhnya yang tinggi dan gagah. Rupanya Alfha juga bisa merasakan tidak nyaman pada kesehatannya. Iya, Deri sempat tidak mengerti dengan kondisi Alfha, pasalnya dia tidak pernah melihat Alfha selemah itu.

"Alfha, cepatlah masuk ke kamarmu! Aku akan mengambil air minum hangat untukmu," ucap Deri sambil memapah Alfha agar duduk di ranjangnya.

Deri segera menuju dapur untuk mengambil air hangatnya, kemudian membawanya kembali untuk Alfha.

"Alfha, minumlah!" pinta Deri sambil menyodorkan gelasnya.

Deri kembali cemas melihat Alfha yang sudah berselimut tebal untuk menutupi separuh kakinya.

"Alfha, apa yang terjadi? Kau tidak pernah seperti ini? Wajahmu sangat pucat," tanya Deri ketika Alfha sudah menghabiskan segelas air hangatnya dan meletakkan gelas kosong itu di atas nakas.

Alfha tidak menjawab justru dia balik bertanya. "Deri, tempat apa untuk anak-anak yang tidak memiliki keluarga?"

Deri mengernyitkan dahi untuk sesaat.

"Mungkin ... tempat itu adalah panti asuhan," jawabnya, "tapi ... untuk apa kau bertanya soal itu?" tanyanya kemudian.

Akan tetapi, Deri terbelalak ketika dia tersadar akan sesuatu. "Hoh, apa kau yang meledakkan mobilnya?" tanyanya tidak percaya.

Alfha diam sejenak untuk mengatur napasnya yang sedikit sesak, kemudian berusaha untuk berkata. "Aku ...." Lagi-lagi Alfha diam dan menghentikan kalimatnya karena tiba-tiba seluruh jantung dan dadanya terasa nyeri sehingga ia harus meringis menahan rasa sakitnya.

Deri makin cemas dan bertanya."Apa yang kamu rasakan?"

"Deri, biarkan aku istirahat sejenak. Kondisiku akan membaik setelah malam ini akan berakhir."

"Apa kau yakin? Sepertinya kondisimu butuh perawatan medis," ucap Deri masih cemas.

"Tidak, biarkan aku istirahat!" tegas Alfha menatap wajah Deri.

Deri mengembuskan napasnya, berat.

"Baiklah, besok pagi kita akan melanjutkan perjalanan dinas kita," ucap Deri sambil berdiri dan berlalu untuk meninggalkannya.

Malam kian larut dan jam dinding sudah berada di angka 2 pagi, Alfha masih terbaring lemas di ranjangnya. wajah yang sebelumnya baik-baik saja kini masih terlihat pucat, bahkan keringat dingin sebesar biji jagung perlahan mengucur pada keningnya.

Dalam keadaan mata yang masih terpejam kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri dengan kasar, seluruh tubuhnya seakan terikat tidak bisa bergerak. Ini merupakan hal kedua kalinya yang membuat dirinya merasa kesakitan dalam kehidupannya yang abadi.

Selanjutnya, peristiwa yang pernah dia lalui kembali hadir ke dalam alam bawah sadarnya.

Seribu tahun yang lalu telah terjadi perebutan sebuah negara pribumi yang Alfha singgahi. Pada tahun itu ia bertemu dengan seorang gadis berpakaian kimono, gadis itu bernama Keiko.

Usia Keiko sekitar 17 tahun, dia merupakan wanita pertama yang membuat Alfha sangat mencintainya. Akan tetapi, perjalanan cinta antara Alfha dengan Keiko tidak berlangsung lama karena Keiko terbunuh.

Gadis kecil terpaksa melarikan diri ketika dia tahu jika seluruh pasukan keluarganya dibunuh oleh tentara dari negara lain. Dalam kegelapan malam dia berlari menyelamatkan diri untuk meminta perlindungan kepada Alfha, kebetulan malam itu Alfha baru saja selesai berdiskusi tentang perdamaian antar negara, tentu perdamaian yang mengatakan tidak ada negara yang dirampas dengan negara lain karena setiap negara memiliki batasnya masing-masing.

Keiko masih berlari dengan tenaga yang masih tersisa, napasnya sudah tersengal yang sesekali dia berhenti untuk mengatur napasnya, tetapi beberapa seorang koloni terus mengejarnya.

Keiko tidak bisa berhenti terlalu lama dia harus kembali berlari memasuki semak belukar, bahkan dia sering terjatuh hingga telapak kakinya terluka dan berdarah.

Begitu netranya melihat tubuh Alfha, dia langsung menjerit memangil namanya. "ALFHA ...!"

Yang punya nama langsung menoleh, Keiko yang sudah dekat langsung terjatuh di pelukannya dan berkata dengan ketakutan. "Keluargaku sudah mati dan sekarang mereka akan membunuhku."

Gadis kecil itu menangis dan berharap Alfha menolongnya.

Alfha yang cintanya begitu besar merasa khawatir, dia menutup telinga Keiko dengan telapak tangan kosongnya.

"Mereka tidak akan pernah bisa membunuhmu," ujar Alfha yang langsung mengecup keningnya dengan tulus, hal itu untuk memberikan satu manik cahaya agar Keiko selamat dari maut. Namun nahas, sebelum manik itu berpindah dengan sempurna ternyata Keiko tewas tertembak tepat di belakang punggungnya hingga peluru itu tembus mengenai jantung Alfha.

Secara bersamaan Alfha langsung mengeluarkan darah segar dari mulutnya. Ini pertama kalinya dia merasakan sakit luar biasa pada jantungnya, bahkan dia hanya bisa menyentuh dadanya yang sudah bersimbah darah, kemudian tubuh tangguh itu luruh ke tanah hingga dia tak mampu untuk berdiri lagi.

Keiko benar-benar tewas di tempat, sedangkan Alfha masih memiliki kesadaran dan melihat batu maniknya tergelincir ke tanah. Saat itu, Alfha benar-benar tidak memiliki kekuatan untuk meraihnya kembali.

Sontak Alfha langsung terbangun dan terperanjat saat dia terlepas dari kejadian yang kini hadir ke dalam mimpinya, kemudian ia menekan keningnya yang masih berdenyut lalu bangkit menuju kamar mandi.

Dia berdiri di bawah kucuran air yang keluar dari sower. Dalam posisi Heather Alfha menikmati setiap tetesan air hangatnya untuk membasahi rambut, wajah hingga seluruh tubuh dan kedua pundaknya yang berotot. Entahlah, kenapa kejadian itu datang ke dalam mimpinya? Padahal selama ini dia tidak pernah memikirkannya.

Semenjak tragedi masa itu Alfha mengurungkan hidupnya untuk tidak mencintai wanita dari kalangan mana pun. Cukup sekali saja dia berurusan masalah hati kepada seorang wanita terutama wanita dari manusia bumi.

kucuran deras air shower berhasil membuat dirinya sedikit tenteram, bahkan irama kucuran air shower-nya sepadan dengan irama air hujan yang sedang menerjang di setiap kota.

Alfha-Rizka (Loved By Star Man)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang