Episode. 29

8 4 0
                                    

Di hari dan waktu yang sama. Terlihat peluh seorang yang usianya sudah tidak bisa remaja lagi, bahkan jika ia menikah mungkin sudah memiliki seorang anak yang usianya 18 tahun. Iya, ia adalah Deri yang masih melajang di usianya yang hampir memasuki kepala empat tengah berjalan kaki melawan teriknya panas matahari yang sangat menyengat.

“hufth." Deri mendesah, lelah, "keterlaluan, kenapa dia meninggalkan mobilnya di halaman rumah sakit?” keluhnya, “ada apa dengan cuaca hari ini? Apa lapisan ozon setipis lapisan kulit epidermis? Euh, seluruh tubuhku terasa terbakar," sambungnya ber-hiperbola.

Bukan Derino namanya jika sehari saja dia tidak mengeluh, Usianya yang hampir paru baya sedikit merasa lelah harus melayani Alfha.

“Aku berharap dia bisa menikah agar ada yang bisa menjaga dan merawatnya,” kata Deri dalam hati.

Seketika Deri terkekeh dan membayangkan ucapannya tadi, bagaimana bisa Alfha menikah? Sedangkan ia saja bukan manusia bumi yang sesungguhnya dan ia hanya makhluk lain yang tinggal di bintang lalu terjebak di planet bumi. Mustahil bukan? Bahkan Deri juga terseret dalam kehidupan Alfha karena dia benar-benar tidak bisa menikah dengan siapa pun termasuk dengan Jessica–mantannya yang sudah lalu, ini menjadi kutukan tersendiri untuk Deri dan juga orang yang terdahulu.

"Hish, Dasar! Apa kau mengutukku!" gerutu Deri teringat dengan nasibnya yang begitu miris karena ia sendiri belum juga menikah, seperti kebanyakan orang di sekitarnya dan ia akan menuntutnya jika ia sudah tiba di rumah apartemen nanti.

Dari kejauhan ia melihat mobil Alphard hitam metalik teronggok pada barisan mobil lainnya. Kali ini Deri kembali mengembus napas dala-dalam, bahkan kedua matanya harus menyipit lantaran sinar matahari siang ini terlalu silau.

Butuh waktu 1 jam agar bisa kembali pada rumah apartemen. Deri tergesa untuk segera naik ke lantai 40 hingga menuju unit 3557 lalu masuk ke dalam rumah huninya.

Alfha yang masih berdiri sambil menatap sebuah guci sampai menoleh ke arah pintu karena merasa Deri sudah kembali.

Bragh

Pintu ruang khususnya terbuka lebar-lebar, terlihat sosok Deri yang tampaknya sedikit tidak baik, bahkan Deri berjalan kasar untuk mendekati Alfha lalu membusungkan dada di hadapannya.

“Kenapa?” tanya Alfha bingung melihat Deri terlihat mendengus kesal, “apa di jalan kamu dapat surat tilang dari polisi?” sambung lagi Alfha. Cuek.

“Kau!” sapa Deri mendelik sambil menjulurkan jari telunjuknya kasar ke hadapan wajah Alfha,rencana untuk membuat tuntutan keras kini lenyap begitu saja. Menciut, tetapi Deri masih bisa bersikap sangar.

“Apa?” Alfha memberikan tantangannya, “Apa kamu marah?” tanya Alfha kemudian, tentu dengan tatapan mata yang serupa. Kesal.

Melihat mata itu, sontak Deri menurunkan dadanya yang sedari tadi sudah membusung, ia tidak punya nyali  untuk mencaci makinya lagi, “apa kau baik-baik saja?” tanya Deri tak berdaya melawannya.

“Tidak,” jawab Alfha menjatuhkan diri di atas kursi.

“Kenapa kau meninggalkan mobilmu di sana? Ke mana Rizka?” tanya Deri pada akhirnya.

“Deri, mulai hari ini tidak ada lagi ruangan untuk wanita itu,” sahut Alfha kembali dengan sosok dinginnya.

“Hah?" refleks Deri terkejut.

“Ck." Alfha berdecak, "apa aku harus mengulang perkataanku?” tanya Alfha demikian.

“Tidak, maksudku ... kenapa kau tidak memberikan ruangan untuknya tinggal lagi? Bukankah sebelumnya kau sedikit peduli?” sahut Deri bertanya lantaran dia tidak mengerti kenapa tiba-tiba Alfha mengubah pikirannya.

Alfha-Rizka (Loved By Star Man)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang