14 [rencana dan ancaman]

118 16 0
                                    

...

"Pagi, Jeongin. Loh, Felix belum datang? Tumben, biasanya dia lebih cepat dari kita, kan." Ucap Jisung, duduk di tempatnya. Seungmin hanya mengangkat bahu menjawabnya.

Jeongin juga heran sendiri, sudah ditunggu dari tadi, masih belum saja muncul. Felix, kan termasuk rajin diantara mereka berempat. "Izin, mungkin. Nanti mampir ke rumahnya sebentar, siapa tahu sakit," ucap Jeongin.

Dua sejoli itu diam sejenak. Rumah Felix? Kan Felix tinggal di rumah Hyunjin. Kemudian keduanya mengagguk, tidak apa, Felix tidak ada di rumahnya. Ngeles saja, mungkin sedang pergi.

Istirahat pertama, ketiga orang itu pergi ke kantin. Bertemu dengan Minho dan Changbin.

"Kalian lihat Hyunjin?" tanya Minho, memberi kecupan singkat di dahi Jisung. Pasangan satu ini sedang populer dibicarakan di mana-mana, Han Jisung dan Lee Minho. Siapa sangka Jisung, manusia berwajah tupai ini bisa mendapatkan Lee Minho yang terkenal yandere tampan itu. Ada beberapa orang mengatakan kalau Minho itu psycho.

Seungmin menggeleng, "lah, kalian ini temen tapi kok malah tanya kita." Seungmin menarik lengan Jisung. Mereka jadi pusat perhatian sekarang.

"Paling izin, soalnya Felix juga gak masuk hari in-ph" Seungmin cepat-cepat menutup mulut Jisung sebelum kalimatnya selesai.

Dasar, ada Jeongin di sini, di saring kek, tuh mulut. Bisiknya.

Minho dan Changbin terlihat mengerti. "Kita mau ke rumahnya nanti, kalian mau sekalian?" tanya Changbin.

"Eh, i..iya-iya. Rumah mereka dekatan." Jelas Seungmin pada Jeongin yang terlihat kebingungan.

Jeongin menoleh, "Felix tetanggaan sama Hyunjin-hyung?"

"Ya gitu, deh. Jeongin mau ikut?" tanya Minho.

Jeongin segera menggeleng. "Gak, deh. Nitip salam aja buat Felix."

Istirahat pertama selesai dengan cepat.

Jeongin duduk di bangkunya, tanpa Felix di sebelahnya. Dia menatap bangku Felix yang kosong. Pikirannya terbang.

Mereka tetangga?

Sejak kapan hyung pindah rumah?

Ke mana Felix setiap kali aku mengunjungi rumahnya?

Rumah Minho-hyung? Dia bohong!

Felix, apa yang kau sembunyikan dariku?

...

Felix bangun lebih dulu. Bagian bawahnya sakit. Benar saja, penis Hyunjin masih di dalam, si empunya masih tertidur lelap. Felix tidak tega membangunkan kekasihnya itu. Dia berusaha melepaskan penis terlebih besar itu.

PLOP

Akhirnya keluar juga. Felix menghela napas pelan. Badannya lengket, harus mandi secepatnya. Dia melirik jam sekilas.

Jam 08.30. Bolos sajalah, kalau mau sekolah juga percuma. Felix mengambil masukke kamar mandi. Mengisi bathtub dengan air hangat dan sabun busa. Lalu memanjakan dirinya dengan wangi bunga mawar, air hangat dan busa.

"Haaah, aku bisa melakukan ini setiap hari." Ucapnya pada diri sendiri.

Lelaki pirang itu selesai setengah jam kemudian, memakai pakaian santai. Melihat Hyunjin masih terlelap. Mencium dahi kekasihnya sebelum turun ke bawah untuk memasak sarapan.

Melihat kulkas, "haish, sepertinya aku harus belanja besok. Hari ini nasi goreng kimchi sajalah." Mulai memasak.

Felix cukup ahli dalam hal ini, neneknya sering mengajarinya memasak dulu. Berbeda dengan kedua kakak perempuannya, dia suka memasak. Sayang sekali neneknya meninggal karena serangan jantung dua tahun lagi.

Ketika memecahkan telur, tiba-tiba sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Dia bisa menebak milik siapa tubuh yang menempel di punggungnya itu. Tercium wangi dari tubuh itu. Sudah mandi rupanya.

Hyunjin mencium leher putih yang lebih muda.

"Hyunjin, aku sedang memasak. Lepaskan atau aku lemparkan kocokan telur ini ke wajah tampanmu." Felix mengangkat mangkuk berisi telur yang baru dikocoknya.

Hyunjin tertawa kecil, mencium pipi kekasihnya sebelum melepaskan pegangannya dan pergi. Memutuskan menunggu sambil bermain game di handphonenya.

"Hyunjin.."

"Iya, sayang."

"Kau lulus bulan depan, kan?"

"Ya. Ada apa?"

"Kau mau kuliah di mana?"

"University of Seoul. Ayah menyuruhku di sana. Tidak jauh, aku tidak akan pindah."

Felix diam sejenak, "kakak menyuruhku untuk lanjut ke Adelaide University. Mungkin aku bisa menolak."

Hyunjin berjalan ke arah Felix. Kembali memeluk dari belakang. "Buat apa ditolak, aku gak bilang gak boleh, kan. Yah, itu pilihanmu, sih."

Felix menoleh, "tapi, Hyunjin. Apa aku bisa pergi ke Autralia sendirian? Tinggal di sana sendirian, tanpamu..." dia menghentikan tangannya yang sedang mengaduk kimchi.

"Felix, aku masih ada di dunia ini, aku belum mati. Aku masih di sini untukmu." Hyunjin mencium pipi kiri Felix. "Aku mendukungmu."

...

aku gak tau lagi bakal gimana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku gak tau lagi bakal gimana. Maaf bgt pendek.

~sekian


Long Time no SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang