Seorang Hwang yang jatuh cinta pada seorang Lee di tengah badai salju. Seorang Lee yang akhirnya merasakan kembali rasanya dicintai.
BxB, Dom:Hyunjin, Sub:Felix
"Intinya semua salah Bangchan. Nafsuan sekali kau ini," Minho menabok kepala Bangchan dengan majalah. Sementara Hyunjin sedang membuat sarapan di dapur hanya terkekeh. Felix masih tertidur, lelah karena semalam. Hyunjin tidak berani membangunkan.
Bangchan merengut kesal, dia sudah lama tidak melakukan itu.
"Kasihan Seungmin, dia beneran sakit."
Bangchan sengaja terbatuk, "ekhem, sepertinya aku ikut demam."
Minho dan Hyunjin tertawa bersamaan. "Nih, buat Seungmin," Hyunjin memberikan obat penurun demam pada Bangchan. Hyunjin meletakkan sarapan di meja.
"Aku bangunin Felix bentar," Hyunjin naik ke lantai dua. Bangchan dan Minho melakukan hal yang sama, membangunkan para kekasih mereka.
Hyunjin kembali dengan Felix yang terbalut dengan selimut tebal di gendongannya. Felix malas memakai pakaiannya, jadi dia membalut tubuh telanjangnya dengan selimut. Namanya juga bestie, dua sahabatnya juga melakukan hal yang sama, membalut tubuh dalam selimut, hanya terlihat kepalanya saja.
Para dominan di ruangan itu sedang menyuapi makanan untuk submasive mereka. Lucu sekali. Apalagi Seungmin yang mulutnya yang tidak ada saringannya itu bocor.
"Chan, kamu gak tau rasanya lubangku gimana. Udah tiga tahun gak dikocok, tiba-tiba langsung dikocok-kocok gitu kan sakit. Pokoknya habis ini aku mau beli krim buat nyamarin bekas gigitannya, emang kau gak tau aku ikut ekskul basket. Nanti kalo ada yang liat kan bahaya. Hei, lain kali pake kondom, ya. Bisa bahaya kalo lubangku kepenuhan, aku gak mau hamil sekarang."
Bangchan langsung menyumpal mulut Seungmin dengan makanan, "kebiasaanmu belum ilang aja, deh."
Minho dan Hyunjin tertawa bersamaan.
"Kak Minho mau jalan-jalan." Rengek Jisung. Minho menoleh, makanan di piringnya sudah bersih.
"Habis ini, deh. Sekalian anterin kamu pulang." Minho mencium pipi temben Jisung. Jisung mengangguk saja. Digendongnya lagi menuju kamar untuk membersihkan diri dan berpakaian.
Hyunjin mendudukkan Felix di sofa sementara dia mengambil piring-piring kotor. Menaruhnya di wastafel, lalu segera dicucinya.
"Hyunjin, aku ke atas duluan, ya. Mau ambilin baju buat Jisung." Felix berseru dari tempatnya.
"Hah, udah gak perih emangnya? Bentar lagi aku selesai."
"Gak apa kok." Felix berdiri, memang sudah tidak seperih sebelumnya. Bisa untuk dibuat jalan. Dia berjalan perlahan melewati tangga. Tangannya menahan selimut agar tidak terjatuh atau terinjak kakinya.
Hyunjin mengintip dari tempatnya, tersenyum kecil. Ish, menggemaskan sekali kekasihnya ini.
...
"Sayang, Jeongin ngajak aku ketemuan hari ini," Hyunjin duduk di sebelah Felix yang sedang memainkan handphone-nya. Menoleh, menatap heran. Minho dan kawan-kawan sudah pergi beberapa waktu lalu.
"Kau sedang minta izin atau gimana?" tanya Felix. Dia, sih sebenarnya boleh-boleh saja. Asal jangan aneh-aneh.
Hyunjin membelai kepala Felix pelan, tertawa kecil melihat wajah Felix yang bombastic side eye begitu. Maksudnya cemburu gitu kali. Tentu saja dia sedang minta izin, boleh pergi atau tidak. Yakali Hyunjin pergi menemui Jeongin begitu saja, tanpa izin lagi, sama aja bunuh diri.
"Yaudah sana, pergi aja kalau mau. Aku gak ngelarang," ucap Felix tanpa menoleh kerah Hyunjin.
Hyunjin heran sendiri, ini artinya dibolehin atau tidak, sih? Felix bilang tidak melarang tapi raut wajahnya tidak menyiratkan demikian. "Di bolehin, nih?"
"Aku gak ngelarang, Hyunjin. Kalau kau mau, aku ok-ok aja." Felix mengangkat bahunya.
Hyunjin menghela napas pelan, mengacak-acak rambutnya sendiri, "Felix." Menarik bahu Felix agar berhadapan dengannya. Kadang dia tidak suka kalau Felix tidak jujur seperti ini. Hyunjin mulai mengerti sifat Felix yang terlalu baik, itulah mengepa Felix tidak pernah melawan ibunya.
"Felix, aku mau jawaban jujur darimu. Apa boleh aku pergi menemui Jeongin?" Hyunjin menatap kekasihnya itu lekat-lekat.
Felix terdiam sejenak, melihat wajah menawan di hadapannya. "Kau minta jawaban jujur? Baiklah, jawabanku adalah, tidak. Aku tidak memperbolehkanmu. Puas? Hwang Hyunjin?" dia tersenyum tipis, menangkupkan wajah Hyunjin dengan tangannya.
Hyunjin tersenyum kecil, mendorong tengkuk kekasihnya, mencium bibir ranum yang menjadi candunya. "Makasih."
Sementara Felix memiringkan kepalanya, bingung. Loh, kalau minta izin maksudnya minta diperbolehkan, kan. Felix berkata tidak boleh, kok malah bilang makasih? Kadang heran dengan kekasih tampannya ini.
"Soalnya aku emang gak mau pergi."
"Kalau gitu ngapain minta izin, sayang. Mau nabok, tapi kok ganteng." Felix sedikit mundur dari tempatnya duduk. Menepis tangan Hyunjin yang mengenggam bahunya.
Felix berpikir kembali, "tapi kasihan kalau ditolak begitu. Yaudah sana, pergi aja."
"Lah?" Hyunjin mengrinyitkan dahinya, wajahnya merengut. "Please, Felix, mau mu apa? Kau mau membiarkan pacarmu ini jalan sama orang lain?"
"Aku gak tahan kau didekati oleh Jeongin terus, aku cemburu Hyunjin."
Hyunjin semakin heran, "terus.."
"Habis ini, kau pergi menemui Jeongin. Dandan yang cakep, turuti semua kemauannya. Kujamin dia pasti bakal nembak. Jadi bilang, kalau udah punya pacar. Tapi jangan bilang kalau itu aku, aku gak mau persahabatanku sama Jeongin hancur gara-gara cowok cakep sepertimu."
Hyunjin menelan ludah, kekasihnya ini licik juga. Tersenyum jahil, mencium dahi Felix. "Siap, my angel" Dia pergi untuk bersiap.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.