5 [143]

191 20 1
                                    

...

"Dah, Lixie. Kita ketemu lagi kapan-kapan." Yeji masukke dalam mobil, supir pribadinya mulai menjalankan mobil. Yeji melambaikan tangan.

Felix dan Hyunjin melambaikan tangan bersamaan.

Hening seketika.

"Adikmu seru juga." Ucap Felix kemudian. Mengikuti Hyunjin masuk ke dalam rumah.

Hyunjin tertawa kecil, "halah, dia itu bakal seperti itu kalau ketemu lelaki tampan saja, sikapnya jauh berbeda kalau bersamaku." Dia tersenyum miris. Faktanya memang begitu, sih.

Zrsh...

"Sepertinya aku harus kembali sebelum badainya semakin besar." Felix mengambil jaketnya. Tangannya bergetar membuka pintu. Dia menghirup napas dalam-dalam, meyakinkan diri sendiri.

Tidak bisa. Pintu tertutup kembali. Keringat dingin mengucur deras dari leher dan dahinya. Bibirnya bergetar. Felix berusaha menahan takut setengah mati. Napasnya sesak.

Tiba-tiba Felix merasakan tubuhnya seperti dipeluk oleh seseorang dari belakang. Hangat. Dia menoleh. Tangan Hyunjin melingkar di pinggangnya, dagunya bertengger di bahu Felix. Dia bisa merasakan hembusan napas Hyunjin.

"Hyunjin?"

"Tetaplah di sini dulu." Hyunjin berbisik di telinga Felix.

Wajah Felix memerah, "tapi, kalau aku tidak kembali ibu akan-"

Hyunjin membalikkan badan Felix agar berhadapan dengannya. Jarak keduanya sangat dekat. Menggenggam lengan Felix erat. "kau mau bunuh diri? Dengar, aku tidak bisa melihatmu diperlakukan tidak baik oleh ibumu. Aku tidak tahu kenapa kau sangat takut dengan badai, tapi aku tidak tega." Mereka bertatapan satu sama lain.

"Maaf, mungkin aku tidak pantas mengatakan ini. Padahal kita baru bertemu beberapa hari."

Felix menggeleng pelan. Dia memang pernah beberapa kali mendengar kalimat yang sama seperti tadi. Tapi baru kali ini Felix merasakan hawa kenyamanan dan kepercayaan ketika Hyunjin yang mengatakannya. Sesaat kemudian Felix menyadari, sepertinya benar kata Jeongin. Lelaki di hadapannya ini sangat tampan.

Wajah Felix makin bersemu merah. Kedua tangannya dia telungkupkan di wajah tampan Hyunjin. Mencium singkat bibir Hyunjin. "Beberapa hari, menurutku kita sudah betemu bertahun-tahun."

Hyunjin terdiam. Jika Felix terpesona dalam katampanan Hyunjin, maka dirinya terpesona dengan kecantikan Felix.

Di luar badai semakin kencang.

Sementara Felix masih dalam dekapan Hyunjin, mereka berpindah ke kamar Hyunjin. Duduk berpelukan, yang tua memeluk yang lebih muda. Badan Felix masih bergetar, sejak petir menyambar keras berkali-kali.

"Apa yang membuatmu takut dengan badai?" Hyunjin bertanya. Mengecup pelan dahi Felix, entah dia dapat keberanian dari mana.

Felix diam saja, "maaf."

"Euh, aku tidak memaksa. Kau bisa katakan kapan-kapan," ralatnya. Mengelus rambut pirang milik Felix. Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta?

"Hei, boleh aku merasakan itu lagi?"

Felix menoleh, "apa?"

Ibu jari Hyunjin mengelus bibir ranum Felix, menyentuh dagunya. Dia langsung menangkupkan bibirnya dengan bilah bibir Felix. Tanpa mendapat persetujuan seperti sebelumnya. Alih-alih menolak, Felix justru melingkarkan tangannya di atas bahu Hyunjin. Menerima perlakuan itu.

Hyunjin mendorong tengkuk yang lebih muda. Membuat ciuman mereka semakin dalam. Melumat bibir ranum itu berkali-kali. Lidahnya masuk ke dalam, menelusuri seluruh mulut Felix. Sementara Felix mengalungkan tangannya di leher yang lebih tua.

Ketika oksigen keduanya habis, mereka melepaskan bibir masing-masing. Benang saliva keduanya saling terhubung. Napas mereka terengah-engah.

Di luar dugaan, Felix justru menarik kepalanya. Bibir ranumnya kembali mencium bibir Hyunjin. Yang lebih tua kembali mencumbu bibir itu. Tangan Hyunjin kali ini masuk ke dalam melewati pakaian Felix. Mengelus punggung dan dada yang lebih muda.

Felix melepaskan bibirnya. Melenguh pelan merasakan tangan Hyunjin menyentuh tubuhnya. Hyunjin tersenyum menggoda. Dia suka melihat wajah Felix yang ini.

"Hei, Felix. Apa aku boleh melakukan lebih jauh?" Hyunjin melepaskan pegangannya. Mengelus pipi Felix lembut.

"Dengar, kau boleh melakukan apapun padaku. Tapi, tolong jangan sampai Jeongin tahu." Felix menatap mata Hyunjin tajam.

Hyunjin memiringkan kepalanya. Kenapa? Bukannya kalau begitu dia bisa menjauhinya dan tidak mengejarnya terus. Oh, benar juga, Felix bestian dengan Jeongin. Hei, maksudnya apa ini.

"Di sekolah, jangan tujukkan kalau kita saling mengenal. Aku tidak mau mati dibunuh para fans fanatikmu." Ucapnya.

Hyunjin tertawa kecil, "oh, apa ini? Hubungan secara sembunyi-sembunyi? Kalau begitu apa boleh aku mengatakan ini?"

Felix diam saja, ibu jarinya mengelus bibir Hyunjin. Dia ingin merasakannya lagi.

"Aku mencintaimu, sejak aku melihatmu. Apa kau mau menjadi pacarku?" ucapnya secara langsung. Tanpa basa-basi.

Mata Felix membesar, serius? Wajahnya memerah lagi, dadanya berdegup kencang. Dulu dia pernah ditembak begitu, tapi dia tidak merasakan persaan seperti ini. Felix pikir Hyunjin hanya bercanda, tapi dari raut wajahnya, Hyunjin serius mengatakan itu.

"Tapi Jeongin, dia mencintaimu, kan?"

Hyunjin merengut, "tapi aku mencintaimu, terserah sampai dia mau bunuh diri atau apa. Aku hanya mencintaimu." Ucapnya penuh arti.

Dia serius? Felix menghela napas pelan, akhirnya mengangguk. "Baiklah, tapi seperti yang kukatakan tadi, jangan sampai Jeongin atau orang lain tahu. Walaupun masih tipis-tipis, kurasa aku tidak keberatan untuk belajar mencintaimu." Felix mencium singkat bibir Hyunjin lagi.

"Hmm, apa kau tidak akan merasa cemburu kalau Jeongin mendekatiku lagi?"

Felix tersenyum, "mungkin, tapi entahlah, kita lihat saja nanti. Hei, ngomong-ngomong, kapan kau akan mengganti handphoneku yang rusak itu. Sudah sebulan sejak saat itu, teman-temanku protes karena mereka tidak bisa menghubungiku."

Hyunjin mengedipkan mata berkali-kali, dia sempat lupa dengan itu. Baiklah, dia akan membelinya besok. "Iya, sayang besok aku belikan untukmu."

Pipi Felix bersemu merah. Rasanya aneh dipanggil dengan kata itu.

"Aih, lucunya," tangan Hyunjin mencubit pipi Felix yang memerah. Apa boleh memakan si pirang ini?

Hyunjin tidak jadi melakukan aksinya, Felix lebih dulu menendang tubuhnya. Katanya mau tidur duluan saja. Kalau berani macam-macam dia minta handphone yang lebih mahal. Hyunjin meringis, serem juga dia.

...

~sekian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~sekian

Long Time no SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang