Seorang Hwang yang jatuh cinta pada seorang Lee di tengah badai salju. Seorang Lee yang akhirnya merasakan kembali rasanya dicintai.
BxB, Dom:Hyunjin, Sub:Felix
Felix sampai di kampung halamannya di Seven Hills, Australia. Kuliah masih dimulai satu pekan lagi, dia akan tinggal di sebuah apartemen di daerah Adelaide. Tinggal sendiri bukan masalah untuknya.
"Felix, mau mengunjungi makam ayah dan nenek?" ajak Olivia, mengetuk pintu kamarnya.
"Iya, kak." Felix segera bersiap. Lalu mengikuti langkah kakaknya.
Keduanya berjalan bersisian. Mengobrol berbagai hal, menayakan kabar bibi yang biasanya menyirami anggrek di pagi hari dan anaknya, Chaeryeong. Dan sebagainya.
"Sepertinya kau sudah mengatasi ketakutanmu pada badai salju." Ujar Olivia. Sungguh dia hanya bertanya. Tidak ada sangkut-pautnya dengan Hyunjin.
Felix terdiam sejenak, lalu mengangguk, "begitulah."
Haaah, apakah Hyunjin sudah sadar sekarang? Atau belum. Entah kenapa dia merindukan sosok bersurai gelap itu. Dia ingin bertemu dengannya, dia bahkan belum mengatakan salam perpisahan dengan baik. Tiba-tiba dadanya terasa sesak. Matanya panas. Sebutir air mata turun.
Membuat Olivia panik sendiri, apa dia mengatakan hal yang salah?
Felix menatap cincin yang melingkar sempurna di tangan kiri jari manisnya. Dua cincin homaika berwarna hitam dan putih itu adalah hadiah ulang tahunnya dari Hyunjin tahun lalu. Awalnya dia yang ingin memberikan Hyunjin cincin itu karena bosan dengan cincin yang setiap hari Hyunjin pakai hanya perak saja. Tapi belum sempat dia beli, Hyunjin lebih dulu memberikannya ini, Hyunjin juga memakainya, couple.
Ahh, Felix ingin bertemu Hyunjinnya sekarang.
Tidak, Felix. Kau harus kuat. Hanya empat tahun, itu bukan waktu yang lama. Felix meyakinkan diri sendiri walaupun tidak yakin. Ayolah, dia pasti bisa melewati ini.
...
"Kak, kakak yakin dengan keputusan itu. Kau percaya pada Jeongin? Ayolah, kak, aku tahu kau masih mencintai Felix." Yeji berbicara serius dengan kakaknya yang dia pikir otaknya semakin lengser sejak insiden itu.
Siang ini dia sudah diperbolehkan kembali ke rumah. Tepat tiga minggu setelah Felix terbang ke Australia. Juga Jeongin, selama itu pula dia dengan tlaten menemani Hyunjin di sini. Melayani tamu yang hendak menjenguk, mengaku sebagai pacar Hyunjin.
Anehnya banyak rekan-rekan kerjanya yang menjenguk percaya saja Jeongin berkata begitu. Padahal Hyunjin beberapa kali sering membawa Felix ke kantornya, mereka bilang kekasihnya itu sangat idaman sekali (Felix).
Hyunjin menghela napas pelan, "mau bagaimana lagi, Yeji. Dia bahkan effort menemaniku di sini siang-malam. Apa pantas kalau aku menolaknya lagi? Aku tidak akan memperbolehkannya tidur di rumah. Rumahku hanya milik Felix."
Yeji mengangguk, "aku mengerti. Terserah kau saja. Setelah ini kalau aku mendapat kabar kalau Jeongin hamil anakmu.." Yeji menjeda kalimatnya, menatap Hyunjin tajam. Membuat Hyunjin menelan ludah kasar. "Aku tidak akan menganggapmu sebagai kakak lagi."
Yeji mengambil tasnya, dan keluar ruangan. Menatap Jeongin di ujung matanya. Lalu dia pergi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mungkin aku harus berusaha lebih akrab dengan adikmu." Ucap Jeongin, tertawa kecil.
"Sesukamu saja."
...
.
.
.
...
Jeongin baru saja pergi dari rumahnya, akhirnya pemuda Hwang itu bisa bernapas lega. Melepaskan perban yang melilit tangan kirinya. Ada bekas terbakar di atas sikunya, mungkin tidak akan hilang dalam waktu lama.
Dia kemudian naik ke kamarnya. Merebahkan diri di ranjang.
Sejak kapan ranjangnya ternyata seluas ini?
Di mana boneka ayam berwarna kuning di pojok ranjang?
Kenapa kamarnya terasa lebih rapi daripada biasanya?
Di mana handphone yang biasanya sedang di charge di nakas? Mengapa hanya ada satu?
Hyunjin menghela napas pelan. Menutup matanya dengan lengan. Satu pertanyaan terakhir muncul di benaknya. Satu-satunya pertanyaan yang membuat air matanya turun sekarang.
"Di mana Felix?"
Pertanyaan yang sama muncul di benak lelaki bermarga Lee, jauh di Australia sana. Dia baru saja kembali dari rumah kakeknya. Memutuskan untuk cepat-cepat tidur. Besok dia ada kuliah pagi.
Seperti biasa, begitu merebahkan di ranjang, lelaki yang tadinya bersurai pirang itu kini bersurai gelap itu tidak bisa menutup matanya. Semasa di Korea dulu, ada seseorang yang memeluknya sampai ia tertidur. Tapi saat ini orang itu tidak ada di sini.
"Di mana Hyunjin?
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.