3 [Lihat]

387 32 1
                                        

...

"Oke, sepertinya aku harus kembali sekarang." Felix bangkit dari tempatnya, mengambil mantel putihnya.

Hyunjin menatapnya lekat-lekat. Mantel itu, Hyunjin tahu. Mantel yang sedang populer dan banyak digunakan oleh arktis-arktis sekarang ini, termasuk barang mahal, brand terkenal mengeluarkan keluaran terbaru, mantel putih Felix itu. Beberapa hari lalu Yeji merengek pada ayah untuk dibelikan mantel itu untuk hadiah natalnya.

Hyunjin mengantarnya sampai depan pintu. Dia melihat rumah berwarna monokrom itu, seperti rumah pada umumnya. Mobil Toyota Corolla putih semalam tidak ada di tempatnya.

"Terima kasih, dan aku minta maaf." Felix berjalan keluar. Berhenti sejenak, mengatur napas dan menelan ludah sejenak.

"Hei, Felix."

Belum genap langkahnya, dia berhenti, menoleh kebelakang. Bukannya dia belum memperkenalkan diri pada lelaki berambut hitam itu? Bagaimana dia tahu namanya.

"Siapa perempuan itu? Yang mendorongmu keluar semalam." Hyunjin menatap Felix dalam.

Felix diam sejenak, tangannya mengelus tengkuk. "Dia, ibuku." Felix berbalik badan, dan langsung pergi. Kali ini dia masuk rumahnya lewat pintu utama.

Hyunjin menghela napas kecil. Mana ada ibu yang jahat gitu sama anak sendiri.

Tidak-tidak, dia tidak membicarakan ibunya yang meninggalkannya dan Yeji beberapa tahun yang lalu. Agak menyebalkan mengingat dia mengangguk ketika ayahnya mengatakan dia dan adiknya tidak akan tinggal bersama lagi dengan ibu mereka. Ibunya seorang aktor terkenal, dia berselingkuh dengan lelaki koleganya lalu kabur ke Amerika. Ayah memutuskan untuk menceraikan istrinya. Bagaimana bisa seorang ibu berselingkuh dengan lelaki lain padahal dia memiliki dua anak kecil dan suami yang sangat berkecukupan?

Ayahnya tidak membiarkan Hyunjin dan Yeji tinggal dengan perempuan jalang seperti itu. Dia merawat dua anaknya sendirian. Dia tidak berpikir akan menikah lagi, toh kalau dirinya mati nanti Hyunjin yang akan mengurus agensi perusahaannya. Dia tidak butuh wanita lain dalam hidupnya selain anak permpuannya, Yeji.

Hei, jangan berpikir aneh. Ayahnya mencintai Yeji sebagaimana ayah mencintai anaknya. Kalau bisa jujur, dia bahkan masih mencintai istrinya sampai sekarang. Wajah Yeji sangat mirip dengan wajah ibunya. Sementara Hyunjin sangat dominan dengan ayahnya. Mengingat ayahnya dulu sangat populer di kalangan permpuan.

Hyunjin kembali masuk ke dalam rumah. Hari ini libur sekolah. Mungkin dia akan berjalan-jalan sebentar di daerah ini. Kalau tidak salah di perumahan ini ada rumah teman lamanya.

Setelah membersihkan diri dia berpkaian. Tidak berlebihan. Hanya kaos hitam pendek dan outer kemeja biru navy juga celana kain hitam.

Hyunjin pergi setelah mngunci pintu.

"Oh, selamat pagi, nak. Ah, kau orang baru itu rupanya." Ucap seorang ibu-ibu tua, beliau sedang menyirami tanaman bunganya di halaman. Menyapa Hyunjin hangat. Pohon tumbang semalam berasal dari kebun belakang milik ibu ini.

Hyunjin mengangguk kecil tersenyum manis. "Oh, bibi punya bunga anggrek? Kupikir bunga itu tidak tumbuh di musim dingin." Hyunjin berhenti sejenak, bertanya basa-basi selalu bagus. Selain itu berguna juga untuk menjalin pertemanan dengan tetangga. Hyunjin pandai berkomunikasi dengan banyak orang, anak kecil sampai orang tua pun menyukainya. Bakat dari ayahnya.

Bibi itu tertawa kecil, "kau banyak tahu rupanya. Ini jenis anggrek yang berbeda. Di musim dingin juga masih bisa tahan. Dari dulu anakku menyukai bunga," ucap bibi. Memandangi Hyunjin lagi. "Kau tampan sekali, sepertinya aku pernah melihatmu di suatu tempat. Ah, sudahlah."

Long Time no SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang