9 [wah]

157 18 2
                                    

...

"Kakak kenapa gak bilang-bilang kalau udah pacaran sama Felix. Kan aku udah terlanjur kasih semangat ke Jeongin tadi. Jadi merasa bersalah, nih. Maafin aku, ya, Lixie." Yeji merengek kepada kakaknya.

Tadi dia memberi semangat pada Jeongin yang katanya tadi sedang masa pdkt dengan Hyunjin, makanya dikasih semangat. Gataunya ternyata Hyunjin udah pacaran sama Felix. Mana tadi nyemangatinnya pas di depan Felix gitu. Mana dia tau, kan.

Felix tersenyum tipis, dia baik-baik saja, sepertinya, sih.

"Ya maaf, aku lupa." Hyunjin memeluk Felix dari belakang. Sementara Felix duduk di depan kekasihnya. Agak geli ketika Hyunjin meletakkan dagunya di bahu si uke. Mencium leher Felix.

Felix sudah mengganti pakaiannya, bekas keganasan Hyunjin terlihat di mana-mana, leher, lengan bahkan paha. Pantas Felix mau-mau saja memakai pakaian tertutup seperti itu.

"Kak, kalau nganu jangan ganas-ganas, lah. Kasihan Felix." Kata Yeji, melihat bekas gigitan yang masih memerah di lengan Felix. Dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Memberikan pada Felix. "Untuk menyamarkan bekas luka. Dengan begitu kau tidak perlu lagi memakai pakaian tertutup atau kerah panjang lagi."

Felix mengucapkan terima kasih, ini sangat membantu.

Yeji pulang tak lama kemudian. Entah sejak kapan dia memilih untuk menyetir sendiri mobilnya, biasanya dia selalu diantar oleh supir pribadinya.

"Maaf, ya. Aku udah berusaha banget buat jauhin Jeongin." Hyunjin duduk di samping Felix di sofa. Memeluk tubuh Felix, mencium pipinya.

Hyunjin memang berusaha mencoba, tapi apa daya, Jeongin terus mengikutinya kemanapun. Dia bahkan tidak punya waktu untuk main dengan teman-temannya akhir-akhir ini.

"Gak apa. Coba saja kalau kau sedikit lebih dingin padanya seperti kau dingin pada orang lain. Kau terus dikejarnya karena kau terlalu baik padanya, dia mengira kau menyukainya." Ucap Felix, memosisikan tubuhnya agar berhadapan dengan dominannya.

Hyunjin terdiam sejenak, "dari mana kau tahu kata-kata dalam seperti itu?"

"Aku mengenal Jeongin sejak kecil, aku tahu betul tabiatnya. Sesukamu saja, sih. Tapi Hyunjin," Felix menjeda kalimatnya. Menyatukan dahinya dengan dahi kekasihnya. "Maaf aku egois. Aku hanya mau seorang Hwang Hyunjin milikku saja. Milikku." Menyatukan bibirnya dengan bibir tebal Hyunjin.

Pada saat itu, berulah Hyunjin mengetahui kalau Felix sudah benar-benar mencintainya, sebagaimana dia mencintai Felix.

"I love you, Hwang Hyunjin."

Hyunjin tersenyum, "love you too, Lee Felix. Aku hanya milikmu, dan kau hanya milikku." Dia mendorong tengkuk yang lebih muda dan mencium bibir ranumnya kembali.

Malam itu mereka memutuskan untuk langsung berstirahat saja. Setelah mandi Felix langsung merebahkan badannya di sebelah Hyunjin. Dia merasa sangat bahagia sekarang. Wajahnya tenggelam di dada bidang kekasihnya. Entah sejak kapan dia menyukai wangi tubuh kekasihnya itu.

...

Minho menghela napas pelan. Menatap satu-persatu teman-temannya. Wajah mereka kusut semua, seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. "Hei, ada apa dengan kalian. Apa kalian sedang ditimpa kesialan?" Minho mencubit hidung Bangchan.

Bangchan mengaduh, menarik tangan Minho. "Ck, aku sedang bingung gimana caranya kasih tau Seungmin."

"Jangan bilang, sebulan ini kau sama sekali belum menghubunginya. Dasar, kau mau melihat Seungmin semakin mederita?" Changbin menimpuk Bangchan dengan bantal. Saat ini circle Hyunjin sedang berkumul di rumahnya. Felix bermain di rumah Jisung bersama yang lain. Sudah hampir siang, seharusnya Felix sudah kembali.

Long Time no SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang