6. 🌱

634 51 4
                                        


"Nah ini kamar kalian, gue kebawah dulu kalau butuh sesuatu kebawah aja"

"Iya bang makasih" ucap Sean dan Yasa bersamaan menjawab ucapan winan.

Setelah memastikan winan dan Jeffrey telah hilang dibalik lift Sean menutup pintu kamarnya dan ikut merebahkan tubuhnya di atas kasur seperti Yasa.

Sean mengangkat kepalanya menatap Yasa yang menutup matanya. "Sa? Lo tidur?" Tanya Sean.

"Belum, kenapa?" Jawab Yasa namun matanya masih tertutup.

"Para penghuni kosan ini baik juga ternyata ga gigit" ucap Sean sambil terkekeh dengan ucapannya.

Yasa duduk lalu melemparkan sebuah boneka kelinci yang ia bawa dari rumah kearah Sean. "Ya iya lah bego! Lo kira mereka apaan suka gigit orang?!" Ucap Yasa kesal.

Sean tertawa kencang. "Ya kan siapa tau mereka kaya Lo yang suka gigitin gue mulu"

Mata Yasa melotot mendengar ucapan Sean yang terdengar aneh menurutnya. "Apaan sejak kapan gue suka gigitin Lo?!"

"Dih pura-pura ga inget kan Lo suka gigit tangan gue kalau lagi kesel, nih liat ada bekasnya" Sean berdiri dan berjalan menuju Yasa untuk memperlihatkan bekas gigitannya.

Yasa menepis tangan Sean yang tepat berada di depan wajahnya. "Ya karna Lo ngeselin! Udah lah gue mau kekamar sebelah aja! Lo ngeselin!"

Brak

Sean menatap pintu yang tertutup dengan kencang. "Ada-ada aja, dasar kucing"



Ceklek

"Oi gue num-KALIAN NGAPAIN WOI?!"

Mendengar teriakan Yasa Raka refleks mendorong jaevan sehingga membuat jaevan jatuh dari kasur dan mengaduh kesakitan.

"Kalian ngapain anjir pelukan di tempat tidur?!" Tanya Yasa memicingkan matanya curiga.

Jaevan berdiri mengusap sikutnya yang merah akibat terbentur lantai. "Pelukan pala lu! Lagi gelut kita!"

"Tau tu! Orang kita lagi rebutan tempat tidur ini!" Sewot Raka.

"Kasurnya ada dua nyet ngapain rebutan?!" Ucap Yasa menunjuk dua kasur yang saling berhadapan.

Raka menggaruk kepala yang tak gatal. "Iya juga, tapi pokonya gue yang disini Lo disana titik ga pake koma!"

Jaevan mendengus kasar. "Gue lempar juga lu dari lantai 5, terus Lo ngapain disini?"

"Niatnya sih tadi pengen numpang bentar, si Sean penyakit ngeselinnya lagi kumat males gue" ucap Yasa merebahkan tubuhnya pada kasur yang kosong.

"Kalau gitu kita main Uno aja lah! Nih gue bawa" Raka dengan semangat mengeluarkan kartu dari tasnya.

"Hayok lah"

"Ga ah males pen bobo syantik" tolak Yasa.

"Lu ikut main atau gue tendang dari sini?" Ancam jaevan.

Yasa seketika duduk dari tidurnya. "Ishh iya iya!"





Ceklek

"Dek bunda kalian nel–ASTAGFIRULLAH HAEKAL BANG JUNA KALIAN APAIN SHAKA SAMA MARIO WOI?!"

"Renan? Shaka sama Mario kenapa?"

Renan beralih menatap layar handphonenya yang memperlihatkan wanita paruh baya yang tetap cantik meski umurnya hampir menginjak kepala 4.

"eee Shaka sama Mario gapapa kok Bun tunggu bentar ya Bun nanti renan telpon lagi"

Tut

"Kak renannnn bang Juna gangguin Rio bikin tugas ih!" Rengek Mario pada renan yang masih berdiri di pintu.

"Kakak ini temennya dibuang aja Napa? Ngambil jelly aku mulu!" Ucap Shaka cemberut sambil menunjuk Haekal yang santai memakan sisa jelly.

"Bang Juna Haekal kalian ngapain sih?! Gangguin mereka mulu! Ga punya kerjaan lu pada?!"

Juna menyengir menampilkan gigi putihnya. "Gue kan cuman mau bantuin Mario Ren"

Mario menghela nafas. "Ya tapi ga guna bang, Lo dari tadi cuman ngang ngong ngang ngong pas gue tanya"

"Wow selain muka yang mirip renan mulut pedasnya juga mirip ya" ucap Juna speechless dengan ucapan Mario.

"Bang Haekal jangan di ambil lagi ih jellynya! Nanti abis emang mau beliin?" Tanya Shaka merebut jelly baru yang belum terbuka dari tangan Haekal.

"Tenang cil nanti gue beliin 5 kalau perlu 10 deh jadi gue minta ya" Haekal kembali ingin mengambil jelly itu namun Shaka langsung menyembunyikanya dibalik badannya.

"Kaya punya duit aja" sewot Shaka membuat Juna speechless part 2.

Haekal menatap Shaka tak percaya. "Hah! Sekate-kate lu bocil, ya punya lah gue duit!"

"Ya kalau punya beli sendiri lah sana! Katanya punya!"

Haekal diam tak berkutik dengan wajah cemberut. Juna tak mampu menahan tawanya melihat Haekal yang dikalahkan oleh seorang bocah.

"Udah sana lu pada! Kita mau telponan sama bundanya bocil" usir renan. Renan sejak tadi diam mendengarkan dengan bangga setiap ucapan yang terlontar dari dua sepupunya.

"Murid gue nih boss" batin renan bangga.

"Yang satu muka sama mulutnya 11 12 yang satu mukanya ga mirip tapi mulutnya ga kalah pedas, hah beginilah kehidupan" ucap Juna menarik Haekal yang masih cemberut.

Sedikit penjelasan tentang lantai 5 atau lantai wish berisi 3 kamar dan 1 kamar mandi luar. Setiap kamar diisi 2 orang, sudah lengkap dengan ranjang dan kasur, lemari dan meja belajar dan toilet kecil disetiap kamar.

Untuk roommate kamar 1 diisi oleh Sean dan Yasa yang tak terpisahkan, awalnya Yasa bersama dengan Raka namun Yasa dengan wajah yang melas meminta untuk bertukar kamar karna tidak mau satu kamar dengan Raka yang akan menjahilinya terus menerus.

Kamar 2 diisi oleh jaevan dan Raka, baru sebentar kamar mereka sudah berisik akibat pertengkaran kecil yang di latar belakangi oleh 'perebutan tempat tidur' mungkin ini salah ide buruk Johnny yang menyarankan mereka untuk menjadi roommate.

Yang terakhir kamar 3 diisi oleh sikembar Danendra, kamar mereka tenang dan tentram namun itu tidak akan lama karna banyak tukang rusuh yang datang kekamar mereka.

                               —⁠☆ 。✿🌱✿。☆—

Untuk bab ini agak pendek, maaf ya kalau terlalu ngebosenin hehe.

Bab ini khusus untuk anak anak wish kita yang lucuuuu.

Tolong terima dan sayangi mereka ya para sijeuni ^^

KOSAN NEOZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang