15. 🌱

422 40 3
                                        

Setelah menghadapi berbagai tantangan menanjak, menurun, belok kanan, belok kiri mendaki gunung, melewati lembah, membelah lautan—akhirnya mereka sampai di rumah tuan muda Henry Adhitama.

Keluarga Adhitama terdiri dari ibu, ayah, tiga kakak perempuan, satu anak laki-laki, dua menantu laki-laki, dan dua keponakan. Aku ngarang.

Saat sampai di rumah Henry mereka disambut dengan hangat oleh keluarga Adhitama. Baru juga disuruh masuk itu khodam udah keluar aja.

Banyak kelakuan mereka yang membuat Theo sebagai pemimpin pusing. Contohnya si Haekal yang baru datang langsung lari kedalam setelah bertanya toilet dimana. Kebelet brok!

Si tendra yang muntah karna bau kentut dari seseorang yang masih belum terungkap.

Si Henry yang bukannya Salim sama orang tua malah nyeret Juan, Raka dan Mark kekamarnya buat pemer action figure yang dia punya. Cih pamer.

Dino yang hampir Jambak jambakan bareng kakak ketiga Henry yang udah dia kenal dari orok.

Yasa sama Mario yang hampir hilang karna pengen ngejar kucing yang lewat depan rumah.

Yuta dan Samuel yang dikejar anjing galak milik tetangga Henry saat jalan-jalan diluar rumah.

Jaena dan Yugo yang langsung memanjat pohon mangga yang hampir masak dengan santainya duduk di dahan pohon.

Dan ya itu semua membuat Theo merasa tidak enak pada keluarga Henry. Padahal keluarga Henry sama sekali tidak peduli malah mereka terhibur dengan tingkah laku mereka yang nauzubillah itu.

"Gapapa Yo sesekali rumah ramai" ucap ibu Henry—Hira Indira— menenangkan Theo yang terlihat malu.

"Ga usah malu gitu bang! Gue tau pasti jiwa lu lagi meronta-ronta pengen ikut si jaena sama Yugo manjat kan? Secara kan Lo satu spesies sama mon--" ucapan Haekal terhenti saat sebuah bantal sofa yang mengenai wajahnya.

"Gue jadiin babi guling Lo!"

"Udah-udah ayo kita ketaman belakang kita mulai acara bakar-bakarannya" ajak Hans— Hans Adhitama— ayah Henry yang diikuti oleh seluruh orang yang ada diruangan tersebut.

Saat tiba di taman belakang rumah mereka dibuat melongo dengan apa yang telah disiapkan oleh Adhitama family. Disana terdapat empat meja yang digabung menjadi satu yang diatasnya terdapat banyak makanan. Di depannya terdapat sebuah panggung kecil yang lengkap dengan mikrofon dan dihiasi menggunakan lampu kecil yang menggantung diberbagai tempat. Disamping kiri terdapat dua pemanggang yang sudah disiapkan. Dan ada tiga tenda berukuran sedang disamping sebuah pondok yang lumayan besar.

Mereka duduk dikursi yang sudah disediakan. Senyum mereka merekah begitu lebar sampai rasanya bakal robek.serem. mereka menatap Hans yang berdiri.

"Perhatian semua!" Ucap Hans menatap mereka satu-persatu.

"Dengerin om Hans dulu ege!" Ucap Renan menyentak tangan Haekal yang ingin meraih buah semangka yang sudah dipotong.

"Alhamdulillah kita semua bisa berkumpul pada malam ini dalam rangka makan bersama. Tidak luput pula kita ucapkan terimakasih kepada Tuhan yang maha esa--" ucapan Hans terpotong kala sang anak bungsu menyela.

"To the poin aja deh pa, laper nih" ucap Henry.

Hans memutar bola matanya malas. "Saya sebagai tuan rumah mengucapkan terimakasih karna kalian sudah menyempatkan diri untuk hadir di acara ini. Sebenarnya acara ini bukan hanya sekedar buat makan bersama karna istri saya bosan, alasan yang sebenarnya adalah acara untuk merayakan Amara yang telah bisa berjalan, tepuk tangan!"

Serentak mereka semua tepuk tangan dengan wajah yang melongo. Mereka syok! Hanya karna seorang bayi yang baru saja bisa berjalan sudah membuat acara syukuran dengan manusia seabrek. Ini kayanya kalau Amara udah bisa cebok sendiri bukan syukuran lagi kayanya, party kita.

KOSAN NEOZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang