"Ga mauuu aku ga mau sekolah kalau ga ada ji! Aku ga suka kalau ga ada ji! Pokoknya ga mau!"Bocah itu merengek sambil berbaring lalu menggerakkan tubuhnya kesana kemari dengan kaki yang menendang-nendang udara. Irene— sang ibu yang sedari tadi menatap anaknya yang sedang tantrum hanya menghela nafas.
"Tapi adek ji-nya belum bisa masuk sekolah, sayang. Ayo dong sekolah masa kamu gamau sekolah sih katanya mau pinter terus dapat juara?" Ujar Irene membujuk sang putra.
Chandra—bocah itu kembali duduk dan mengucap air matanya. "Tapi disekolah ga ada Jian mami! Nanti aku sedih Jian ga ada teman dirumah"
"Kan Jian dirumah sama mami, nanti kamu pulang sekolah baru main sama-sama"
Dengan wajah cemberut Chandra kecil melipat kedua tangannya didepan dada. "Pokoknya ga mau! Sekolah ga seru! Ga ada ji!"
"Chandra! Papi sama Jian pulang!"
Kepala Chandra kecil menoleh kearah sumber suara yang memanggilnya tadi. Matanya seketika berbinar menatap kedua orang yang baru saja masuk sambil bergandengan.
"Papi! Ji!" Seru Chandra berlari menghampiri mereka.
Saat sampai Chandra langsung menerjang tubuh Jian kecil dengan wajah yang tak lentur oleh senyum. Chandra memeluk Jian dengan menggoyangkan badannya ke kiri-kanan membuat Jian kecil yang berada di rengkuhan sang kakak juga ikut bergerak dengan senyum mengembang.
"Chandra nangis ya?" Tanya Jian setelah melepaskan pelukannya.
Kepala chandra mengangguk membuat rambutnya ikut bergerak sesuai irama. "Hu'um! Tadi aku nangis, kamu kok bisa tau?" Tanya Chandra bingung.
Jian menunjukan telapak tangan kanannya. "Tangan aku sakit tadi" jawabnya.
"Maaf ya ji"
"Iya"
Entah kenapa setiap kali Chandra atau Jian menangis maka telapak tangan diantara mereka akan terasa sakit. Bahkan Irene dan Suho selaku orang tua pun tidak tahu. Entah karena mereka yang terhubung satu sama lain atau hanya kebetulan saja.
"Lho Chandra kenapa nangis, sayang?" Tanya Suho — sang ayah pada putra sulungnya yang asik melihat telapak tangan sang adik.
"Aku ga mau sekolah! Ga ada ji!" Ucapnya lalu kembali memeluk Jian yang menatap polos.
Suho menatap Irene dengan tatapan bertanya. Tapi yang Suho dapat hanya gelengan dan helaan nafas yang diberikan oleh istrinya itu.
"Hm kalau Jian sekolah bareng kamu, kamu mau sekolah ga?" Tanya Suho mengusap surai lebat kedua putranya.
Kepala Chandra bergerak dengan cepat. "Hu'um! Aku mau sekolah kalau ada ji!"
"Jian mau sekolah?" Tanya Suho bergantian pada Jian.
Jian terlihat berfikir sejenak. Terlihat dari caranya yang berfikir seperti menanggung beban pertanyaan yang berat.
Agak lama menunggu jawaban akhirnya kepalan Jian mengangguk. "Mau! Ji mau sekolah bareng Chandra!"
"Kalau begitu Chandra dan Jian bakal sekolah sama-sama, oke?"
"OKE!"
Rasanya baru kemarin ia merengek tidak ingin sekolah karna tidak ada sang adik tersayang yang menemaninya.
Rasanya baru kemarin Chandra kecil mengusili Jian yang juga masih kecil.
Rasanya baru kemarin ia dan Jian pergi bersama ketaman bermain sambil bergandengan tangan dan menenteng banyak mainan untuk dimainkan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN NEOZONE
HumorApa jadinya jika 25 laki-laki tinggal bersama? Pastinya tempat itu tidak akan pernah sunyi karna penghuninya yang setiap hari berdebat, bertengkar, tertawa dan berisik. Jujur saja mereka terlalu barbar dan liar. Dimohon untuk follow akun ini dulu se...