18.🌱

191 17 2
                                    


Shaka berjalan dengan sangat tidak semangat. Wajah yang cemberut dan tangan yang menggenggam erat tasnya yang berada disisi kiri dengan Mario yang berada di sebelahnya.

"Udah Napa cemberutnya, mau dicium Ani Ani lu?"

Shaka berhenti lalu menatap Mario dengan sinis. "Lo-ahk! Udahlah!"

Shaka langsung masuk kedalam lift tapi sebelum menekan tombolnya Shaka kembali menatap Mario yang masih diam ditempat.

"Lo mau ikut naik ga?!"

Saat menaiki lift mereka tidak langsung kelantai paling atas tapi kelantai satu. Shaka langsung menghempaskan tubuhnya disofa yang juga berisi oleh juna, Johnny, Jeffrey dan winan.

Mereka berempat menatap Shaka yang cemberut Dengan bingung. "Shaka kenapa Rio?" Tanya winan pada Mario yang duduk disebelahnya.

"Dia lagi bad mood karna ga dibolehin bunda sama ayah ikut ekskul silat" ujar Mario yang diangguki mereka berempat.

"Olololo dedek gumus kakak ga dibolehin bundanya ya? Utututu kaciannya~~" ucap Juna dengan nada yang dibuat-buat sabik tangannya menguyel-nguyel pipi Shaka.

Shaka hanya diam menatap tv yang menampilkan siaran cocomelon. Shaka agak bingung, siapa yang menonton cocomelon diantara mereka berempat?

Tapi pertanyaan diatas hanya bahasa halusnya. Yang dipikirkan oleh Shaka sebenarnya adalah, siapa yang nonton cocomelon? Udah tua juga

Dek... :')

"Menurut Abang kenapa bunda sama ayah ga bolehin aku ikut ekskul silat? Kalau kata kak ren sama Rio nanti aku capek terus jadi malas belajar"

Mereka tampak berpikir. "Mungkin karna lo baru masuk sekolah jadinya harus sekolah dulu baru ikut ekskul ini itu" jawab Johnny.

"Iya bisa jadi yang dibilang Johnny itu bener. Terus yang dibilang renan sama Rio itu juga ada kemungkinan" ucap Jeffery menambahkan.

"Kalau kata gue sih ikut satu aja cil ntar Lo kalau itut banyak awalnya emang seru tapi lama-lama Lo bakal capek sendiri" ucap Juna yang diangguki mereka semua termasuk Shaka.

Shaka mengangguk. "Yaudah deh nanti dipikirin lagi" lalu pergi menuju lift sambil menarik tangan Mario.

"Kok tumben Lo pinter jun?"

"Kalau bukan kakak udah gue tempeleng lu anying"

.
.
.
.
.
.

Tumben.

Tumben banget malah.

Sore ini kamar dengan nomor 02 dilantai wish rasanya tenang sekali. Padahal biasanya kamar itu selalu saja ribut oleh suara teriakan kesal jaevan ataupun Raka.

Namun kali ini ada yang berbeda. Satu kata yang anak kosan bilang adalah,

Aneh.

Bukan hanya kamar mereka tapi juga orangnya yang dari tadi menjadi orang baik dengan membantu anak kosan melakukan apapun. Tidak hanya membantu tapi mereka berdua selalu saja tersenyum yang membuat mereka semua gak ngeri.

"Tuy, ken itu adek Lo berdua ga kesurupan kan?" Tanya Theo yang duduk disamping yuta sambil menunjuk jaevan dan Raka yang sedang membantu jaena dan tendra yang sedang berexperimen menggunakan dagu.

Yuta menggelengkan kepalanya. "Lah gue kita tu anak udah kesurupan dari dulu, gangguin gue Mulu soalnya"

Tiba-tiba saja sebuah anggur mendarat tepat di dahinya. "Lu kalau ngomong yang bener dikit ngapa?" Ucap Dino kesal.

"Gue rasa mereka udah ngelakuin sesuatu deh" ucap Kenan membuat mereka menatap kenan.

"Mungkin aja sih.. soalnya jaevan kalau punya salah pasti gitu"

"Tapi mereka ngapain? Perasaan ini kosan baik-baik aja" tanya Henry bingung.

"Panggil aja panggil kita interogasi! Gue punya rencana!" Ucap Juna.

"Raka! Jaevan! Sini dulu!" Panggil yuta membuat Raka dan jaevan menoleh.

Berbeda dengan para penghuni kosan yang menunggu dengan tenang Raka dan jaevan tengah dilanda panik.

"Anjir mereka ngapain manggil kita cok?!" Bisik Raka tertahan.

Jaevan ikut berbisik. "Mana gue tau! Apa kita udah ketauan?!" Ucapnya melotot menatap Raka yang ternyata juga menetapkan.

Mereka saling melempar tatapan takut dan kasihan. Dengan segenap hati mereka berjalan kearah anak kosan yang tengah berkumpul menatap mereka. Saat sampai mereka duduk disalah satu sofa yang masih memiliki ruang untuk mereka.

"K-kenapa bang?" Tanya Raka dengan gugup.

"Kita mau nanya"

"Hah?! N-nanya apaan?!" Ucap Raka terkejut.

"Santai Napa rak" ucap Samuel menatap bingung Raka yang terlihat gugup.

Juna memasang wajah kecewa. "Kita udah tau semuanya" ucapnya menatap mereka berdua bergantian.

Raka menoleh kearah jaevan yang berada disampingnya dan ternyata jaevan juga menatapnya seolah sedang bertelepati.
Mati kita, itu yang dapat mereka tangkap dengan saling bertatapan.

"Gue dan anak kosan lain udah tau apa yang kalian buat, jadi sebe--"

"Bukan gue yang mulai! Si Raka yang ngusulin!" Ucap jaevan panik menunjuk Raka yang kaget.

"LAH APAAN ANJIR?! KOK JADI GUE KAN LO YANG NYURUH GUE NGEJAHILIN BOKEM?!"

"YA KENAPA LU NYA MAU AJA?!"

"KAN DIA DULAN JAHILIN GUE YA TERUS LU NYURUH BALES GUE BALES LAH!"

"TAPI GA SAMPE TU BOKEM NANGIS YA ANJER!"

"GILA LUUU! AH GA MAU GUE IKUTIN KATA LU LAGI!"

"YA LUNYA BEGO NGIKUTIN KATA GUE!"

"LO BEGO!"

"LO YANG BEGO!"

"LO!"

"L--"

"oh jadi kalian yang dibilang sama sungchan sama wonbin itu? Yang ngejahilin adeknya si Anton? Pantesan baik banget ternyata biar ga dimarahin ya?"

"Aduh duh bang atuy jangan ditarik telinga gue!"

"Aaaaa kak Ken nanti telinga gue putussss!!"

—⁠☆ 。✿🌱✿。☆—

Ya salah lu ngapain jahilin anak orang

Haiiiii aku up lagiiii 🥳🥳🥳

Neooooo tolong doain aku plisssss😭😭 besok itu aku ada praktek seni teater dan aku harus tampil dengan teater monolog sendirian huhuhuhuhuhu (namanya juga monolog ya sendiri lah)

AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AKU TAKOTTTTT 😭😭😭😭😭

Udah deh ketua mau meratapi nasib😢

Semoga hari kalian menyenangkan dihari esokkkkkk!!!!

Jangan lupa vote dan komen ya ⭐ 💚 💚 💚 💚

KOSAN NEOZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang