Kepastian

522 64 5
                                    

Hari ini Salsa kembali ke apartemen setelah menjalani rutinitasnya seperti biasa. Tak jarang Salsa harus pulang larut malam di luar jam kantor untuk menyelesaikan segala urusannya.

Mengenai hubungannya dengan Lian, mereka masih belum sempat bertemu sampai sekarang. Salsa juga masih belum bisa menyampaikan keputusannya pada Lian karena kesibukan mereka berdua yang masih sangat padat.

Saat tengah malam ketika Salsa sudah terlelap dalam tidurnya, tiba-tiba handphonenya bergetar menampilkan beberapa notifikasi telepon dari seseorang. Salsa terbangun dikarenakan suara handphone yang tak kunjung berhenti. Dilihatnya nama sang penelpon ternyata itu dari sang ibu. Dengan cepat Salsa mengangkat telepon tersebut.

"Halo mah, mamah kenapa?" tanya Salsa dengan suara serak khas bangun tidur.

Terdengar suara sedikit panik dari seberang sana.
"Khai, papa kambuh lagi nak" ucap mama Salsa.

Salsa tidak dapat menyembunyikan kepanikan yang bercampur dengan rasa sedih itu.
"Astaga ma, terus sekarang gimana. Udah dibawa ke rumah sakit?"

"Ini mama lagi dalam perjalanan ke rumah sakit. Kamu susulin ya, tapi mama mohon jangan kesini sendirian soalnya udah malem sayang" pinta mama Salsa.

"I..iya ma, Khai kesana ya. Mama tenang ya, papa pasti baik-baik aja" ucap Salsa berusaha menenangkan mamanya padahal dirinya saja saat ini sudah dipenuhi rasa khawatir.

Salsa segera bersiap dengan cepat untuk menuju ke mobilnya. Ia baru teringat bahwa ini sudah tengah malam, siapa yang bisa menemaninya pergi ke rumah sakit. Ia berusaha untuk menghubungi temannya satu persatu termasuk Sabilla, namun tak ada satupun yang merespon. Sebenarnya Salsa bisa saja untuk pergi ke rumah sakit sendirian tapi ia tidak ingin membuat sang ibu merasa khawatir di keadaan seperti ini.

Beberapa menit berlalu, Salsa baru ingat bahwa dirinya berada di satu apartemen yang sama dengan Lian. Sebenarnya sedikit ragu untuk menghubungi pria itu namun Salsa memberanikan dirinya.

Salsa mencari kontak pria itu dan segera meneleponnya, berharap Lian masih terbangun saat ini.

Lian yang kebetulan masih terjaga, langsung mengangkat telepon Salsa ketika wanita itu menghubunginya.
"Halo Sal, ada perlu sesuatu?"

"Astaga Li gue bersyukur banget lo masih bangun. Lo mau gak nganterin gue ke rumah sakit sekarang?" tanya Salsa dengan hati-hati.

"Rumah sakit? Lo sakit Sal? Bentar ya tunggu, gue ke unit lo sekarang" tanya Lian secara beruntun tak kalah paniknya.

"Bukan gue tapi papa Li. Gue udah di basement, tolong yaa" jawab Salsa tidak dapat menahan air matanya.

"Oke gue kesana sekarang. Lo tenang ya tunggu gue dateng"
Lian langsung bersiap dengan cepat untuk menyusul Salsa di basement.

Mereka berdua akhirnya melaju dengan cepat menuju rumah sakit. Selama perjalanan Salsa tak henti-hentinya menangis sampai napasnya sedikit sesak. Lian yang melihat itu hanya bisa berusaha menenangkan Salsa dengan selalu mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Sesampainya di sana, Salsa langsung keluar dari mobil meninggalkan Lian untuk segera menuju ke ruangan tempat papanya dirawat. Salsa melihat sang ibu sedang menundukkan kepalanya sembari berdoa, wanita itu adalah Sinta Hutama. Di ruangan tersebut juga terdapat sang ayah, Arian Hutama yang sedang menjalani proses perawatan karena penyakit jantungnya yang kambuh.

"Mah" panggil Salsa.

Keduanya langsung berpelukan seolah menyalurkan energi dan meyakinkan satu sama lain bahwa semuanya akan baik-baik saja. Lian yang melihat keduanya ikut merasakan sedih atas apa yang terjadi.

Merindu Selamanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang