Kekacauan

416 33 4
                                    

Pagi ini Lian dan Salsa sudah berada di kantor HGM. Mereka tak kunjung turun dari mobil setelah sampai di parkiran. Rupanya Salsa tengah menikmati sarapan yang dibuat oleh Lian. Entah alasan apa yang membuat pria itu tiba-tiba membuatkannya sarapan. Memang hanya sekotak nasi goreng mentega dengan telur, namun cukup membuat Salsa menyunggingkan senyum manisnya.

Ketika Salsa tengah menyuapkan sendok ke mulut, Lian tiba-tiba mengeluarkan ponsel dan mengarahkan kameranya ke Salsa.

"Mau ngapain?" tanya Salsa merasa bingung dengan apa yang dilakukan pria itu.

"Mau rekam respon kamu pas nyobain masakan aku" Lian mengotak atik ponselnya untuk membuka aplikasi kamera dan mulai merekam Salsa.

"Siap-siap Khai, 3...2...1" lanjutnya menghitung mundur.

"Ih ada-ada aja sih kamu tuh" cicit Salsa masih dengan mulutnya yang penuh dengan nasi goreng.

"Kamu juga cobain dong. Nih, mau aku suapin apa makan sendiri?" lanjutnya.

Yang ditanya hanya bisa menggeleng dan tetap memandang layar ponselnya sambil senyum-senyum.

"Ih, Lian" Salsa merasa sebal karena pria itu tidak menjawab dan malah sibuk merekam dirinya.

"Enak gak?" tanya Lian dengan raut wajah penasaran yang masih menunggu respon dari wanita di sampingnya. Ini adalah pertanyaan kesekian kali yang Lian ajukan karena tak kunjung mendapat jawaban.

Hal itu membuat Lian cemas, mana tahu bekal yang ia bawa ini tidak cocok di lidah Salsa. Memang pria itu tahu jika rasa masakannya biasa saja, tapi ia yakin setidaknya nasi goreng itu masih bisa dinikmati.

Salsa memberi gestur seolah-olah sedang berpikir mengenai rasa makanan tersebut. Sebenarnya tanpa perlu dijawab pun harusnya Lian bisa tahu dari kotak makanannya yang mulai kosong.

"Emm...enak kok. Enak banget malah" jawaban Salsa barusan sungguh membuat Lian lega.

Lian mengusap pucuk kepala Salsa dengan lembut.
"Makasih ya, sayang"

"Udahan deh ngerekamnya, Li" Salsa mencoba menurunkan ponsel Lian agar pria itu berhenti merekam kegiatannya.

"Gak mau ah, kamunya cantik" ucap Lian dengan posisi yang tidak berubah sambil melihat kecantikan wanita itu dari layar.

Salsa tidak dapat menyembunyikan salah tingkahnya sekarang. Pipi merah wanita itu kini abadi di dalam ponsel Lian.

"Udahlah Li, matiin please" hanya itulah satu-satunya cara yang bisa Salsa lakukan untuk menutupi rasa malunya. Lian yang melihat hal itu akhirnya menuruti kemauan Salsa namun tetap dengan senyuman jahil melihat bagaimana gugupnya Salsa sekarang.

Lian mengambil sebotol air mineral dan membuka tutupnya untuk diberikan kepada Salsa serta mengambil alih kotak makanan yang sudah kosong tersebut.
"Minum dulu"

Salsa menerima air pemberian Lian dan meminumnya.
"Aku dong yang harus makasih udah dimasakin pagi-pagi. Besok aku request rendang ya" jahil Salsa. Ia tahu jika rendang adalah menu yang sangat sulit untuk dibuat, bahkan dirinya sendiri saja belum tentu berhasil jika disuruh memasak olahan daging tersebut.

Lian mengernyitkan dahinya. Mana mungkin ia bisa membuat rendang untuk Salsa, tadi pagi ketika membuat nasi goreng saja sudah membuat dapurnya seperti kapal pecah.
"Eee...eh belom bisa kalo itu sayang. Aku beliin di resto aja ya" ucapnya seraya menggaruk belakang kepalanya.

Salsa hanya bisa tertawa geli dengan jawaban Lian.
"Becanda kali, Pak. Serius amat" ucap wanita itu seraya mencolek ujung hidung Lian dan segera keluar dari mobil itu.

Lian yang mendapat perlakuan tersebut dari Salsa hanya bisa mematung sejenak sebelum akhirnya berubah menjadi salah tingkah.
"Nakal ya, kamu" Lian ikut keluar dan mengejar wanita tersebut yang sudah mulai sedikit menjauh dari mobilnya.

Merindu Selamanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang