Dipta?

364 28 6
                                    

Pagi ini sebelum mempersiapkan diri untuk pergi ke kantor, Lian menyempatkan untuk membersihkan unitnya dengan membuang beberapa barang tidak terpakai di sana. Lian memang lebih senang untuk membersihkan unitnya sendiri karena ia lebih mengerti tentang isi tempat tinggalnya itu.

Setelah dirasa cukup, pria itu segera membuang barang-barang tersebut menuju tempat sampah yang berada di basement. Namun ketika ia membuka pintu untuk melangkahkan kakinya keluar, di sana terdapat sebuah paperbag tak bertuan yang tergantung di gagang pintu. Lian mencoba melihat sekitar, siapa tahu pengirimnya masih berada di sekitar sana.

Lian membuka paperbag tersebut dengan perlahan.

Setangkai mawar dan sekotak sandwich? Lagi?
batinnya.

Ini sudah beberapa kali Lian mendapatkan bungkusan seperti itu dengan isi yang sama persis. Sejak kepulangannya ke Indonesia beberapa bulan lalu, tak jarang Lian menemukan bungkusan tersebut hampir setiap hari tergantung di gagang pintunya tanpa ada menyebut nama pengirimnya sama sekali.

Lian tak mau ambil pusing dengan hal tersebut. Ia menganggap itu hanya keisengan seseorang kepadanya atau memang hanya salah alamat saja. Tak ingin mengambil risiko juga, Lian sama sekali tidak pernah menyentuh isi dari paperbag tersebut apalagi sampai mengonsumsinya dan pada akhirnya selalu berakhir pada tempat pembuangan.

Sama seperti yang ia lakukan sebelum-sebelumnya, Lian juga melakukan hal yang sama pada bungkusan kali ini.

Salsa juga mengetahui mengenai paperbag misterius tersebut karena Lian pernah bercerita sebelumnya. Wanita itu setuju dengan keputusan Lian untuk tidak mengambil pusing hal-hal iseng seperti ini.

~

Hari ini tim projek debut artis HGM dalam peragaan busana mulai terlihat sibuk kembali. Hal itu dikarenakan acara tersebut akan berlangsung dalam satu bulan lagi.

Lian dan timnya beberapa kali melakukan meeting untuk pematangan konsep yang sudah mereka susun. Selain itu mereka juga melakukan meeting dengan beberapa tim lapangan yang terlibat dalam acara tersebut. Hal itu diperuntukkan agar semua tim dapat bekerja secara sinkron nantinya.

Begitupun dengan Salsa, selain melakukan pertemuan dengan Lian dan timnya, beberapa hari kebelakang Salsa juga mulai melakukan detailing sebagai proses final dari pembuatan baju untuk acara tersebut.

Selain itu, jangka waktu satu bulan ini adalah waktu yang pas untuk melakukan proses fitting baju dan aksesoris yang akan digunakan nantinya. Salsa dan Sabilla telah berkoordinasi dengan tim wardrobe yang nantinya akan mengurus segala keperluan di lapangan. Hal itu bertujuan untuk memastikan bahwa semua yang akan digunakan sudah sesuai dengan konsep yang ada.

Saat ini Salsa sedang berjalan menuju ruangannya untuk memeriksa baju-baju yang akan di-fitting besok. Ketika sampai di depan pintu, Salsa merasa heran kenapa pintu ruangannya sedikit terbuka. Bukan tanpa alasan Salsa merasa heran karena kemarin ia sudah menyuruh timnya untuk datang lebih siang karena hari ini tidak banyak hal yang perlu dilakukan. Jadi tidak mungkin jika sudah ada yang datang pagi ini. Salsa masih mencoba berpikir positif mungkin saja Sabilla sudah berada di dalam dan lupa menutup pintu.

Ketika ia masuk, betapa terkejutnya Salsa melihat Dipta sedang berdiri di depan meja kerjanya. Pria itu tengah membolak-balikkan tumpukan kertas desain di sana seperti mencari sesuatu.

Salsa berjalan perlahan menuju tempat pria itu berdiri.

"Dipta?" panggil Salsa.

Dipta yang mendengar namanya dipanggil segera memutar badan untuk melihat siapa yang datang.
"Ee..eh Sal" ucapnya sedikit gugup.

"Ada perlu apa? Kok bisa masuk ke sini?" tanya Salsa seraya mengangkat kedua alisnya seolah mempertanyakan keberadaan Dipta di sana.

"Tadi gue rencana mau nemuin lo buat ngecek baju-baju buat fitting besok, eh ternyata pintunya gak dikunci jadi gue langsung masuk aja. Sorry ya Sal, tapi gue beneran cuma sekedar mau ngecek aja" jelas Dipta yang sepertinya belum bisa membuat Salsa yakin.

Salsa masih berusaha memahami penjelasan Dipta. Pasalnya tugas pria itu tidak mempunyai hubungan langsung dengan pakaian-pakaian yang ia buat meski mereka berada di satu projek yang sama. Namun Salsa berusaha untuk tidak membesar-besarkan hal tersebut.

Salsa mengangguk paham sambil melirik meja kerjanya yang berada di belakang Dipta sekarang.
"Tadi gue liat lo lagi di meja kerja gue, mau cari sesuatu? Kalo ada biar gue ambilin"

Dipta menggeleng cepat.
"Ohh enggak kok, cuma liat-liat aja. Ya udah gue permisi dulu ya, Sal. Ada meeting sama yang lain" pamit pria itu seraya berjalan keluar dari ruangan tersebut.

Salsa hanya menatap kepergian Dipta sambil terus memunculkan spekulasi di dalam kepalanya. Ia akhirnya mendudukkan diri pada salah satu kursi di sana. Salsa masih berpikir apa alasan terlogis bagi Dipta yang berada di ruangannya tadi. Di tengah acara melamunnya kali ini, kedatangan Sabilla berhasil membuyarkan segala pikiran Salsa.

"Wehh pagi-pagi udah ngelamun, lagi mikirin apa sih Kak?" tanya Sabilla dengan tatapan jahil sambil meletakkan tas di meja kerjanya.

Salsa tak mungkin menjelaskan apa yang mengganggu pikirannya sekarang tentang Dipta. Mengingat Sabilla sedang dekat dengan pria itu. Ia tidak mau merusak hubungannya dengan Sabilla hanya karena pemikiran yang belum tentu terbukti kebenarannya.

"Lagi ngelamun mikirin kapan ya adek aku ini ngasih traktiran abis jadian" Salsa balik menjahili Sabilla sekarang.

Sabilla hanya bisa mencebikkan bibirnya.
"Ih kak, gak ada yang pacaran lohh"

Salsa hanya menutup telinganya sambil berjalan seolah tak mendengar ucapan Sabilla barusan.

Ia kini berdiri di depan sebuah gaun panjang berwarna putih dengan payet swarovski yang terpasang pada seluruh bagian gaun dan beberapa motif bunga timbul yang ada pada bagian ekor. Itu merupakan salah satu gaun utama yang Salsa desain. Gaun itu nantinya akan ditampilkan pada bagian akhir peragaan busana.

Salsa benar-benar mengangumi hasil rancangangannya yang kini sudah dapat dinikmati keindahannya dalam bentuk sebuah gaun.

"Bagus ya, Kak" ucap Sabilla yang tiba-tiba sudah berada di samping Salsa untuk ikut melihat gaun tersebut.

Salsa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah Sabilla.
"Semua hasil karya kita keren-keren banget, Sab. Liat deh! Keren banget adek aku inii" balas Salsa sembari memutar pandangannya menuju ke beberapa susunan kotak kaca tempat menyimpan headpiece yang sudah Sabilla buat.

Sabilla mengikuti arah pandang Salsa dan tersenyum lebar mendengar pujian tersebut.

"Besok jadi fitting, Kak?" tanya Sabilla ketika mereka sudah kembali ke mejanya masing-masing.

"Jadi, kemaren aku udah tanya ke manajemennya buat konfirmasi jam buat fitting" jawab Salsa sambil melihat ke layar laptopnya untuk memeriksa kembali jadwal tersebut.

"Setelah makan siang, mungkin jam 2 baru sampe sini" lanjutnya dengan pandangan yang tetap terpaku pada layar.

"Huftt...semoga lancar deh"

Salsa mengangguk seraya mengamini perkataan Sabilla.

~

Haiii, part ini dikit aja ya biar kalian main tebak-tebakan dulu wkwk.
See u in next part, jangan lupa komen dan vote⭐

Thank u buat yang udah terus baca dan nungguin.
Happy Reading💖💫

Merindu Selamanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang