Restu

494 45 8
                                    

Ketika semua mata sudah tertuju padanya, Alika masih tidak mau untuk membuka suara. Bahkan Lian sudah berulang kali melayangkan pertanyaan yang sama, namun tetap tak ada jawab di sana.

Dengan tetap menghiraukan Lian, sekarang Alika malah beranjak dari kursinya dan mulai meninggalkan ruangan itu. Lian yang sudah kepalang kesal, mencoba untuk menghentikan langkah sahabatnya.

"Al!" seru pria itu sembari menyusul kepergian Alika yang sudah mulai menghilang di balik pintu rumahnya.

Belum sampai Lian melangkah jauh, Alika sudah masuk kembali menuju meja makan dari arah pintu. Wanita itu malah muncul dengan memamerkan deretan giginya sambil menggandeng seseorang di sana. Seseorang yang sama sekali tidak Lian sangka kehadirannya.

Setelah dibuat terkejut oleh kedatangan orang tua Alika tadi, kini Lian harus kembali mengeluarkan respon yang sama ketika melihat kedatangan orang tersebut.

"Khai?!"

Ya. Khai-nya ada di sana. Salsa berdiri di samping Alika dengan senyum manisnya seolah ia lebih tahu apa yang akan terjadi malam hari ini dibanding Lian sendiri.

Lian kemudian dengan segera menghampiri wanitanya. Kali ini kebingungannya mulai surut, berganti dengan rasa bahagia walau tetap mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Kok kamu di sini?" tanya Lian lembut sembari menelisik Salsa dari atas sampai bawah seolah memastikan kehadiran wanita itu benar adanya.

"Oh, jadi gak boleh nih?" gurau Salsa yang sebenarnya sangat ingin tertawa melihat kebingungan Lian saat ini.

"Bb..bukan, tapi ini..." Lian menggantung jawabannya. Pria itu menoleh ke arah belakang seolah mencari jawaban. Namun yang Lian dapatkan saat ini malah senyuman tidak bersalah dari orang-orang yang masih berada di meja makan itu.

"Udah deh, ayo duduk. Bengong mulu!" Alika menyadarkan lelaki itu dengan menepuk pelan pipi kiri Lian dan melewatinya begitu saja dengan tangan yang masih setia menggandeng Salsa.

Kini Alika dan Salsa sudah sampai terlebih dulu di meja makan, sedangkan pria di sana masih sibuk mematung karena pikirannya sendiri. Salsa mulai menyapa orang-orang di meja makan tersebut terutama orang tua Lian dengan sangat ramah.

Lian yang sudah mulai kembali ke tempat duduknya itu kembali keheranan dengan keakraban Salsa dan orang tuanya. Sepertinya wanita itu banyak berhutang cerita padanya. Batin Lian.

"Udah Li, jangan bengong aja. Kasian tuh Salsa udah jauh-jauh kesini masa dianggurin" ucap Vina dengan ekspresi menjahili putranya.

"Eh iya! Maaf-maaf. Aku masih bingung, Ma. Kok kamu tiba-tiba di sini Khai?" jawab Lian gelagapan sembari memandang sang ibu dan Salsa secara bergantian.

"Papa yang nyuruh" sambar Cakra sebelum Salsa sempat membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Lian.

"Papa?! Beneran? Ini ada sesuatu yang Lian gak tau ya?"

Mendengar itu Cakra malah menggelakkan tawanya.
"Sudah sudah, mending kamu tanya aja sama Salsa"

Kini Lian sudah mengalihkan tatapannya ke arah Salsa, menuntut jawaban sebenarnya dari wanita itu.

"Sabarr dong. Jadi gini, beberapa waktu lalu itu aku ketemu sama Om Cakra dan Tante Vina..."

Ya, beberapa waktu lalu ketika Salsa bertemu dengan seseorang di kafe itu adalah permintaan dari Vina. Vina menghubungi Salsa untuk bertemu berdua dengannya. Namun ketika sampai, Salsa sedikit terkejut karena Vina tidak sendirian melainkan bersama sang suami, Cakra.

Flashback on.

"Selamat sore, Bu Vina" sapa Salsa ramah ketika sudah berada di depan meja yang ditempati oleh dua orang suami istri itu.

Merindu Selamanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang