Penolakan

412 28 9
                                    

Seusai kembali menjalani rutinitasnya di kantor HGM, malam ini Lian sedang dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya. Sebelumnya ia harus lebih dulu mengantar Salsa ke apartemen, lalu melanjutkan perjalanan untuk menepati janji makan malam dengan papa dan mamanya.

Lian ingin sekali untuk segera sampai di rumah, selain karena tidak ingin membuat orang tuanya menunggu, ia juga merasa cukup lelah sekarang. Namun sayangnya niat tersebut harus Lian simpan kembali karena saat ini mobilnya tidak dapat bergerak sama sekali. Terjadi kemacetan yang cukup panjang entah apa penyebabnya di depan sana.

Setelah harus menunggu kurang lebih 30 menit, kemacetan yang terjadi mulai sedikit lancar. Lian pun melajukan kembali mobilnya berharap untuk segera sampai ke rumah orang tuanya karena sepertinya ia sudah sedikit melewatkan jam makan malam.

Setelah melalui kemacetan yang memakan waktu cukup lama, pria itu kini sudah sampai ke tempat tujuan. Ia mulai turun dari mobil, sedikit merapikan pakaian dan penampilannya.

Lian mulai memasuki pintu rumah yang cukup besar itu dan langsung menuju meja makan. Orang yang ia lihat pertama kali di sana adalah sang ayah, lalu sang ibu yang seperti baru kembali dari dapur serta satu orang lain.

Tunggu,

Sepertinya sang ibu tidak memberitahukan apapun tentang kedatangan satu orang ini untuk ikut makan malam bersama keluarganya.

"Loh, Al?"

"Mama sama papa kok gak bilang kalo ada Alika" Lian memeluk kedua orang tuanya dengan sedikit kebingungan melihat keberadaan sahabatnya di sana.

Vina membalas pelukan putranya.
"Ya gapapa dong Li, sekalian aja. Lagian Alika kan sendiri di rumah. Jadi mama ajak aja kesini"

Lian menganggukkan kepalanya paham. Sedangkan Alika saat ini masih dengan santainya tak memperhatikan kebingungan Lian.

"Kamu kok agak telat, habis darimana?" tanya Vina.

"Iya tadi macet banget, maaf ya jadi nunggu lama" jelas Lian.

"Macet apa macet tuh" timpal Alika tiba-tiba dengan menunjukkan tatapan jahil kepada Lian dan dibalas dengan tatapan tajam oleh pria itu.

Ada dua pasang mata yang tersenyum tipis ketika melihat interaksi Lian dan Alika.
"Udah, ayo duduk. Kita makan malam dulu" perintah Cakra.

Mereka berempat kini sudah berada di kursinya masing-masing untuk mulai menyantap hidangan yang sudah disiapkan Vina dan dibantu oleh pekerja rumah tangga di sana.

Makan malam kali ini berjalan dengan lancar, sunyi dan tidak ada obrolan apapun. Hanya terdengar suara sendok dan garpu yang beradu.

~

Setelah masing-masing dari mereka sudah menyelesaikan makan malamnya, Cakra sedikit memulai obrolan untuk mencairkan suasana.
"Kamu di Indo sampe kapan, Al?" tanya pria paruh baya itu pada Alika.

Alika sedikit memberi jeda ketika akan menjawab untuk menyelesaikan kegiatan minumnya.
"Belum nentuin waktu pas nya sih Om, tapi kayaknya bakal lama" jawab wanita itu santai.

Cakra mengangguk pelan.
"Kamu gimana Li, udah ada pacar?"

Pertanyaan yang tiba-tiba itu membuat Lian tersedak air minumnya. Setelah sedikit menetralkan keadaan, Lian sedikit berpikir untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Udah" jawab Lian singkat.

Cakra dan Vina menyatukan pandangan ketika mendengar jawaban putranya.
"Udah lama pacarannya? Beberapa bulan kemaren kayaknya kamu bilang belom mau pacaran" tanya Vina.

"Baru beberapa bulan, belom sempet aku kenalin ke mama papa emang"

Cakra menghembuskan napasnya berat. Pria itu memutuskan untuk mengatakan tujuan makan malam ini secara terus terang.
"Sebenarnya papa yang nyuruh mama kamu buat adain makan malem ini sekalian ngundang Alika. Papa mau jodohin kalian berdua" terang Cakra dengan santainya.

Merindu Selamanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang