As a friend

631 56 6
                                    

Kini saatnya memulai semuanya dari awal. Terdengar melelahkan namun itulah yang saat ini sedang Lian perjuangkan. Setelah hubungannya dan Salsa membaik beberapa waktu lalu, ia benar-benar menepati janjinya untuk memperjuangkan semuanya kembali. Kali ini terasa lebih sulit dari sewaktu dulu ia mendekati Salsa semasa kuliah. Ya, Salsa dan Lian dulu berkuliah di satu universitas yang sama namun dengan jurusan yang berbeda. Awalnya hubungan mereka hanyalah hubungan antara junior dan senior ketika masa orientasi.

Pagi ini Lian tengah bersiap untuk menuju kantor. Ia keluar dari unit apartemen dengan mengenakan setelan jas semi-formal dan segera menuju ke basement. Ketika sudah berada di basement dan akan membuka pintu mobilnya, Lian melihat seorang wanita tengah terlihat kebingungan sambil menelepon seseorang.

"Sal" sapa Lian dari kejauhan.

Salsa yang melihat Lian pun menyapanya balik sembari mematikan sambungan telpon yang sedang ia terima.
"Hei"

Lian berjalan menghampiri tempat di mana mobil Salsa terparkir.
"Kenapa nih? Gue liat dari sana kayak kebingungan gitu" tanya Lian.

"Iya tuh mobil gue tiba-tiba gak bisa nyala, gak tau kenapa. Tadi udah telpon bengkel juga sih" jawab Salsa seraya membuka kap mobilnya.

Lian mencoba memeriksa mobil Salsa dengan hati-hati.
"Kayaknya ada yang putus tuh kabelnya. Ya udah bareng gue aja yuk, mau ke HGM juga kan?" tanya Lian sembari menutup kembali kap mobil tersebut.

"Kebetulan hari ini lagi mau ke butik sih. Butik tetep harus dipantau soalnya, jadi hari ini Sabilla doang yang ke HGM" jelas Salsa.

"Ya udah gue anter ke butik kalo gitu, yuk" ajak Lian yang kemudian langsung berjalan menuju mobilnya tanpa menunggu jawaban Salsa.

"Loh, gue belum jawab apapun Li?!" sahut Salsa dengan raut kebingungan.

"Itu bukan pertanyaan Sal. Udah yuk" jawab Lian dengan santainya.

Salsa yang keheranan dengan sikap Lian hanya bisa geleng-geleng kepala sembari mengikuti lelaki itu menuju ke mobilnya.

Sang lelaki kini sudah berdiri di samping mobil guna membukakan pintu untuk 'teman' nya itu.

"Silahkan" ucapnya dengan mengeluarkan gestur tangan mempersilakan Salsa untuk masuk.

Sekali lagi, Salsa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Lian.
"Terima kasih Bapak Reynold yang terhormat" balas Salsa sembari duduk pada kursi di samping kemudi.

Kini keduanya sudah berada di dalam mobil untuk menuju ke Adiwarna. Di tengah perjalanan yang saat ini cukup padat, Salsa benar-benar merasakan bagaimana sikap Lian yang selalu berusaha untuk membuatnya merasa nyaman. Tak jarang Lian selalu memastikan apakah sandaran kursinya sudah terasa pas, apakah AC mobilnya terlalu dingin, ataupun hal-hal lain menyangkut kenyamanan Salsa. Sebenarnya Salsa sadar bagaimana sikap Lian beberapa hari ini sangat berusaha untuk apa yang sedang dia perjuangkan.

Perasaan tidak enak tak jarang muncul pada benak Salsa. Ia takut bahwa nantinya tidak dapat memberi kepastian pada Lian dan hanya memberi harapan palsu saja.

~

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, akhirnya sampailah mereka berdua di tempat tujuan Salsa yaitu Adiwarna. Salsa bersiap untuk keluar dari mobil tersebut, namun sebelum ia membuka pintu mobil, Lian tak kalah cepat sudah berada di sana untuk melakukannya. Sungguh perlakuan yang sangat manis.

"Makasih ya sekali lagi udah mau repot-repot nganterin. Oh iya mau mampir dulu ga? Lo kan gak pernah liat butik gue" tawar Salsa yang awalnya hanya basa basi itu namun ditanggapi serius oleh lawan bicaranya.

Merindu Selamanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang