Chapter 20

17.9K 1.1K 67
                                    

Hai Riders !

Author butuh semangat nih buat cari inspirasi bikin ceritanya..
Boleh dong kasih vote dan comment supaya semangat terus hehe 😄

Luvv~



~~~



Di dalam ruangan luas dengan penerangan minim , terdapat 3 manusia yang sedang merundingkan sesuatu.

Nampak mereka memakai jubah hitam bertudung dan bertopeng setengah wajah.

"Bulan purnama merah akan tiba sebentar lagi, masih kurang berapa perempuan untuk menyempurnakan ritual kita?". Tanya laki-laki tua berumur 80 an.

"Masih kurang 15 perempuan lagi Tuan". Jawab seorang laki-laki dewasa yang merupakan tangan kanan dari si lelaki tua.

"Bagaimana kondisi wanita itu?".

"Dua hari yang lalu dia mencoba untuk kabur tapi berhasil tertangkap lagi oleh pengawal kita. Saat ini dia kami pasung Tuan". Lapor seorang wanita paruh baya.

"Siksa dia agar jera! Tapi jangan sampai mati, kau paham Anne?. Mendengar nada dingin dari Tuannya membuat wanita paruh baya itu sedikit bergetar dan menunduk dalam.

Si lelaki tua tau kalau wanita paruh baya itu senang menyiksa dan membuat tawanan wanita itu menderita. Dendam pribadi menjadi alasan agar dia memiliki kesempatan untuk melampiaskan semua dendam dan iri dengkinya kepada si tawanan wanita.

"Jangan sampai wanita itu lepas dari pengawasan kalian! Kita membutuhkan wanita itu untuk menyempurnakan ritual ini". Si lelaki tua mengingatkan lagi.

Wanita paruh baya hanya bisa menunduk patuh dengan semua perintah sang Tuan.

"Pastikan semua persiapan yang akan kita laksanakan nanti berjalan sesuai rencana!". Tekan laki-laki tua kepada kedua orang kepercayaannya.

"Pasti Tuan". Jawab mereka serentak.

~~~

Sementara di dalam sebuah kastil tua yang ditutupi lumut dan tanaman rambat, seorang wanita dengan kondisi mengenaskan sedang meratapi nasib nya.

Rambut kusut, kulit penuh luka, gaun penuh cabikan, dan wajah penuh memar. Sangat memprihatinkan.

Wanita itu menatap luka yang ada di pergelangan tangannya karena di borgol. Beralih ke kaki yang di pasung dengan kayu kokoh. Lehernya juga terasa perih karena di rantai dengan kalung besi. Punggungnya mati rasa karena 10 kali cambukan saat tertangkap basah sedang mencoba melarikan diri.

Dia sudah tidak sanggup lagi. Selama empat tahun ini dia menahan semua siksaan demi keluarganya. Dia selalu berharap agar bisa bertemu dan berkumpul kembali dengan keluarganya lagi seperti dulu.

Anaknya. Dimana anaknya saat ini? Bagaimana kabarnya? Apa dia hidup dengan baik? Sungguh, dia sangat ingin merawat anaknya dan melihat pertumbuhan nya. Tapi sepertinya takdir tidak memperdulikan keinginannya.

Betapa malangnya nasib dan takdir hidupnya. Jika memang dia sudah tidak ada harapan untuk bertemu dengan keluarga nya lagi, lebih baik dia mati. Dia bahkan sudah tidak bisa merasakan tubuhnya. Luka di sekujur tubuhnya sangat membuatnya tersiksa.

"Nak... Bunda ingin bertemu denganmu sekali saja..". Ratap si wanita.

Kriettt

Pintu baja terbuka dan nampaklah seorang wanita paruh baya berusia 50 tahunan diikuti oleh beberapa pengawal.

"Ck ck ck... Lihatlah dirimu saat ini! Begitu mengenaskan! ". Wanita paruh baya menyeringai penuh kepuasan saat melihat kondisi wanita di depannya. "Bagaimana rasanya hm? Kau butuh kaca? Kupikir kau harus bercermin untuk melihat wajah cantikmu dulu menjadi menjijikan seperti ini hahahaha".

Tahanan wanita itu hanya bergeming tak bersuara dan menatap datar manusia yang sedang berceloteh dengan sinisnya.

Tawa jahat menggelegar memekakkan telinga. Wanita paruh baya berjalan mendekati si wanita dan berjongkok di depannya dengan mengibaskan gaun merah panjangnya.

Si wanita paruh baya mencengkram kuat kedua pipi tahanan wanita.
"Kenapa diam saja? Apa kau sudah sadar jika hidup mu berada di tanganku? Jika kau mencoba untuk kabur lagi, aku akan mencongkel kedua bola matamu itu! Kau dengar haah??".

Tahanan wanita berdecih pelan.
"Cihh.. aku tidak takut denganmu!  Wanita licik sepertimu hanyalah sebuah sampah di mataku!".

Wanita paruh baya menjadi murka mendengar hinaan dari si tahanan wanita, wajah nya yang dipoles tebal menjadi lebih merah karena kelewat kesal.

Plaakk
Plaakk

Tamparan di kedua pipi tahanan wanita terdengar nyaring. Sudut bibirnya yang memar menjadi sedikit sobek dan berdarah. Namun tahanan wanita itu tidak meringis sama sekali, seolah apa yang dia rasakan tadi sudah biasa dia dapatkan.

Melihat tahanan wanita tidak menunjukkan wajah kesakitan sama sekali, wanita paruh baya menjambak kuat rambut kusutnya.

Para pengawal yang melihat kejadian didepannya itu hanya diam. Adegan itu sudah biasa mereka lihat selama 4 tahun ini.

"Sebentar lagi! Sebentar lagi kau akan mati! Semua yang kau miliki akan menjadi milikku kembali!!".

Wanita paruh baya berdiri dan menoleh ke belakang.
"Beri dia makan! Jangan biarkan dia mati hingga waktunya tiba nanti". Perintahnya pada para pengawal.

"Baik Nyonya".

Salah satu pengawal maju dan meletakkan sepiring makanan hewan dan satu gelas air mentah.

Wanita paruh baya tersenyum miring melihat itu. "Makan dan jadilah anjing penurut!!".

Tahanan wanita itu hanya menatap makanan di depannya tanpa ingin menyentuhnya sedikitpun. Setiap hari dirinya hanya diberi makanan hewan, roti keras, bubur dingin, dan air mentah.

Dirinya benar-benar diperlakukan layaknya hewan. Tubuhnya seperti sebuah mainan untuk wanita paruh baya itu. Rasa iri dan dendam masa lalu membuat wanita paruh baya itu membenci tahanan wanita. Dia merasa apa yang dia dapatkan dulu telah direbut oleh si tahanan wanita sejak kedatangannya.

"Jangan harap kau bisa selamat dan hidup bahagia seperti dulu lagi! Aku sendiri yang akan membuatmu lebih memilih mati daripada menjalani kehidupan ini! Hahahaha ".

Wanita paruh baya melangkah pergi, namun sebelum keluar ruangan langkahnya berhenti.
"Apa kau merindukan anakmu?".
Wanita paruh baya menoleh dan tersenyum miring lagi saat melihat wajah tahanan wanita mengeras dan menatapnya tajam.

"Jangan sentuh anakku sialan !!".

Wanita paruh baya tersenyum semakin lebar menikmati ekspresi itu.

"Tenang saja... Jantung anakmu masih utuh". Puas membuat tahanan wanita itu marah, dia langsung pergi keluar ruangan meninggalkan si tahanan wanita yang menggertakkan giginya kesal.

Kini di ruangan itu tinggal dirinya sendiri. Dia menghembuskan napasnya berat dan menyandarkan tubuhnya pada dinding.

Dia sudah bertahan sejauh ini agar bisa melihat anaknya. Namun sejak melahirkannya dia tidak diperbolehkan melihat anaknya sama sekali. Entah bagaimana rupanya dia pun tidak tau.

Saat menanyakan tentang anaknya, mereka hanya menjawab jika jantung anaknya masih utuh. Apa maksud dari kalimat itu? Dirinya sungguh tidak paham. Dia sangat berharap jika anaknya dirawat dengan baik dan senantiasa sehat.

"Nak... Bunda harap kamu baik-baik saja". Setetes air mata mengalir di pipi tirusnya. Kesedihan yang berusaha dia tahan akhirnya pecah juga.

"Hiks... Aku merindukanmu suamiku, anak-anakku... Hiks aku merindukan kalian huhuhu".

Ruangan tamaram itu kini hanya diisi oleh isak tangis tahanan wanita yang penuh kerinduan.


~~~





Segini dulu yaa guys

Besok diusahakan up lagi jika waktu ku luang yaa..

Harap sabar menanti dan jangan lupa Vote dan Comment nya karena itu merupakan semangat buat Author hehehe

Khamsahamnida 😙

Bubaayyy sayang sayangku 🤍

BAYIK GEMOY GRAND DUKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang