[19] Saya Rindu

32 7 1
                                    

Filsha tak pernah tahu jika ternyata Tuhan masih berbaik hati untuk memberinya umur hingga sejauh ini. Awalnya, ia berpikir jika dirinya akan mati karena kelaparan dan kehausan di perjalanan tanpa tujuan waktu itu. Meninggalkan Bayu sendirian di dunia yang kejam ini. Akan tetapi, ternyata Tuhan mengubah hidupnya sesaat setelah ia bertemu dengan Malaikat baik hati bernama Elang.

Entah apa yang akan terjadi jika dirinya tidak bertemu dengan Elang waktu itu. Yang jelas, semuanya terasa begitu tiba-tiba bagi Filsha.

Ya, benar. Tiba-tiba saja ia merasa jika hidupnya itu berharga. Tiba-tiba saja ia bisa merasakan bagaimana rasanya kasih sayang seorang ibu, hangatnya sebuah keluarga dan tiba-tiba saja Filsha merasakan bagaimana rasanya diterima hidup di sebuah keluarga bahagia, seperti keluarga Elang ini.

'Hangat' adalah perasaan yang selama ini Filsha rasakan. Bahkan, tanpa sadar usia Bayu sekarang sudah memasuki enam bulan. Artinya, sudah cukup lama ia tinggal di rumah keluarga Elang yang penuh kasih sayang seperti ini. Kalau ditanya apakah ia bahagia? Jawabannya tentu saja adalah iya.

"Sha, ini Mama udah beli kentang, wortel, brokoli sama daging buat MPASI-nya Bayu. Maunya dibuatkan yang mana dulu, Sha?" Arina tampak menjejerkan beberapa bahan masakan di atas meja, sementara Filsha baru saja memasuki dapur, setelah selesai memandikan Bayu dan memakaikan bayi itu pakaian. Sekarang, Bayu sedang bersama dengan Ariandi yang dengan suka rela menemani bayi kecil itu bermain.

"Biar Filsha saja, Bu." Ibu muda itu mengambil brokoli dan memisahkannya, sementara kentang, wortel dan bahan lainnya, akan ia masukkan ke lemari pendingin nantinya. "Pengin Filsha buatkan bubur nasi saja, Bu. Dipakein brokoli saja cukup," jawabnya kemudian.

"Tambahin daging, Sha." Arina mengambil dua macam daging yang baru saja Filsha masukkan ke lemari pendingin. "Ayam atau sapi?"

Filsha menyunggingkan senyum tipis, "Nggak apa-apa, Bu. Biar pakai brokoli saja sudah cukup."

"Ayam aja, ya? Biar mama yang potong-potong." Arina langsung mengerjakan ayam fillet yang ia pegang, tanpa mendengarkan ucapan Filsha yang masih saja tetap merasa tak enak itu. Alhasil, Filsha hanya bisa menurut saja. Ia memilih membersihkan brokoli dan memotongnya menjadi bagian-bagian kecil.

"Bayu itu masih dalam masa pertumbuhan, Sha." Arina memulai ceramah singkat yang selalu ia berikan kepada ibu muda itu, saat menemaninya memasak ataupun membuatkan MPASI untuk Bayu seperti ini. "Jadi, harus dikasih makan-makanan sehat, biar cepat besar dan kuat dianya."

"Tapi takutnya nanti Bayu jadi pemilih, Bu." Filsha menyuarakan isi hatinya. "Kalau MPASI-nya berbeda-beda terus setiap hari, nanti dia malah cerewet kalau dikasih yang sama besok-besoknya."

"Makanya itu, makanan buat Bayu harus bervariasi, Sha. Tenang aja, sejauh yang mama lihat, Bayu anaknya nggak cerewet, kok. Dikasih apa pun dimakan, kecuali pisang." Arina tertawa kecil setelahnya. "Benaran aneh Bayu itu, Sha. Dia kok bisa gitu ya, mirip banget sama Elang. Nggak mukanya, kebiasannya juga sama. Elang sampai sekarang nggak suka sama yang namanya pisang."

Filsha tersenyum tipis menanggapinya, "Filsha juga nggak paham kenapa bisa begitu, Bu," ujar ibu muda itu.

"Mungkin itu jadi jalan Allah buat menunjukkan, kalau kamu sama Elang itu memang berjodoh, Sha," ucap Arina dengan tatapan penuh perhatian.

Lagi-lagi kalimat itu yang Filsha dengar. Jujur saja, ia takut. Mengingat statusnya yang merupakan seorang janda beranak satu, latar belakang kehidupannya yang sama sekali tidak ada bagus-bagusnya, juga pendidikannya. Kalau dipikir-pikir, akan sangat tidak pantas jika dirinya memang yang dipilihkan oleh Tuhan sebagai jodoh Elang.

Semoga saja, Mas Elang segera menemukan jodohnya, batin Filsha sungguh-sungguh.

Filsha tidak munafik, jika dirinya pun menginginkan sosok lelaki seperti Elang yang begitu bertanggung jawab, lemah lembut, baik hati dan juga begitu perhatian. Akan tetapi, kembali lagi ia mengingat siapa dirinya, bagaimana statusnya dan betapa mustahilnya jika Elang mau menerimanya sebagai seorang istri. Memimpikannya saja, Filsha tidak berani, apalagi berangan-angan.

A Poor Girl and Her Little Baby ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang