Elang tidak tahu, sebenarnya apa yang terjadi kepadanya hari ini. Akan tetapi, setelah melakukan salat istikharah semalam, secara ajaib yang ada di dalam pikirannya hanyalah Filsha, Filsha dan Filsha.
Bahkan di dalam mimpinya pun, ia melihat Filsha yang tersenyum kepadanya sambil menggandeng anak laki-laki yang Elang perkiraan usianya tiga atau empat tahun yang memanggilnya dengan sebutan 'ayah', sementara dalam gendongannya terlihat seorang bayi yang tertidur lelap---dan ia tak tahu apakah perempuan atau laki-laki.
Ia tahu, salat istikharah itu diperuntukkan untuk orang-orang yang sedang gamang dalam menentukan pilihan, seperti dirinya semalam—setelah diberikan pilihan oleh sang ayah. Akan tetapi, mengapa yang ada di dalam mimpi dan pikirannya hanya ada Filsha? Siapa anak laki-laki dan bayi kecil yang ada di dalam gendongan Filsha di dalam mimpinya itu? Argh! Secara tiba-tiba, Elang merasakan kepalanya akan meledak karena rasa pusing yang menyerang. Apakah mimpi dan isi pikirannya sekarang adalah jawaban dari doa dalam sujudnya semalam?
Tapi setelah dipikir-pikir, bagaimana kalau mimpinya semalam itu ternyata bukan berasal dari Tuhan? Bisa saja, kan. Namanya mimpi, bisa diotak-atik oleh jin atau apalah itu. Makanya mimpi tidak bisa dijadikan sebagai patokan jawaban dari salat istikharah yang ia lakukan.
Lelaki itu menghela napasnya panjang. Menyingkap gorden penutup dinding kaca yang langsung mengarah ke balkon kamarnya sambil terus mengatur napas. Ia butuh udara segar untuk sekadar menjernihkan pikirannya. Elang akhirnya memutuskan untuk duduk di balkon. Siapa tahu, pikiran dan hatinya menjadi sedikit lebih baik nantinya.
Jika apa yang ada di dalam mimpinya ternyata adalah petunjuk yang diberikan oleh Tuhan, jujur saja Elang tak tahu harus menanggapinya bagaimana. Ia tidak mungkin menolak dan mengingkari takdir yang Tuhan gariskan kepadanya, bukan? Namun, kalau ditanya siap atau tidak, tentu saja jawabannya tidak. Ia dan Filsha baru mengenal selama seminggu lebih dua hari. Bukankah itu termasuk 'baru' dan tentunya belum saling mengenal lebih jauh lagi? Apakah itu mungkin, jika dirinya dan Filsha memang berjodoh?
Untuk urusan bagaimana status Filsha, agaknya Elang tidak mempermasalahkan hal itu, begitu juga dengan ayah dan ibunya yang terlihat menerima Filsha apa adanya. Lagi pula, bukankah ibu muda itu juga tidak menginginkan kehidupannya yang seperti sekarang? Menjadi janda dengan seorang anak di usia semuda itu—19 tahun, tentunya membuatnya merasa tertekan. Akan tetapi, Elang tak pernah melihatnya bersedih. Hanya wajahnya yang terlihat sendu, tetapi hingga detik ini, Elang belum pernah melihat air mata jatuh dari pelupuk matanya.
Lelaki itu menghela napas panjang, sambil memijat kepalanya yang berdenyut sakit. Apakah ia menolak opsi yang ayahnya berikan saja, ya, supaya ia menjadi jauh lebih tenang? Kalaupun memang ia dan Filsha berjodoh, pasti Tuhan akan memberikan jalan untuk keduanya lain waktu, bukan? Ya, sepertinya Elang memang harus menolak saja. Itu adalah pilihan yang terbaik. Untuk urusan bagaimana kehidupan Filsha nantinya, ia akan berunding dengan sang ibu.
Semoga, ini adalah keputusan yang terbaik, batin lelaki itu.
******
Elang yang baru saja tiba di ruang tengah, dibuat mengernyitkan dahinya kala melihat kedua orang tuanya yang duduk bersama Filsha dan Bayu. Terlebih lagi saat melihat ayah dan ibunya yang tampak rapi seperti siap akan pergi.
"Nah, ini dia yang dari tadi ditungguin." Ariandi sontak berdiri dari duduknya, menyambut Elang yang baru saja keluar dari kamar.
"Loh, Mama sama Papa mau pulang?" tanya Elang kemudian. Dahinya mengernyit terlebih lagi, saat ia bersitatap dengan Filsha yang tampak menunduk. Tidak seperti biasanya, ah, apa hanya perasaan Elang saja, ya?
"Ya," jawab Ariandi sambil menepuk-nepuk bahu putranya. "Ma, mumpung tuan rumahnya udah keluar kamar, kita langsung pamit saja, ya?"
"Buru-buru banget Ma, Pa? Kirain mau menginap seminggu dua minggu," ujar Elang yang sesekali mencuri pandang ke arah Filsha dengan Bayu yang tampak memasukkan jemarinya ke mulut.
"Enakan di rumah sendiri ya, Ma?" Arina langsung mengangguk membenarkan ucapan sang suami.
"Ya udah, Lang. Papa sama Mama pamit dulu ya? Kamu jaga diri ya, di rumah sendirian." Arina langsung meraih tas jinjing miliknya yang diletakkan di lantai. "Yuk," ajaknya entah kepada siapa, Elang tak mengerti.
"Tapi Pa, Elang belum—"
"Yuk, Filsha. Anakmu juga kayaknya sudah mulai mengantuk lagi, itu." Arina segera memegang salah satu lengan Filsha, sementara sebelah tangannya sibuk mengusap pipi Bayu yang mulai terlihat berisi.
"Baik, Bu." Filsha tersenyum tipis, sembari mengangkat wajahnya menatap Elang. "Mmm, Mas Elang ... saya izin pergi ikut Ibu sama Bapaknya Mas Elang. Terima kasih sudah mau menolong saya dan Bayu selama ini," ujarnya membuat Elang semakin kebingungan.
"Loh ... Pa, Elang—"
"Jaga diri baik-baik ya? Kami pamit dulu," ucap Ariandi sambil menepuk-nepuk bahu putranya sebanyak dua kali. Ia kemudian mengajak istrinya dan juga Filsha beserta Bayu untuk mengikuti langkahnya keluar daei rumah.
Sementara itu, Elang masih terpaku di tempatnya. Tak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini. Terlebih lagi saat satu persatu dari mereka melangkah keluar rumah dan memasuki mobil milik papanya. Elang praktis berjalan ke depan dan menjejalkan tubuhnya pada bingkai pintu. Menatap Filsha dan Bayu yang sudah memasuki mobil dengan senyum tipis yang masih melekat di wajahnya.
"Pergi dulu Lang, assalamualaikum."
"Wa'alaikumu-salam," jawab Elang dengan nada pelan, sesaat setelah mobil yang dikendarai oleh Pak Dirman—sopir pribadi sang ayah—mulai melaju meninggalkan pekarangan rumahnya.
Detik itu pula, Elang diam. Ia masih mencoba mencerna apa yang terjadi kepadanya pagi ini. Setelah cukup lama terdiam, Elang mengusap wajahnya dengan telapak tangan sambil mengembuskan napas panjang. Hal yang dapat ia tangkap adalah, Filsha dan Bayu pergi meninggalkannnya dan memilih berpindah ke rumah ayah dan ibunya. Ya, memang tidak ada yang salah. Mungkin itu adalah permintaan dari ibunya, kan? Akan tetapi, Elang hanya merasa kaget saja karena semua ini terjadi di luar kendalinya.
Entah kenapa, melihat Filsha yang pergi begitu saja, berhasil membuat Elang merasa sedikit tercubit. Terlebih lagi, saat ibu muda itu terlihat membawa semua pakaiannya—dalam artian, mereka benar-benar pergi dan tak berniat kembali, bukan? Astaga. Elang tak mengerti, mengapa ia jadi seperti ini? Bukankah seharusnya ini adalah sebuah kebetulan yang baik?
Dengan tidak adanya Filsha dan Bayu di rumahnya, menandakan jika ia akan jauh dari fitnah orang-orang seperti yang ayahnya katakan. Dengan itu juga, ia tidak perlu merasa perlu menyetujui atau menolak apa yang ayahnya katakan, bukan?
Ah iya, benar. Mungkin ayahnya itu sudah merundingkannya bersama sang ibu semalam, hingga menghasilkan keputusan seperti ini—membawa Filsha dan Bayu ke rumah mereka. Namun, bagaimana kalau ternyata Filsha diusir? Ditinggalkan di jalan setelah menjauh dari rumah Elang?
Lelaki itu berdecak, "Nggak mungkin. Mama sama Papa bukan orang jahat." Ia akhirnya mengembuskan napas panjang. Nanti, ia akan bertanya yang sebenarnya kepada ibu atau ayahnya.
Namun, baru saja ia melangkahkan kaki memasuki rumah, ponsel yang sejak tadi berada di sakunya bergetar, membuat Elang sempat menghentikan langkahnya sebentar. Membuka pesan itu dan membaca nama pengirimnya—Papa—dengan dahi berkerut.
Elang pesan dari ayahnya itu di dalam hati, Tenang aja, Lang. Papa tahu apa pilihanmu itu. Jadi, nggak ada salahnya kan, kalau Papa bawa Filsha dan anaknya? Lagipula, kamu pasti nggak butuh mereka lagi, kan?
"Astaga," gumam Elang setelah membaca pesan itu. "Papa nggak serius sama kata-katanya semalam, kan?"
Mendadak, Elang jadi takut jika Filsha dan Bayu benar-benar terusir. Astaga, akan jadi apa nasib ibu muda dan bayinya itu, Tuhan?
*****
06.10.20
13.10.20
Republish: Selasa, 23 April 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
A Poor Girl and Her Little Baby ✓
Storie d'amore18+ "Lagipula, tidak ada yang menginginkanmu di dunia ini. Pergilah! Atau mati sekalian, supaya kami lebih tenang." Republish: Senin, 3 Juli 2023 - 9 Juni 2024 Start: 24 April 2020 Publish: 26 April 2020 Finish: 15 Desember 2020 Last update: 17 Dese...