Elang sempat meregangkan otot-otot lehernya yang kaku, akibat berjam-jam menghabiskan waktu di hadapan komputer.
Rencananya, ia akan membuat kopi ke dapur, dan memesan makanan setelahnya. Tetapi saat dirinya berjalan melewati meja makan, langkah kakinya terhenti, kala melihat di atas meja, sudah tersaji beberapa jenis hidangan.
Elang mengernyitkan dahinya, kemudian mengucek kedua matanya bergantian. Ia tidak halusinasi, bukan? Seingatnya, dia hanya tinggal sendiri ... dan dirinya juga tidak bisa memasak. Oh, apakah dirinya sekarang tengah berada di sebuah dongeng keong mas, di mana si pembuat masakan yang tersaji di atas meja makan itu, adalah jelmaan seorang keong mas, yang dikutuk jadi manusia—maksudnya manusia yang dikutuk menjadi keong mas, begitu?
"Mas Elang."
Ah, astaga. Elang meraup wajahnya, saat ia menyadari betapa bodohnya dia sekarang. Bukankan di rumahnya yang besar nan sepi ini, dia tak lagi tinggal sendiri—melainkan ada dua orang lagi yang kini menghuninya? Filsha dan anaknya, Bayu. Mengapa Elang melupakannya?
"Ya, Filsha?" sahutnya. Jujur, Elang masih sedikit telmi alias telat mikir, sekarang. Entah otaknya yang—katanya—cerdas itu, hilang ke mana.
Filsha menunduk, kala matanya tak sengaja bersibobrok dengan Elang. Ia meremas kedua tangannya, karena merasa gugup setengah mati. "Anu ... itu ... Mas." Filsha menghela napas pendek. Berharap ia tidak segugup ini. "Saya tadi memasak untuk Mas Elang. Maaf, kalau misalnya saya lancang."
Elang mengerjapkan matanya bingung. Memasak untuknya? Astaga, bahkan Elang lupa kapan terakhir kali ia menikmati makanan yang disajikan khusus untuknya seperti ini, dari seorang perempuan. "Ah, iya. Nggak apa-apa Filsha." Elang menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Terima kasih, maaf sudah merepotkanmu."
Filsha membulatkan matanya, kala mendengar apa yang Elang ucapkan. Ibu muda itu seketika semakin merasa tak enak dibuatnya. "Se-seharusnya saya yang minta maaf karena telah menyusahkan Mas Elang. Saya---"
"Kamu sudah makan?" tanya Elang, membuat Filsha menghentikan kata-katanya. Ibu muda itu meneguk salivanya gugup. Sepertinya benar, Elang terlalu bosan mendengar kata maaf, terima kasih, dan lainnya yang ke luar dari mulut Filsha. "Filsha?"
"A-iya, Mas?"
Elang menghela napas pendek, lantas mengulang pertanyaannya tadi. "Kamu sudah makan atau belum?"
Filsha lagi-lagi menunduk. "Nanti saja, Mas," ujarnya. "Mas Elang makan saja dulu. Nanti saya---" Bola mata Filsha seketika membulat, kala Elang tiba-tiba saja memegang salah satu tangannya. Lelaki itu kemudian menarik Filsha menuju meja makan. Jantungnya seketika berdebar jauh lebih kencang kali ini. Demi apa pun, Filsha tidak siap dengan apa yang Elang lakukan.
Ia sibuk dengan ketakutannya sendiri, hingga ibu muda itu akhirnya tak sadar, jika genggaman tangannya sudah dilepas oleh Elang sejak tadi. Kini, Elang lantas menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Filsha, sambil memanggil-manggil ibu muda itu.
"Filsha!" Setelah Elang menepuk bahu Filsha, barulah ibu muda itu tersadar. "Kamu kenapa?" tanyanya khawatir.
Filsha yang kini menyadari, betapa bodohnya ia, hanya mengerjap beberapa kali. Lantas menatap apa saja, kecuali mata milik Elang. "A ... um ... nggak apa-apa, Mas."
Elang mengembuskan napas panjang. Ia kemudian menatap meja makan, di mana tersaji beberapa jenis makanan. Tumisan sayur—yang Elang tak tahu apa namanya—perkedel kentang dan ayam goreng, tersedia di atas saja. Seketika membuat Elang meneguk salivanya susah payah. Astaga, kapan terakhir kali ia menikmati makanan rumahan seperti ini?
Memilih untuk tidak larut dalam euphoria yang entah apa artinya, Elang kemudian kembali menatap Filsha. "Duduk," titahnya. "Kita makan bersama."
"Eh, nggak usah Mas." Filsha dengan cepat menolak. Ia tak enak, jika harus makan bersama dengan Elang. Toh ia memasak untuk Elang. Urusan dirinya, bisa belakangan. Ia bisa memakan apa yang nantinya disisakan oleh Elang. Pun kalau hanya nasi putih yang tersisa, Filsha akan tetap memakannya. Tentu saja setelah Elang selesai makan. "Sa-saya sudah makan tadi," ujarnya lagi. Bohong. Sebenarnya, Filsha sama sekali belum makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Poor Girl and Her Little Baby ✓
Romansa18+ "Lagipula, tidak ada yang menginginkanmu di dunia ini. Pergilah! Atau mati sekalian, supaya kami lebih tenang." Republish: Senin, 3 Juli 2023 - 9 Juni 2024 Start: 24 April 2020 Publish: 26 April 2020 Finish: 15 Desember 2020 Last update: 17 Dese...