"Menurutmu, bagaimana Lang?" Ariandi menatap putranya dengan tatapan serius, sementara Elang terlihat mengernyitkan dahinya tak paham.
"Apanya yang gimana, Pa?" tanya Elang pada akhirnya.
Lelaki itu menghela napas pendek, seraya menepuk bahu Elang beberapa kali. "Sebentar lagi, umur kamu sudah 26, Nak. Dan papa bakal semakin tua—"
"Ya memang begitu kenyataannya kan, Pa?" Elang memotong kalimat sang ayah, membuat Ariandi seketika memasang wajah datar. "Lagian kenapa sih, bahas-bahas umur segala? Umur nggak ada yang tahu, Pa."
Mendengar apa yang putranya katakan, praktis membuat Ariandi mendecakkan lidah. "Erika insyaallah sudah mau menikah tahun ini. Elisa juga menyusul setelahnya. Lalu, kamu kapan, Lang?"
Pertanyaan tentang menikah, lagi-lagi membuat Elang menghela napas panjang. Ia sudah bosan karena terus-menerus ditanyai tentang itu. Memangnya apa salahnya, sih? Usianya baru 25, hampir 26, tetapi apakah itu sudah termasuk terlalu tua jika belum juga menikah? "Jodoh itu di tangan Allah, Pa. Elang---"
"Iya, papa tahu." Ariandi mengembuskan napas lelah. "Tapi kalau kamunya diam di tempat dan nggak mau gerak buat cari jodohnya, gimana jodoh itu mau datang, Lang?"
"Pa, ayolah." Elang mengubah duduknya yang semula menyamping, kini sejajar dengan sang ayah. "Bukannya Elang nggak mau menikah, tapi ya sudahlah, Pa. Biarkan Erika sama Elisa menikah lebih dulu. Elang nggak apa-apa kok, kalau dilangkahi sama mereka."
"Lang ... Lang." Ariandi mendengkus kesal. "Jodohmu itu sudah ada di depan mata, tapi kamunya saja yang nggak tahu."
Dahi Elang berkerut dalam. Ia tak mengerti dengan apa yang ayahnya itu katakan. Jodohnya sudah ada di depan mata? Siapa? Perasaan, sejauh ini ia belum pernah dekat atau bahkan mendekati sosok perempuan mana pun. Bukan karena dirinya tidak suka perempuan lho, ya. Akan tetapi, Elang merasa jika dirinya belum siap dan masih ingin memperbaiki diri supaya nantinya dapat menjadi imam yang baik untuk 'calon istrinya' kelak. Elang juga tidak mau sombong, tetapi tak sedikit perempuan yang datang mendekatinya. Namun, hingga sekarang belum ada satu pun yang berhasil membuat hati Elang tergugah. Kecuali ... ah, sudahlah.
"Papa memang nggak tahu bagaimana perasaan kamu, Lang." Ariandi menepuk lutut putranya dua kali, sambil menatap wajah Elang yang mirip dengan istrinya itu. "Tapi ... untuk sampai menolong seorang perempuan yang bahkan mulanya nggak kamu kenal, membawanya ke rumah sampai tidak membiarkannya pergi ke mana pun ... Papa rasa, ada sesuatu yang mungkin sudah menjadi jalannya Allah, Lang."
"Maksud Papa?" Jantung Elang berdebar tiba-tiba. Tak tahu apa penyebabnya, yang jelas, ia takut jika sang ayah berpikiran macam-macam soal dirinya yang membawa Filsha ke rumah. Biar bagaimanapun, ia dididik dengan didikan yang cukup keras oleh ayahnya itu. Jadi, bukan tidak mungkin jika Ariandi akan mempermasalahkan apa yang ia lakukan sekarang. Makanya Elang tidak memberitahu keluarganya waktu itu, jika ia membawa perempuan ke rumah. Karena, jujur saja, Elang merasa takut. Akan tetapi, ternyata Tuhan memiliki rencana lain yang tak terduga seperti sekarang ini.
"Papa kenal kamu, Lang. Dari kecil, kamu memang selalu peduli kepada orang lain, tetapi nggak sampai sebesar apa yang kamu lakukan sekarang," ujar Ariandi.
"Tapi Pa, Elang merasa kalau yang Elang lakukan ini sudah benar. Karena—"
"Karena Allah sudah merencanakan ini buatmu, Nak." Dahi Elang semakin berkerut tak mengerti. "Kamu itu arsitek, Lang. Banyak uangnya. Kamu juga masih bisa minta uang sama papa atau Mamamu kalau kamu mau."
Omongan sang ayah, malah membuat Elang semakin kebingungan karena terlalu berbelit-belit. Lelaki itu benar-benar tak mengerti, apakah caranya membantu Filsha itu adalah sebuah kesalahan? Apakah ayahnya itu akan mempermasalahkan semuanya? Jika iya, jujur saja Elang takut. Bagaimana jika kepercayaan sang ayah---yang benar-benar sangat berharga baginya itu---hilang begitu saja hanya karena membantu seorang perempuan untuk tinggal di rumahnya? Ah, kalau tahu akan kejadian seperti ini, Elang pasti akan berpikir dua kali. Seharusnya dia langsung membawa Filsha ke apartemen di mana Erika tinggal saja, supaya masalah tidak menjadi rumit begini. Astaga, Elang pusing sekali rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Poor Girl and Her Little Baby ✓
Romance18+ "Lagipula, tidak ada yang menginginkanmu di dunia ini. Pergilah! Atau mati sekalian, supaya kami lebih tenang." Republish: Senin, 3 Juli 2023 - 9 Juni 2024 Start: 24 April 2020 Publish: 26 April 2020 Finish: 15 Desember 2020 Last update: 17 Dese...