Filsha tahu, Arina dan Ariandi adalah dua orang baik. Sama seperti putra mereka, Elang.
Mereka sepertinya berasal dari keluarga berpendidikan yang dapat Filsha buktikan dari bagaimana cara mereka memperlakukannya yang hanyalah seorang janda—tentu saja seringkali dipandang buruk oleh beberapa orang. Terlebih lagi akan hadirnya Bayu, membuat Filsha semakin minder awalnya, tetapi setelah bertemu dengan ayah dan ibunya Elang, seketika membuat persepsi Filsha terhadap orang-orang kaya dan berpendidikan itu berubah. Tidak semuanya sama seperti keluarga iblis yang pernah ia kenal dulu itu.
"Anggap saja rumah sendiri ya, Sha?" Arina menyunggingkan senyum hangat, sambil mengusap lembut lengannya. "Sini, biar Bayu Mama yang gendong dulu. Kamarmu yang itu, ya? Sudah dibersihkan sama Bi Imah tadi," ujar Ibunda Elang itu, seraya menunjuk sebuah kamar dengan pintu cokelat.
Filsha awalnya merasa tak enak saat Arina mengambil alih Bayu dari gendongannya. Ia hanya takut merepotkan. Akan tetapi, saat melihat Ibunda Elang itu tampak senang saat menggendong dan menciumi pipi putranya, seketika membuat Filsha menyunggingkan senyum tipis, "Terima kasih banyak, Bu," ujarnya. "Maaf karena saya sudah merepotkan."
"Panggil 'mama' saja, Sha," ujar Arina sambil menciumi pipi Bayu dengan gemas. "Kamu ini, kayak sama siapa aja. Pokoknya, mulai detik ini, kita keluarga. Oke? Jangan sungkan begitu, Filsha."
Filsha tersenyum, lantas mengangguk. "Baik, Bu. Saya ... izin pakai kamar mandinya sebentar, saya--"
"Sekalian ke kamarmu saja, Sha. Di dalam sana, sudah ada kamar mandinya juga, kok. Ingat, anggap rumah sendiri ya?" Arina tersenyum kepada ibu muda yang tampak canggung itu. "Di dalam, Mama juga sudah siapkan baju-baju buatmu dan Bayu. Kamu kalau mau istirahat, nggak apa-apa kok, Sha. Biar Bayu sama Mama saja, ya?"
Filsha tidak tahu sebenarnya, sekaya apa keluarga Elang ini. Seingatnya, mereka baru saja sampai dan bahkan saling mengenal baru beberapa hari terakhir ini. Akan tetapi, saat ia memutuskan untuk ikut ke rumah ini, Arina mengatakan jika ia sudah menyiapkan baju-baju untuknya dan Bayu. Lalu, kapan wanita itu menyiapkannya? Filsha hanya menyimpan rasa ingin tahu itu dalam hati. "Apa Bayu nggak akan merepotkan Ibu? Saya takut kalau Bayu menangis, nanti."
"Enggak apa-apa, nanti Mama bawa ke kamu kalau dia nangis karena butuh susu, ya." Arina tersenyum lagi. "Sana, masuk ke kamar. Nanti, waktu jam makan siang, Mama panggil ya?"
"Eh, Bu ... tapi--"
"Panggil 'Mama', Sha."
Filsha menggaruk tengkuknya secara refleks, "Nggak bisa, Bu. Saya ... um ...."
"Ya sudah, dibiasakan saja intinya ya? Pokoknya, Mama bakal senang sekali, kalau misalnya kamu bisa panggil saya 'mama'. Anggap saja, saya sebagai ibu kandungmu, ya?"
Filsha tak pernah merasakan bagaimana kasih sayang seorang ibu yang sesungguhnya. Maka dari itu, ia bertekat untuk membuat putranya merasakan kasih sayang darinya, tanpa mengenal lelah. Biarlah hanya dirinya yang tak pernah merasakan kasih sayang itu, yang penting putranya tidak pernah merasa kekurangan. Akan tetapi, setelah ia mengenal keluarga Elang—yang bahkan baru terhitung hari—Filsha mulai tahu bagaimana rasanya. Dan ia bahagia.
******
Elang akhirnya dapat menghela napas lega, saat ibunya berkata jika Filsha dan Bayu aman di rumahnya. Entahlah, Elang hanya merasa jika dirinya memiliki tanggung jawab terhadap ibu dan anak itu. Karena dia yang menemukan mereka dan berjanji kepada dirinya sendiri, untuk menjaga dan membantu keduanya menjalani hidup—dengan caranya sendiri. Elang pikir, awalnya apa yang ia lakukan adalah sesuatu yang benar dan tentu saja yang terbaik. Akan tetapi, kenyataannya semua salah di mata sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Poor Girl and Her Little Baby ✓
Romance18+ "Lagipula, tidak ada yang menginginkanmu di dunia ini. Pergilah! Atau mati sekalian, supaya kami lebih tenang." Republish: Senin, 3 Juli 2023 - 9 Juni 2024 Start: 24 April 2020 Publish: 26 April 2020 Finish: 15 Desember 2020 Last update: 17 Dese...