Vote, happy reading....
꥟ ꥟ ꥟
Terimakasih sudah membiarkanku tidur dengan nyenyak, wahai Semesta.
Terimakasih juga sudah membuat Kellan pulas dalam keheningan.
Jauh dari prediksi khalayak umat, gue selamat sampai pagi.
"Minum dulu, Dek!"
Nyawa gue belum sepenuhnya ngumpul, tapi cara Kellan bangunin gue sedikit unik. Muka gue ditempelin botol air mineral 600ml. Untung kagak sekalian galon. 🙄
Gue beringsut duduk, masih dengan merem dan mencoba meneguk air. Tiga teguk doang terus gue sodorin lagi ke Kellan.
"Habisin setengah!" Titah Kelan lagi. Gue merengut, tapi tetep aja nurut. Pagi-pagi, gini amat cobaan gue.
"Mau sarapan di bawah atau di kamar aja?" Ini masih Kellan yang ngomong.
Sambil pelan-pelan meneguk air, gue menimbang dan merenung.
Kan, pihak hotel sudah nyiapin sarapan, for free, makan sepuasnya. Lha tapi, gue kikuk kalau ketemu sama orang-orang kantor. Kata Kellan kan banyak yang check-in juga di hotel ini. Entar kalau mereka tau gue sekamar sama Kellan, apa nggak jadi pergunjingan?
"Mau nasi atau roti aja?" si Kellan nggak sabaran, dianya sudah megang gagang telepon. Berarti mau room service aja.
Gue padahal masih diem, tapi Kellan cepet ambil keputusan. Kayaknya bener dia bisa membaca pergumulan batin seseorang. Kalau gitu, kenapa tadi sok nanya!!! Bikin orang mikir aja!!.
"Nasi aja ya, Pak." Gue jawab dengan suara parau. Kemarin gue nggak makan malem, dan bisa dipastikan gue bakal sibuk setelah ini. Nasi adalah bentuk pertahanan anti semaput.
"Kamu mandi duluan gih. Biar saya siapkan bajunya." Lanjut Kellan, dia sudah menunaikan tugasnya memesan makanan.
Gue ngangguk, tapi nggak langsung nurut. Malah pegang HP.
Sampai sini adakah pertanyaan: mana Vano, Ki? Yang katanya dia selalu bangunin elu?
Ada kok, ini bocahnya chat. Ini lagi gue bales juga. Singkat.
Sebenernya, gue lagi silent sama Vano, makanya dia nggak call. Hubungan LDR itu ada kalanya nggak mulus. Kemarin banget nih, pas morning call, gue cerita suatu hal sama Vano. Bukan hal sensitif sebenernya, cuma soal planning gue. Sayangnya, gue nggak suka sama responnya Vano. Biasanya, Vano tipe yang menyimak aja, tapi akhir-akhir ini dia udah berani komentar, sedikit ikut campur, bahkan ngatur. Guenya risih.
Yang kayak gini udah beberapa kali kejadian. Ada momen yang gue langsung bilang putus juga, cuma Vano nggak mau. Bagusnya, Vano selalu mau nungguin gue pulih. Dia nggak akan nyecer, dan maksa. Buktinya, dia membiarkan gue silent sampai terserah gue kapan membaiknya.
꥟ ꥟
Gue keluar dari kamar mandi, cuma dengan baju dalam, dililit handuk tentu saja. Kellan bilang mau nyiapin baju gue, jadi ya beginilah.
"Pakai, Dek!" Dia nunjuk ke baju di atas bed gue. Entah sengaja atau nggak, Kellan lagi membelakangi gue, dianya sibuk otak-atik kopernya. Makanya, gue langsung sat-set pakai baju. Celana dulu baru atasan.
Aman.
"Pakai gesper saya, cocok kayaknya." Tuh kan bener, dia emang nyari sesuatu tadi di kopernya. Jalan kearah gue dan langsung bantu pasangin. Yang dimaksud cocok mungkin soal warna. Gesper gue warna hitam, sedang celana yang gue pakai warna khaki dengan atasan putih. Gesper brown punya Kellan dirasa lebih cocok.
![](https://img.wattpad.com/cover/370186427-288-k560834.jpg)
YOU ARE READING
HOME ︱BL︱End
Teen FictionYANG DI DEPAN BUKAN BERARTI DIA YANG DOMINAN. BISA AJA EMANG SENGAJA DIBIARIN DI DEPAN KARENA KALAU DITINGGAL DI BELAKANG, ENTAR DIANYA ILANG... NAKELL