Happy reading, jangan lupa vote!
꥟ ꥟ ꥟
Jika kalian mikir pekerja kantoran bisa leha-leha semasa weekend, ternyata tak sepenuhnya benar kawan. Di beberapa perusahaan, justru memanfaatkan weekend untuk membangun mitra kerjasama atau meeting luar negeri. Termasuk di perusahaan tempat gue mengais rupiah ini.
Pagi tadi, gue dadakan di call buat nemenin bos Zoom Meeting dengan beberapa klien di luar negeri. Gue mah oke aja, toh biaya perbudakan ini dihitung lembur. Cuannya agak tebel.
Ada yang masih penasaran soal Kellan Vilbert alias Ubet? Ini oknumnya tanpa disangka turut hadir di kantor gue. Entah apa maksud dan tujuannya. Setahu gue, meeting weekend ini dihadiri kepala divisi beserta asistennya aja. Lah, dia salah jadwal, udah pindah kerja, apa gimana?
Kan, gue baru aja selesai ngatur ruang meeting sama kak Dena, sekretarisnya bos. Lanjut ambil perintilan lain ke meja gue, setelah itu niatnya gue tinggal duduk manis nunggu bos dateng di ruang meeting.
Di tengah gue bersiap, indera penciuman gue yang sensitif ini tiba-tiba diinterupsi wewangian yang familiar. Dan terjawab, di belakang gue berdirilah si Kellan dengan senyum genitnya. BTW, Jangan tanyakan kenapa gue bisa hafal wangi parfumnya, gue juga nggak habis pikir. 😭😭
Dua bulan di gentayangin sama Kellan, nggak cukup membuat gue terbiasa sama kejutannya. Jelaslah gue masih kaget begitu lihat dia. Mana dianya hening, cuma senyum doang nggak buru ngomong. Kan gue jadi mikir jangan-jangan gue cuma halusinasi?
Entah berapa lama, yang jelas gue melongo tanpa kedip.
"Iya tau, saya ganteng. Tapi nggak perlu sampe segitunya, Naki!" Dianya pakai nyolek dagu, nyawa gue auto balik.
Gue tarik napas, setidaknya ada rasa lega karena manusia di depan gue bener nyata adanya, bukan setan atau sekedar bayangan fatamorgana. Serem coy, keluar baunya doang kagak bersuara.
Berhubung tadi dia nyolek dagu gue kan, gue auto tengok kanan kiri. Biar kata nge-lag, gue harus mastiin nggak ada yang lihat tingkah liarnya. Gue ogah jadi perkara nanti.
Kellan kayak ngeh apa yang gue pikirin. "Nggak ada orang lihat, Dek. Mau ciuman disini juga aman." Godanya dengan wajah songong. Alisnya diangkat.
Bisa-bisanya gue nyautin. "CCTV on!"
"Berarti boleh nih kalau nggak terpantau CCTV-nya?"
"Ashhshhshsh ..." Bersiaplah untuk bombastis side eyes! Pertanyaan konyol yang kalau gue ladenin, justru gue yang kelihatan goblok.
Gue alihin bahan. "Pak Kellan ada urusan apa kesini?" Swipe mode formal.
"Meeting."
"Sama bos? Tapi bos baru mau mulai meeting sama Korea," terang gue sambil memeluk note book.
Kellan jawabnya enteng, "Ini sama saya juga."
"Hah?"
Belum sempat diterangkan dengan baik, gue keburu lihat beberapa orang jalan ke ruang meeting. Mau nggak mau gue juga harus bergegas. Si Kellan gue tinggalin di belakang. Auk ngikut gue apa kagak.
Haruskah gue perjelas tentang Kellan? Hampir dua bulan gue kenal sama dia, gue secara nggak langsung jadi mempelajari karakter dia. Nih, gue per-detail informasi:
Kellan Vilbert, dari namanya aja udah bisa ditebak dia bukan pribumi asli. Ya kan? Meskipun gue nggak tau pasti ─karena nggak pernah nyari tau─, tapi gue yakin kalau Kang Ubet ini punya keturunan luar. Entah dinasti keberapa lah, yang jelas ada darah bulenya.
YOU ARE READING
HOME ︱BL︱End
Fiksi RemajaYANG DI DEPAN BUKAN BERARTI DIA YANG DOMINAN. BISA AJA EMANG SENGAJA DIBIARIN DI DEPAN KARENA KALAU DITINGGAL DI BELAKANG, ENTAR DIANYA ILANG... NAKELL