I'm here, jangan lupa vote dulu dan tinggalkan komen (Padahal nggak pernah dibales *plak!! 😭😭), tapi komen kalian super mood booster loh.
꥟ ꥟ ꥟
Mondar-mandir dan digonggongin PJ adalah gue yang sedari tadi gelisah nungguin Kellan di apart. Udah jam empat sore, dan belum ada tanda-tanda kemunculannya. Chat kagak, apalagi call.
Yap! Kellan dan Kak Nan ketemuan, di kantornya Kak Nan tanpa melibatkan gue. Gue nggak bisa berbuat apa-apa kecuali tunduk aturan main Kak Nan.
Bisa dibilang gue si adek durhaka karena lebih milih nungguin Kellan di apart dari pada nungguin Kak Nan di rumah. Entah, gue mikirnya dalam peperangan ini, Kellan yang bakalan kalah, dan dia lebih butuh ditenangkan.
Kasihan loh si Kellan, gue bahkan belum bisa kasih kepastian hubungan sama dia, tapi dia harus terlibat sama Kak Nan.
Sumpah! Gue khawatir.
Call nggak ya? Itu mulu perbatinan gue dari tadi. Takutnya, Kellan masih ulet sama Kak Nan dan call dari gue justru ngrecokin segala sesuatunya. Toh nasehat dari Kak Nan nggak bisa ditawar, termasuk membiarkan Kellan menghadapi resikonya sendiri karena berani deketin gue. Gue harus bisa terima bagaimanapun alurnya.
Baru sekitaran jam tujuh, Kellan pulang. Gue nggak bisa nyembunyiin sedikitpun rasa penasaran gue. No jaim-jaim klub lah, pengen langsung gue berondong dengan segudang pertanyaan.
"Dad?"
Kellan tersenyum sendu, dikecupnya kening gue dan dia duduk lemas di sofa. Wajahnya jelas kelelahan atau banyak pikiran. Bahkan sambutan dari PJ juga diacuhkan.
"Dad, oke?" Gaya gue sambil sok mijitin tangannya.
"I'm doing okay, Baby." Senyum Kellan terkesan dipaksakan.
Jujur, gue sedikit nyesek. Seberat itukah memperjuangkan gue? Mana semangat sok berani yang selalu dia gembar-gemborkan? Gini doang, mlempem!
"Kak Nan nakal ya, Dad? Harusnya Dad tuh bilang aja kal─"
Belum selesai ngomong, Kellan udah motong. "Keluarga adek ada pabrik kayu di Ciparay?"
Gue anggukin, entah korelasinya di mana tiba-tiba ngomongin pabrik. Setelah Kellan ngeluarin berkas dari tasnya, gue mulai paham.
"Dad sekarang direktur utamanya. Resmi, taken notaris," ucapnya penuh hati-hati dengan menatap mata gue.
Bohong kalau gue nggak kaget, ini terlalu diluar nalar. Seorang Kenzeenan Noyal ngasih Kellan pabrik? Apakah ini semacam: JAUHIN ADEK GUE, DAN INI HARTA BUAT LU!
Ish, tapi nggak mungkin se-drama Indosiar gitu lah. Gue kenal Kak Nan, mana mungkin segampang itu dia ngasih pabriknya papa. Soal bisnis, dia cerdik luar biasa, pasti ada maksud tersembunyi dari Kak Nan. Lagian, dia nggak mungkin mau ikut campur soal perasaan.
"Dad mau-mau aja dimanfaatin Kak Nan?" Suara gue lembut.
Kellan beringsut menyenderkan kepalanya di pangkuan gue. "Memang Dad harus memantaskan diri dengan keluargamu, Dek." Ucapnya lirih sambil tersenyum. Setelahnya dia nutup mata pakai telapak tangan gue.
Ini pasti melukai harga diri Kellan. Jabatannya di perusahaan memang nggak sementereng Kak Nan, tapi Kellan juga punya banyak usaha rintisan. Finansialnya mapan dan dia terbilang kompeten. Yang begini, kok mau-mau aja direndahin sama Kak Nan demi gue?
"Dad, ngurus pabrik itu pasti berat, kenapa Dad nggak nolak? Dad punya kerjaan sendiri." Usul gue bikin air muka Kellan jadi cerah. Senyumnya lebih tulus.
YOU ARE READING
HOME ︱BL︱End
Teen FictionYANG DI DEPAN BUKAN BERARTI DIA YANG DOMINAN. BISA AJA EMANG SENGAJA DIBIARIN DI DEPAN KARENA KALAU DITINGGAL DI BELAKANG, ENTAR DIANYA ILANG... NAKELL