Hhhmmmmm
Tercabik-cabik hati mungilkuh...꥟ ꥟ ꥟
"Dad?" Gue mulai khawatir karena Kellan diemnya lama.
Matanya sedikit sembab, cuma senyum kecut yang dia tampilkan.
"Dibahas besok lagi ya, Dek. Udah malem." katanya sambil menarik gue ke pelukannya, kita rebahan bareng.
Gue tau dia kecewa, tapi gue nggak ada niat buat menganulir keputusan gue. Open Relationship itu paling win win solutions yang terpikir dari gue tanpa merugikan siapapun.
Jelasnya begini:
Gue jalan sama Kellan. Kita komitmen pacaran seperti kebanyakan orang, tapi kalau salah satu dari kita ketemu perempuan, kita harus rela putus. Dan itu hanya berlaku sama perempuan.Realistis, kan?
Ini bukan egois gue doang, tapi banyak pertimbangan. Kellan ada di usia matang. Katakanlah dia memang nggak tertarik menikah sama perempuan, tapi kebutuhan dia udah beda jauh dari gue. Dia di tahap yang udah mikir: kapan harus bayar wifi, gimana ngitung pajak penghasilan, gimana bikin surat kuasa, berapa ngisi token listrik rumah, kapan karyawan dapat bonus, kapan waktu servis mobil dan lainnya.
Sedang gue? Tau sendiri keluarga gue aja nuntut S3, di luar negeri pula. Masih banyak yang harus gue kejar. Gue merasa nggak bisa ngimbangin Kellan ke depannya nanti. Kellan bukan butuh pacar, tapi dia butuh partner. Gue bukan nggak mau memberi apa yang Kellan butuh, tapi gue justru takut nggak bisa memberi itu.
Gue takut Kellan cuma membuang-buang waktu sama gue.
Ah, sudahlah. Ruwet banget otak gue.
꥟ ꥟ ꥟
Pagi yang damai diinterupsi suara HP-nya Kellan. Awalnya gue pikir alarm, taunya emaknya yang nelpon. Terpampang jelas di layar:
Mommy is calling...
"Dad, bangun! Mom call nih!"
"Hhmmm?" Kellan ngolet doang tapi nggak buru ambil HP-nya. "Apa, Sayang?"
Gue jelasin ulang. "Mom tadi call, tapi udah mati. Mau call balik nggak? Mana tau ada yang penting."
"Boleh." Jawab Kellan tanpa membuka matanya.
Gue yang dial call, gue loudspeaker dan gue juga pegangin. Ih, mau-mauan aja gue. 😒
"Iya, Mom?" Suara Kellan serak.
"Mom nanti nggak usah dijemput, bareng Nathan aja."
"Nathan udah balik, Mom?"
"Iya, sampai ketemu ya,"
End call. Gitu doang.
Kellan langsung nodong. "Mom ngajak jalan, Adek ikut ya? Mumpung ada Nathan juga, dia jarang balik ke Indo."
Otak gue sedang menelaah rumus rumit, tapi si mulut ngejawab, "Iya." Si tolol memang.😭
Kellan lanjut bebersih ke kamar mandi, sedang gue masih bergelut dengan selimut sambil meratapi kata 'iya' yang barusan gue ucapin.
Permintaan gue yang ketemu sebagai rekan kerja masih berlaku nggak ya? Tapi kan mommy-nya Kellan kadung ngenalin gue pas di Bali.
"Dek, kalau turun lewat sini lagi 'kan?" Tunjuk Kellan ke lift. "Dad mau salaman sama mbak-mbak." jelasnya.
Duh, ni orang kerajinan banget! Ganggu rebahan minggu pagi aja.
"Jangan lewat situ, Dad. Kejauhan dari dapur. Pakai lift yang sana aja, yang itu turunnya di sebelah dapur."
![](https://img.wattpad.com/cover/370186427-288-k560834.jpg)
YOU ARE READING
HOME ︱BL︱End
Novela JuvenilYANG DI DEPAN BUKAN BERARTI DIA YANG DOMINAN. BISA AJA EMANG SENGAJA DIBIARIN DI DEPAN KARENA KALAU DITINGGAL DI BELAKANG, ENTAR DIANYA ILANG... NAKELL