41. [Siapa yang meracuni?]

126 37 12
                                    

3 bab lagi endd!

Yura terus menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yura terus menangis. Dia terus menatap Satria yang sedang terbaring di brankar, dan akan di bawa ke Ruang UGD.

"Mbak. Kamu tunggu diluar, ya! Kami akan memberikan penanganan yang terbaik untuk pasien," titah sang dokter ketika Yura akan ikut masuk.

Yura mengangguk. Lalu duduk di depan Ruang UGD bersama Pak Yono.

Ia merogoh ponselnya untuk menghubungi Naira.

Mbak Ira
[Mbak. Bang Satria kecelakaan. Tolong dateng ke rumah sakit sekarang!]

[📍Alamat : Jl.Orangpanik]

Setelah itu Yura memasukkan ponselnya kembali. Ia menatap wajah Pak Yono disampingnya. Pria paruh baya itu tampak cemas. Yura bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Pak Yono.

Yura berganti menatap Amel. Anak itu ikut bersamanya ke Rumah sakit. Tetapi, dari tadi ia terus bermain HP. Entah, apakah ada suatu urusan dan kesibukan yang sangat penting? Sehingga Amel tampak selalu sibuk.
Bahkan, disaat kondisi seperti ini.

***

Beberapa menit kemudian. Pintu UGD pun terbuka. "Keluarga Satria?" tanya sang dokter yang baru saja keluar.

"Saya keluarganya, Dokter!" Pak Yono mendekat.

"Pasien bernama Satria saat ini telah kehilangan banyak darah. Dan pasien butuh donor darah dengan segera."

Detik itu juga, Pak Yono bingung. Dia ingin mendonorkan darahnya untuk anaknya. Tetapi, Pak Yono mengidap hipertensi (darah tinggi).

"Yura. Bapak bingung banget ini. Bapak pengen donorin darah buat Satria, tapi Bapak mengidap hipertensi. Jadi ini gimana, ya?" ujar Pak Yono kepada Yura. Ia meminta pendapat.

"Emm, golongan darahnya apa, Dokter?" tanya Yura kepada dokter di hadapannya.

"Golongan darahnya, AB."

Yura langsung tersenyum. Kebetulan sekali, golongan darah Satria sama dengan golongan darah Yura.

"Biar saya aja, Dok!"

Pak Yono menatap anak majikannya. Ia sangat senang karena Yura akan menolong Satria. "Makasih banget ya, Non."

Yura mengangguk sembari tersenyum. Ia senang bisa menolong Satria. Apalagi, Satria adalah orang yang sangat baik. Yura tidak mau jika terjadi sesuatu kepada Satria.

"Tunggu!" tiba-tiba Amel menghentikan. "Lo nggak usah donorin darah buat Bang Satria. Papa lagi sakit, dan sekarang Papa lagi pingsan di Rumah."

Seketika Yura terkejut. Matanya terbelalak kaget mendengar kabar itu. "Mel, jangan bikin pikiran gue amburadul dong! Gue mau donorin darah buat Bang Satria. Dan lo malah bercanda!"

Naksir Tetangga Bude [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang